Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

AGUSTUS 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

HIMEN IMPERFORATA

Disusun Oleh:
Muhammad Fauzan Azhiman, S.Ked
10542 0399 12

Pembimbing:
DR. dr. H. Nasrudin A. M, Sp.OG(K), MARS

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada


Bagian Obstetri dan Ginekologi

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Muhammad Fauzan Azhiman, S.Ked

NIM : 10542 0399 12

JudulLaporanKasus : Himen Imperforata

Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Makassar, Agustus 2019

Pembimbing,

DR. dr. H. Nasrudin A.M, Sp.OG.(K), MARS

1
PENDAHULUAN

Hymen imperforata merupakan anomali kongenital langka penyebab


obstruksi saluran vagina. Hymen imperforata adalah malformasi kongenital yang
terjadi akibat kegagalan sinus urogenital membuat kanal atau saluran tetapi dapat
juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau
infeksi. 1
Prevalensi dari hymen imperforata ini adalah 0,01% - 0,05%, walaupun
kasusnya jarang tapi hymen imperforata adalah kejadian paling sering dalam
kasus obstruksi vagina.4 Masalah dari hymen imperforata ini adalah kasusnya
sering terlupakan atau tidak terdeteksi sampai saat terjadinya menarke. Padahal
hymen imperforata jika terlalu lama terdeteksi setelah menarke maka dapat
meningkatkan risiko untuk menjadi pelvic inflammatory disease yang dapat
menyebabkan infertilitas, nyeri pelvis dan kehamilan ektopik.2,4
Himen imperforate merupakan spektrum ekstrim dalam konfigurasi
pembentukan hymen. Beberapa variasi normal dalam perkembangan embriologis
hymen antara lain fenestrasi, septa, annular, mikroperforasi, dan crescent. Selain
itu deskripsi akurat tentang morfologi dan integritas dalam mendiagnosis himen
imperforata. Himen imperforata telah pernah dijelaskan sebagai akibat penetrasi
atau trauma sehingga menimbulkan luka parut sehingga pentingnya pemeriksaan
awal dalam hal ini anamnesis untuk menggali penyebab-penyebabnya. Himen
imperforata dapat didiagnosis dengan melihat genitalia eksterna yang mengalami
penonjolan dan dengan pemeriksaan USG abdomen dapat secara akurat
menunjukkan massa kistik di panggul yang menunjukkan adanya hidrokolpos
ataupun mukokolpos sehingga mengakibatkan obstruksi saluran kemih. Perawatan
pilihan didasarkan pada sayatan atau eksisi hymen. Laser karbondioksida atau
insersi kateter Foley termasuk dalam tindakan alternatif.

1
LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Nn. R
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. S
MRS : 4 Juli 2019

Anamnesis

Keluhan Utama :

Tidak haid sejak + 4 bulan yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien masuk RSIA Sitti Khadijah pada tanggal 4 Juli 2019. Pasien datang
dengan keluhan tidak haid sejak + 4 bulan yang lalu. Pasien mengaku 1 bulan
sebelum tidak haid mempunyai riwayat haid yang sedikit-sedikit (hanya terdapat
bercak di pembalut). Riw. Haid teratur sebelumnya dengan siklus haid + 28 hari
dan durasi + 3 hari. Nyeri perut saat haid (+) Riw trauma pada vagina (-) Riw.
Operasi (-). Riw. BAB baik, Riw. BAK lancar.

Riwayat Obstetri :

Tidak terdapat riwayat obstetri

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Hipertensi (-), penyakit ginjal (-), penyakit jantung (-), DM (-), asma (-),
alergi (-), Operasi (-), riwayat konsumsi obat-obatan (-), riwayat hipertensi
kehamilan sebelumnya (-).

2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat yang sama
sebelumnya.

Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

Riwayat Kontrasepsi :

Pasien tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun

Riwayat Ginekologi :
Haid pertama Usia 13 tahun, teratur, saat haid tidak nyeri, lama haid 7 hari. Siklus
haid 28 hari.

Status Generalis

Keadaan umum : Baik


Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5
Tinggi Badan : 150 cm
Tanda - Tanda Vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 82 x/menit
- Frekuensi napas : 20 x/menit
- Suhu : 36,8oC

Pemeriksaan Fisik Umum


- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterus (-/-)
- Jantung : BJ I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
- Paru : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Ekstremitas : Edema - - akral teraba hangat + +
- - + +

Pemeriksaan Luar
TFU : tidak teraba
Massa Tumor :-

3
Nyeri Tekan :-
Fluksus :-
Status Lokalis
Vulva / Vagina : Himen kesan intak, bombans (-) darah (-)

Pemeriksaan Dalam Vagina


Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah Lengkap :


