Anda di halaman 1dari 17

KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL REFERAT

RS BHAYANGKARA 2020
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KEPANITERAAN KLINIK FK UHO

ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Oleh:

Nurul Anugerah Wulandari

Iriamana Liasyarah Marudin

Pembimbing:

dr. Denny Mathius, M.Kes, Sp.F

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RS BHAYANGKARA KENDARI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Anugerah Wulandari

Iriamana Liasyarah Marudin

Judulkasus : Aboruts Peovokatus Kriminalis

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada

Laboratorium Kepanitraan Klinik forensic dan medikolegal Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.

Kendari, September 2020

Mengetahui,

Pembimbing

dr. Denny Mathius, M.Kes., Sp.F


ABORTUS PROVOKATUS KRIMINALIS

Nurul Anugerah Wulandari, Iriamana Liasyarah Marudin, Denny Mathius

A. PENDAHULUAN

Aborsi atau dikenal dengan istilah Abortus Provocatus bukan hanya

sekedar masalah medis atau kesehatan saja, namun juga merupakan problem

yang muncul karena manusia megekor pada peradaban Barat. 25287-ID

Masalah aborsi saat ini sudah bukan merupakan rahasia lagi unutk di

bicarakan karena aborsi sudah menjadi hal yangaktual dan perisitiwanya sudah

terjadi dimana mana dan dilakukan oleh siapa saja. 25287-ID

Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia telah

mengatur perbuatan aborsi dalam buku II (kejahatan) sebagai hukum pidana

materiil, maka setiap perbuatan ini akan dikenakan sanksi pemidanaan dan

akan dipertanggung jawabkan secara pidana kepada pelakunya (recht person),

namun perbuatan aborsi juga bukan merupakan kegiatan legal apabila

dilaksanakan untuk keperluan medis, dan hal ini dibenarkan oleh Peraturan

Perundang-Undangan hukum positif yang berlaku. 25940-53138

Walaupun perbuatan aborsi untuk keperluan medis juga dapat dianggap

bukan suatu perbuatan melawan hukum, bagaimana apabila dikaitkan dengan

Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, namun dalam prakteknya meskipun

hal ini bertentangan dengan Hak Asasi Manusia tetapi sampai saat ini kegiatan

aborsi legal menurut ketentuan-ketentuan medis masih saja berjalan dan


dilakukan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang - Undang

RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 25940-53138

Namun steriotip terhadap tindakan aborsi sebagai bentuk kriminalisasi,

membuat banyak perempuan dan gadis terdesak dalam situasi yang menuntun

mereka untuk mencari aborsi ilegal yang tidak aman, sekalipun mereka harus

mempertaruhkan nyawa mereka. 32336-78816

B. DEFINISI

Secara isitilah, aborsi adalah pengguguran kandungan, keluarnya hasil

konsepsi atau pembuahan sebelum waktunya.

Selain itu, berikut adalah definisi aborsi menurut para ahli tentang aborsi : 25287-
ID

1. Eastman : Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan dimana fetus

baelum sanggup berdiri sendiri diluar uterus. Belum sanggup di artikan

apabia fetus itu beratnya terletak antara 400-1000 gram atau kehamilan

kurang dari 28 minggu.

2. Jeffcoat : Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28 minggu

yaitu fetus belum viable by llaous

3. Holmer : Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16

minggu dimana plasentasi belum selesai.

Dalam pengertian medis, aborssi adalah terhentnya kehamilan dengan

kematian dan pengeluaran janin pada usia kurang 20 minggu dengan berat

janin kurang dari 500 gram yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan

secara mandiri. 25287-ID


Abortus provocatus yang dikenal di indonesia dengan isitilah aborsi

berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena

kesengajaan. Abortus provocartus merupakan salah satu dari berbagai macam

jenis abortus. Penegrtian aborsi atau Abortus provocatus adalah penghentian

atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata

lain, pengeluaran itu di maksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan

campur tangan manusia baik melalui cara mekanik, obat, atau lainnya. 25287-ID

Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan

tndakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh

aborssi yang di lakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat

hubungan seksual di luar perkawinan. 25287-ID

Secara umum penegrtian abortus provokatus kriminalis adalah suatu

kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hdup sendiri di luar

kandungan. Pada umunya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi.

Sedangkan secara yuridis abortus provocatus criminalis adalah setiap

penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi di lahirkan, tanpa

memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam

keadaan mati atau hidup. 25287-ID

C. EPIDEMIOLOGI

WHO memperkirakan 10-50% dari kasus aborsi tidak aman berakhir

dengan kematian ibu. Angka aborsi tak aman (unsafe abortion) tergolong

tinggi, diperkirakan setiap tahun di dunia terjadi sekitar 20 juta aborsi tak
aman, 26% dari jumlah tersebut tergolong legal dan lebih 70.000 aborsi tak

aman di negara berkembang berakhir dengan kematian ibu. 65-120-1-SM

Jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30

persen di antaranya dilakukan oleh para remaja, Kehamilan yang Tidak

Diinginkan (KTD) pada remaja menunjukkan kecenderungan meningkat antara

150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun, survei yang pernah dilakukan pada

sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa KTD mencapai 37.000

kasus, 27 persen diantaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5

persen adalah pelajar. Article text 32-1-10

Angka kejadian abortus provokatus kriminalis di Indonesia mencapai 2,5

juta kasus pertahun, atau 43 abortus untuk setiap 100 kehamilan dan sekitar

30% di antara kasus abortus itu di lakukan oleh penduduk usia 15-24 tahun.

D. LANDASAN HUKUM

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pada Pasal 346 yang

mengatur bahwa “seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun” dan Pasal 349 yang mengatur bahwa “jika

seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan

berdasarkan Pasal 346, 347 dan Pasal 348, maka pidana yang ditentukan dalam

pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk

menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan”. Lebih jauh lagi,

Pasal 348 menyatakan bahwa (1) “barang siapa dengan sengaja menggugurkan

atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam


dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan”. (2) “jika perbuatan

itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara

paling lama tujuh tahun”.

Ketentuan hukum pidana Kitab Undang-Undang Hukum Pidana hanya

memuat ketentuan sanksi yang diberikan pada pelaku aborsi baik pelaku

langsung (wanita yang hamil) maupun pihak-pihak lain yang terlibat dalam

pembantuan proses tersebut (tenaga medis). Akan tetapi dalam ketentuannya

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memuat adanya alasan pembenar

atau legalisasi atas tindakan aborsi, terkesan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana mengeneralisasikan tiap-tiap pelaku aborsi tanpa memandang hak-hak

yang dimiliki pelaku atas pilihannya melakukan tindakan tersebut. Hak-hak

tersebut menyangkut hal yang dimuat dalam konstitusi Indonesia yang

menyatakan bahwa “setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan melalui perkawinan sah” (Pasal 28B ayat (1)). Ketentuan demikian

ini menyiratkan adanya hak setiap orang untuk dapat memilih untuk

meneruskan kehamilan atau tidak (abortus provocatus) dalam hal kehamilan

yang ditimbulkan diluar perkawinan yang sah, hal demikian tertuang dalam

pengaturan konstitusi bahwa “setiap orang berhak...melanjutkan keturunan

melalui perkawinan sah”.

Pengguguran kandungan (abortus provocatus) memiliki keterkaitan yang

erat dengan hak khusus yang dimiliki wanita berkaitan dengan fungsi

reproduksi. Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia secara khusus memberi jaminan hukum atas hak-hak yang dimiliki
wanita khususnya dalam bahasan ini berkaitan dengan fungsi reproduksi.

Dalam Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang Hak Asasi Manusia memuat

ketentuan bahwa “wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus

dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat

mengancam keselamatan dan/atau kesehatannya berkenaan dengan fungsi

reproduksi wanita” dan ketentuan Pasal 49 ayat (3) yang mengatur tentang

“hak khusus yang melekat pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya,

dijamin dan dilindungi oleh hukum”. Dalam Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang

No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dijelaskan lebih rinci bahwa

yang dimaksud dengan perlindungan khusus terhadap fungsi reproduksi wanita

adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan haid, hamil, melahirkan dan

pemberian kesempatan menyusui anak. 32336-78816

E. ALASAN ABORSI

Beberapa hal yang menjadi alasan seseorang melakukan aborsi 25940-53138

1. Alasan social

Yaitu tidak seluruhnya kehamilan perempuan merupakan kehamilan

yang dikehendaki. Misalnya kehamilan tidak dikehendaki dengan alasan

anak sudah banyak, hamil diluar nikah sebagai akibat pergaulan bebas,

hamil akibat perkosaan atau incest, perselingkuhan. Perempuan yang

mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki berusaha agar kehamilannya

gugur baik melalui perantara medis (Dokter) maupun aborsi gelap dengan

resiko tinggi;
2. Alasan ekonomi,

Yaitu peningkatan kesempatan kerja terutama bagi kaum perempuan

juga dianggap sebagai faktor yang akan mempengaruhi peningkatan aborsi.