 Hb : 12,3 g/dL  n : 12-14 g/dL
 Lekosit : 9,3 ribu/uL  n : 4-10 ribu/uL
 Trombosit : 474.000/ uL  n : 150000-450000/ uL
 HbsAg : Non Reaktif  n : Non Reaktif
 GDS : 104 mg/dL

Ultrasonografi (USG) Abdomen :


Tidak dilakukan pemeriksaan USG
Diagnosis
Himen Imperforata

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsional : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Penatalaksanaan
 Instruksi Pre-Operasi :
- Direncanakan Operasi Hymenectomy tanggal 5 Juli 2019
- Inform Consent
- Lapor OK
- Konsul Anestesi

4
- Siapkan darah PRC 2 bag
- Puasa
- Inj. Ceftriaxone 1gr/IV pre op

 Instruksi Pre-Operasi :
- Cefotaxime 1 gr/Inj IV
- Ketorolac 30 mg/Inj IV
- Ranitidin 50 mg/Inj IV

Resume
Pasien masuk RSIA Sitti Khadijah pada tanggal 4 Juli 2019. Pasien datang
dengan keluhan tidak haid sejak + 4 bulan yang lalu. Pasien mengaku 1 bulan
sebelum tidak haid mempunyai riwayat haid yang sedikit-sedikit (hanya terdapat
bercak di pembalut). Riw. Haid teratur sebelumnya dengan siklus haid + 28 hari
dan durasi + 3 hari. Nyeri perut saat haid (+) Riw trauma pada vagina (-) Riw.
Operasi (-). Riw. BAB baik, Riw. BAK lancar.
Riwayat konsumsi obat-obatan (-). Tidak mempunyai riwayat penyakit
keluarga yang sama. Riwayat alergi pasien mengatakan tidak mempunyai alergi
terhadap obat-obatan dan makanan. Riwayat ginekologi, Haid pertama Usia 13
tahun, teratur, saat haid tidah ada nyeri, lama haid 7 hari. Siklus haid 28 hari.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, GCS E4M6V5, tinggi Badan 150 cm, Tekanan darah 110/80 mmHg,
Frekuensi nadi 82 x/menit, Frekuensi napas 20 x/menit , Suhu 36,8oC.
Pemeriksaan luar didapatkan TFU tidak teraba. Status lokalis vulva / vagina
himen kesan intak, bombans (-) darah (-)
Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap ditemukan Hb 12,3 g/dL,
Lekosit 9,3 ribu/uL, Trombosit 474.000/ uL, HbsAg non Reaktif, GDS 104
mg/dL. Kemudian diberikan terapi Direncanakan Operasi tanggal 5 Juli 2019
,Inform Consent, lapor OK, konsul anestesi, siapkan darah PRC 2 bag, puasa, Inj.
Ceftriaxone 1gr/IV pre op.

5
PEMBAHASAN

Hymen imperforata merupakan anomali kongenital langka penyebab


obstruksi saluran vagina. Hymen imperforata adalah malformasi kongenital tetapi
dapat juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera
atau infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus
sinovaginal dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis.
Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari
duktus mullerian. Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten
dari membrane urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang
abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal.1

Pada kasus ini, pasien mengeluhkan tidak haid sejak + 4 bulan yang lalu
namun memiliki riwayat haid yang teratur yang dimulai saat berusia 13 tahun
dengan siklus 28 hari berdurasi 3 hari. Pasien juga mengeluhkan 1 bulan
sebelum tidak haid, darah haid yang keluar hanya berupa bercak.

Hymen Imperforata merupakan suatu keadaan di mana hymen tidak


membentuk hiatus hymenalis. Prevalensi dari hymen imperforata ini adalah
0,01% - 0,05%, walaupun kasusnya jarang tapi hymen imperforata adalah
kejadian paling sering dalam kasus obstruksi vagina. Masalah dari hymen
imperforata ini adalah kasusnya sering terlupakan atau tidak terdeteksi sampai
saat terjadinya menarke. Padahal hymen imperforata jika terlalu lama terdeteksi
setelah menarke maka dapat meningkatkan risiko untuk menjadi pelvic
inflammatory disease yang dapat menyebabkan infertilitas, nyeri pelvis dan
kehamilan ektopik.2,4

Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus sinovaginal


dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis. Hymen berasal
dari endoderm epitel sinus urogenital, dan bukan berasal dari duktus mullerian.
Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk mempertahankan

6
hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen merupakan lipatan
membrane irregular dengan berbagai jenis ketebalan yang menutupi sebagian
orifisium vagina, terletak mulai dari dinding bawah uretra sampai ke fossa
navikularis.2,3

7
Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan
terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap
bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil.
Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hidrokolpos. Bila diketahui sebelum
pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan
hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan
kumpulan dari sekresi serviks. Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15
tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi.5

Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang
terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum
menimbulkan gejala. Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos)
menyebabkan hymen tampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging)
akibat meregangnya membran mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien
adalah rasa nyeri, kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila
keadaan ini dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over
distensi vagina dan kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid
akan mengisi kavum uteri (Hematometra). Tekanan intra uterin mengakibatkan
darah dari kavum uteri juga dapat memasuki tuba fallopi dan menyebabkan
hemotosalfing karena terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung
tuba, sehingga darah tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum
peritoneum membentuk hematoperitoneum.3

Pada kasus ini pasien belum mengeluhkan adanya benjolan pada perut
bagian bawah namun sudah merasakan nyeri yang periodik pada bagian tersebut.

Gejala yang paling sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya
rasa sakit perut bagian bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian
belakang. Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang
distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada
daerah supra pubik bersamaan dengan gangguan air kecil menimbulkan disuria,

8
urgensi, inkontinensia overflow, selain itu juga dapat disertai penekanan pada
rectum yang menimbulkan gangguan defekasi. Gejala teraba massa di daerah
supra pubik karena terjadinya pembesaran uterus, hematometra, distensi kandung
kemih, hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan peritonitis.
13 pasien hymen imperforata, 10 pasien diantaranya mengalami distensi uterus
dan vagina yang luas, setelah diamati sampai usia dewasa, seluruh pasien
mengalami endometriosis pelvik, diduga akibat menstruasi retrograde yang terjadi
ke dalam rongga abdolmen, saat hymen imperforate belum tertangani.5

Pada kasus ini pasien memiliki riwayat BAB baik, tidak ada kelainan dan
riwayat BAK lancar

Foto abdomen (BNO-IVP), USG abdomen serta MRI Abdominal dan pelvis
dapat memberikan gambaran imaging untuk uterovaginal anomaly. Dengan USG
dapat segera didiagnosis hematokolpos atau hematometrokolpos, Selain itu,
transrectal ultrasonography dalam membantu delineating complex anatomy.
Apabila dengan USG tidak jelas, diperlukan pemeriksaan MRI. USG dan MRI
sebagai pemeriksaan penunjang untuk mengetahui apakah ada kongenital anomaly
traktus urinaria yang menyertai.2

Pada kasus ini pasien didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


fisis. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang apapun.

Tindakan terbaik pada kasus hymen imperforata yaitu berupa insisi pada
membran hymen, dengan tujuan membuat saluran pada vagina agar tidak terjadi
obstruksi menahun.Komplikasi yang biasa muncul pasca tindakan operatif berupa
jaringan parut yang timbul ataupun membran hymen menyatu kembali, maka dari
itu perlu dilakukan pemantauan selama 4-6 minggu untuk menilai keberhasilan
terapi.3
Dilakukan tindakan pembedahan hymenotomi apabila hymen imperforate
dijumpai sebelum maupun setelah pubertas, membran hymen dilakukan insisi atau

9
hymenotomi dengan cara sederhana dengan melakukan insisi silang pada posisi 2,
4, 8 dan 10 arah jarum jam, tehnik ini digunakan karena memiliki keuntungan
mengurangi risiko cedera uretra atau disebut insisi stellate. Pendapat lain
mengatakan, bila dijumpai hymen imperforata pada anak kecil/ balita tanpa
menimbulkan gejala, maka keadaan diawasi sampai anak lebih besar dan keadaan
anatomi lebih jelas, dengan demikian dapat diketahui apakah yang terjadi hymen
imperforata atau aplasia vagina. Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi
membrane hymen, sementara pada insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi
pada kuadran hymen dan pinggir mukosa hymen diaproksimasi dengan jahitan
mempergunakan benang delayed-absorbable. Tindakan insisi sayatan sertai eksisi
dapat mengakibatkan membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi
membrane hymen terjadi kembali. Untuk mencegah terjadinya jaringan parut dan
stenosis yang mengakibatkan dispareunia, eksisi jaringan jangan dilakukan terlalu
dekat dengan mukosa vagina. Setelah dilakukan insisi akan keluar darah berwarna
merah tua kehitaman yang kental. Sebaiknya posisi pasien dibaringkan dengan
posisi fowler. Selama 2-3 hari darah tetap akan mengalir, disertai dengan
pengecilan vagina dan uterus. Selain itu, pemberian antibiotik profilaksis juga
diperlukan. Evaluasi vagina dan uterus perlu dilakukan sampai 4-6 minggu paska
pembedahan, bila uterus tidak mengecil, perlu dilakukan pemeriksaan inspeksi
dan dilatasi serviks untuk memastikan drainase uterus berjalan dengan lancar. Bila
hematokolpos belum keluar, instrumen intrauterine jangan dipergunakan karena
bahya perforasi dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan.4,5

Pada kasus ini telah dilakukan hymenectomi dan diberikan Cefotaxime 1


gr/inj IV, Ketorolac 30 mg/inj IV, Ranitidin 50 mg/inj IV dan diperbolehkan rawat
jalan setelah 1 hari perawatan post operasi.