Perkembangan ekonomi menuju ekonomi industri melalui ekonomi

manufaktur akan secara cepat meningkatkan jumlah perempuan muda

diserap sebagai tenaga kerja, dengan latar belakang pendidikan yang lebih

tinggi. Konsekuensinya penundaan perkawinan terjadi, padahal secara

biologis mereka sudah memasuki masa seksual aktif. Hubungan seks di luar

nikah akan meningkat, terutama karena dipicu oleh sarana hiburan dan

media film yang menawarkan kehidupan seks secara vulgar. Aborsi juga

dianggap sebagai pilihan yang tepat karena adanya kontrak kerja untuk tidak

hamil selama beberapa tahun pertama kerja dan apabila tidak aborsi

resikonya adalah dipecat dari pekerjaan. Alasan ketidaksiapan ekonomi juga

sering menjadi pertimbangan bagi perempuan berkeluarga untuk tidak

menghendaki kehamilannya dengan melakukan aborsi, seperti kegagalan

Keluarga Berencana (KB), pendapatan rendah yang tidak mencukupi untuk

menanggung biaya hidup.

3. Alasan keadaan darurat (keadaan memaksa)

Yaitu kehamilan akibat perkosaan. Kehamilan yang terjadi sebagai

akibat pemaksaan (perkosaan) hubungan kelamin (persetubuhan) laki-laki

terhadap perempuan. Kehamilan akibat perkosaan yang memiliki

konsekuensi logis terjadinya kehamilan. Kehamilan seorang wanita korban

perkosaan yang bersangkutan maupun keluarganya jelas tidak diinginkan.


Pada kasus seperti ini, selain trauma pada perkosaan itu sendiri, korban

perkosaan juga mengalami trauma terhadap kehamilan yang tidak

diinginkan. Hal inilah yang menyebabkan si korban menolak keberadaan

janin yang tumbuh di rahimnya. Janin dianggap sebagai objek mati, yang

pantas dibuang. Janin tidak dianggap sebagai bakal manusia yang

mempunyai hak-hak hidup Susanti. 2009. Psikologi Kehamilan. EGC: Jakarta. Hlm. 18

4. Kehamilan sebagai akibat hubungan kelamin di luar perkawinan.

Pergaulan bebas di kalangan anak muda menyisakan suatu problem

yang cukup besar. Angka kehamilan diluar nikah meningkat tajam. Hal ini

disebabkan karena anak muda Indonesia belum begitu mengenal arti

pergaulan bebas yang aman, kesadaran yang amat rendah tentang kesehatan.

Minimnya pengetahuan tentang reproduksi dan kontrasepsi maupun

hilangnya jati diri akibat terlalu berhaluan bebas seperti negara-negara barat

tanpa dasar yang kuat. Hamil di luar nikah jelas merupakan suatu aib bagi

wanita yang bersangkutan, keluarganya maupun masyarakat pada

umumnya. Masyarakat tidak menghendaki kehadiran anak haram di dunia.

Akibat adanya tekanan psikis yang diderita wanita hamil maupun

keluarganya, membuat mereka mengambil jalan pintas untuk

menghilangkan sumbernya yakni pengguguran kandungan Ibid. Hlm. 09

F. PEMERIKSAAN KORBAN ABORTUS

1. Pemeriksaan pada Korban hidup

Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter

adalah mendapatkan tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian


kehamilan, pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik, terhadap jaringan dan janin yang mati serta menentukan cara

pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan.

Pemeriksaan test kehamilan masih bisa dilakukan beberapa hari

sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan, dimana serum dan urin wanita

memberikan hasil positif untuk hCG sampai sekitar 7-10 hari. Tanda-tanda

kehamilan pada wanita dapat ditemukan nyeri tekan di daerah perut,

kongesti pada labia mayor, labia minor dan cervix, tanda-tanda ini biasanya

tidak mudah dijumpai jika kehamilan masih muda. Bila segera sesudah

melahirkan mungkin masih dijumpai sisa plasenta yang pemastiannya perlu

pemeriksaan secara histopatologi, luka, peradangan, bahan-bahan yang tidak

lazim di dalam liang senggama. Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia

eksternal dan vagina harus diteliti dengan baik untuk melihat adanya tanda-

tanda luka seperti abrasi, laserasi, memar dan lain-lain. Kondisi ostium

serviks juga harus diamati, dimana masih dalam keadaan dilatasi dalam

beberapa hari. Besarnya dilatsi tergantung pada ukuraan fetus yang

dikeluarkan. Pada ostium juga bisa tampak abrasi/laserasi/memar akibat

instrumentasi. Adanya perlukaan, tanda bekas forcep ataupun instrumen

yang lainnya di sekitar genitalia.

Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanay obat/zat

yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu juga dilakukan pemeriksaan

terhadap hasil usaha penghentian kehamilan dan pemeriksaan mikrroskopis

terhadap sisa jaringan.


2. Pemeriksaan Post Mortem

Temuan otopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara

melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan waktu

kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli yang terampil mungkin tidak

meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka

komplikasi yang mungkin timbul atau penyakit yang menyertai mungkin

mengaburkan ta nda-tanda abortus kriminal. Pemeriksaaan dilakukan

menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam.

Pemeriksaan ditujukan pada :

a. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk

itu diperiksa :

1) Payudara secara makroskopis maupun mikroskopis

2) Ovarium, mencari adanaya corpus luteum persisten secaram

ikroskopis

3) Uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara

mikroskopis adanya sel-sel trofoblas dan sel-sel decidua

b. Mencari tanda-tanda cara abortus provokatus dilakukan

1) Mencari tanda-tanda kekerasan lokal seperti memar, luka, perdarahan

pada jalan lahir

2) Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril

3) Menganalisa cairanm yang ditemukan dalam vagina dan cavum uteri


c. Menentukan Sebab kematian. Apakah karena syok, emboli udara, emboli

cairan atau emboli lemak.

Pada pemeriksaan dalam akan dijumpai :

1) Uterus : Ukuran uterus harus diamati, juga dilihat apakah membesar,

lembut dan kongesti. Dinding uterus dapat menunjukkan adanya

penebalan pada potongan longitudinal. Rongga uterus dapat

menunjukkan adanya sebagian hasil konsepsi yang tertinggal.

Uterus dari wanita tidak hamil berukuran sekitar 7,0 cm, lebar 5,0cm

dan tebal 2,0 cm. Kemudaian panjang menjadi 10cm pada kehamilan

akhir bulan ketiga, 12,5 cm pada akhir bulan keempat, 16cm pada

akhir bulan keenam, 20cm pada akhir bulan kedelapan, dan 27 cm

pada akhir bulan kesembilan.

Uterus juga dapat menunjukkan adanya perforasi. Endometrium

menunjukkan tanda-tanda dilakukannnya kuretase. Plasenta masih

dapat tertinggal jika evakuasi dilakukan tidak bersih. Pada kasus

penggunaan bahan kimia, permukaan uterus bagian dalam dapat

mengalami perubahan warna akibat warna dari zat yang digunakan

atau telah terjadi kerusakan.

Jika air sabun yang digunakan, mungkin busa-busanya masih dapat

tersisa. Juga bisa didapatkan sisa instrumen yang digunakan seperti

akar tanaman. Swab uterus diambil untuk mikrobiologi, dan jaringan

dimasukkan dalam formalin untuk diperiksa ke patologi anatomi.


2) Ovarium : kedua ovarium harus diperiksa untuk melihat adanya

corpus luteum. Ovarium dapat terlihat kongesti. Pada beberapa kasus

dapat diambil juga sampel untuk pemeriksaan laboratorium.

3) Jantung : pada pembukaaan jantung dicari adanya emboli udara, serta

sampel darah dikirim untuk diperiksa baik yang berasal dari vena cava

inferior dan kedua ventrikel

3. Pemeriksaan pada janin

Pada pemeriksaaan akibat abortus (membedakan dengan pembunuhan

anak sendiri), tidak akan didapati tanda-tanda telah bernafas. Sering didapati

sudah mengalami pembusukan. Ukuran tumit-pencak kepala dicatat. Paling

penting melihat adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh kayu, misalnya

akibat benda yang dimasukkan pervaginam (alat kuret, batang kayu kecil,dan

lain-lain) atau bagian yang melekat di tubuh bayi dalam usaha pengguguran

dengan penyemprotan rahim dengan bahan kimia.

Pemeriksaan dalam tetap dilakukan untuk melihat keadaan organ dalam.

Sering uri masih melekat/ berhubungan dengan bayi. Periksa panjang tali pusat,

permukaan plasenta dan lain-lain.

G. CARA MELAKUKAN ABORSI

1. Kekerasan mekanik

Dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Kekerasan ini dapat

dilakukan oleh ibu sendiri atau dengan bantuan orang lain. Kekerasan ini terdiri

dari :
a. Umum

Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus atau tidak

langsung dengna menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis dan

menyebabkan perdarahan diantara uterus dan membran pelvis.

Metode yang dilakukan seperti penekanan pada abdomen seperti

pemukulan, pengurutan dan melompat-lompat. Aktifitas yang berlebihan

seperti mengendarai sepeda, mengangkat benda berat. Cupping :

meletakkan sumbu api pada daerah hipogastrium dan menutupmya

dengan sebuah mangkuk yang menimbulkan penarikan oleh mangkuk

yang menyebabkan separasi dari plasenta dibawahnya.

b. Lokal

Yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam dengan manipulasi

vagina dan uterus. Misalnya, dengan penyemprotan air sabun atau air

panas pada porsio, pemasangan laminaria stif atau kateter ke dalam

serviks, manipulasi serviks dengan jari tangan, manipulasi uterus dengan

melakukan pemecahan selaput amnion atau penyuntikan ke dalam uterus.

Penyuntikan ini dapat menyebabkan emboli udara.

2. Obat-obatan

Dalam masyarakat, penggunaan obat tradisional seperti nanas muda,

jamu peluntur dan lain-lain sudah lama dikenal. Abortivum, obat yang

sering dipakai di masyarakat awam untuk pengguguran dapat diabagi dalam

beberapa golongan.
a. Emmenogogues : obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah

menstruasi (peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae.

b. Ecbolics : obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina,

ekstrak pituitary, estrogen sintetik dan strychine. Obat jenis ini harus

digunakan dalam dosis besar untuk pengguguran sehingga dapat

menimbulkan bahaya.

c. Obat yang bekerja pada gastrointestinal yang menyebabkan muntah

(emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus

untuk berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan

kolon serta dapat menyebabkan hiperemia.

d. Obat-obat yang bekerja melalui tarktus digestivus bekerja sebagai

pencahar seperti, castor oil, croton oil, magnesium sulphate dan lain-lain,

menyebabkan peredaran darah di pelvik meningkat, sehingga

mempengaruhi hasil konsepsi

e. Obat-obat yang bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang

memepngaruhi refleks kontraksi uterus seperti tansy oil, turpentine oil,

ekstrak chantaridium (dalam dosis besar menyebabkan inflamsi ginjal

dan albuminuria), kalium permanganas menyebabkan inflamasi dan

perdarahan karena erosi pembuluh darah.

f. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti iritan inorganc metalik

(timah, antimony, arsenik, fosforus, mercury), iritan organik ( pepaya,

nanas muda, akar Pl umago rosea dan jus calatropis).


H. KOMPLIKASI ABORSI

Komplikasi yang dapat timbul akibat abortus sering dikenal dengan trias

komplikasi yaitu perdarahan, kerusakan alat genital, dan infeksi yang berakhir

dengan infertilitas. Secara medis aborsi dapat menimbulkan komplikasi yang

serius meliputi: 1761-3681-1

1. Infeksi Alat Reproduksi

Infeksi dapat timbul akibat penggunaan peralatan atau tangan yang

tidak steril, tertinggalnya sisa jaringan kehamilan dalam rahim, ibu telah

terkenal infeksi sewaktu di lakukan aborsi dan terbentuknya lubang pada

rahim.

2. Perdarahan Berat Pada Vagina.

Perdarahan yang hebat ini biasanya disebabkan oleh tertinggalnya

jaringan kehamilan dalam rahim. Rahim tidak mampu berkontraksi sehingga

perdarahan terus berlangsung. Perdarahan hebat ini dapat memciu terjadinya

syok dan kematian.

Anda mungkin juga menyukai