10
Kesimpulan

Hymen imperforata merupakan anomali genital langka maupun kelainan karena


jaringan parut oklusif, dimana terjadi obstruksi aliran keluar vagina pada bagian
introitus vagina akibat perkembangan abnormal dari lapisan epitel yang terhubung
ke jaringan hymen sehingga tidak dapat terbuka dan terjadi obstruksi total.
Hematometra dan hematokolpos merupakan tanda yang khas dari pemeriksaan
USG untuk menegakkan diagnosis, selain pemeriksaan status genitalia pada
bagian introitus vagina Hymen imperforata adalah penyakit genitalia langka pada
perempuan, terbukti dengan tingkat insidensi yang sangat minim. Deteksi awal
dan penanganan operatif perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Direkomendasikan agar melakukan follow up terhadap pasien pasca operatif
untuk menilai keberhasilan terapi.

11
Kaidah Dasar Bioetika Dalam Pengambilan Keputusan Medis

Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar
salahnya suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat
dari moralitas. Beauchamp dan Childress (1994) menguraikan empat prinsip etika
Eropa bahwa untuk mencapai ke suatu keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar
moral atau kaidah dasar bioetik. Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:
berbuat baik (beneficence), tidak merugikan (non-maleficence), menghargai
otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil (justice).

1. Autonomy yaitu prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak


otonomi pasien dan merupakan kekuatan yang dimiliki pasien untuk
memutuskan suatu prosedur medis. Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent. Pasien harus dihormati secara etik,
akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dibutuhkan pasien yang dapat
berkomunikasi dan pasien yang sudah dewasa untuk dapat menyetujui atau
menolak tindakan medis.
Pada pasien ini, melalui informed consent, pasien menyetujui suatu
tindakan medis secara tertulis dalam hal ini dilakukannya operasi
Hymenectomy. Informed consent dapat dicapai setelah diberikan penjelasan
mengenai keadaan pasien dengan berterus terang bahwa saat ini keadaan
organ vagina pasien tertutup oleh suatu lapisan sehingga menutup jalan
keluarnya darah haid dan tindakannya berupa operasi Hymenectomi yang
berfungsi untuk membuat lubang pada vagina sehingga darah haid dapat
mengalir keluar.
Autonomy menyaratkan bahwa pasien harus terlebih dahulu menerima
dan memahami informasi yang akurat tentang kondisi mereka, jenis tindakan
medik yang diusulkan, risiko, dan juga manfaat dari tindakan medis tersebut.

2. Non-maleficence (tidak merugikan) adalah prinsip menghindari terjadinya


kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk

12
keadaan pasien. Pernyataan kuno First do no harm, tetap berlaku dan harus
diikuti. Dokter haruslah memilih tindakan yang paling kecil resikonya. “Do
no harm” merupakan point penting dalam prinsip non-maleficence. Prinsip
ini dapat diterapkan pada kasus ini yaitu mencegah terjadinya hematocolpos
dan hematometra yang dapat mengakibatkan darah dari kavum uteri juga
dapat memasuki tuba fallopi dan menyebabkan hemotosalfing karena
terbentuknya adhesi (perlengketan) pada fimbriae dan ujung tuba, sehingga
darah tidak masuk atau hanya sedikit yang dapat masuk ke kavum peritoneum
membentuk hematoperitoneum.

3. Beneficence (murah hati) yaitu prinsip moral mengutamakan tindakan yang


ditujukan ke kebaikan pada pasien atau penyediaan keuntungan dan
menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya. Dalam
beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan
juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada sisi buruknya
(mudharat). Dan memandang pasien tidak saja menguntungkan dokternya,
serta meminimalisasikan akibat buruk. Point utama dari
prinsip beneficence sebenarnya lebih menegaskan bahwa seorang dokter
harus mengambil langkah atau tindakan yang lebih bayak dampak baiknya
daripada buruknya sehingga pasien memperoleh kepuasan tertinggi. Dalam
hal ini dokter telah melakukan yang terbaik kepada pasien dalam upaya
tindakan atau terapi. Dimana pasien telah dilakukan tindakan hymenectomy
lalu dilanjutkan dengan perawatan post operasi berupa Cefotaxime 1gr/inj IV,
Ketorolac 30 mg/inj IV, Ranitidin 50 mg/inj IV dan juga pasien diminta
untuk melakukan CT-Scan Abdomen untuk mengevaluasi kembali.
Prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan
untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau
menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah
sederhana yang dialami pasien.

13
4. Justice atau keadilan adalah prinsip moral yang mementingkan faimess dan
keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya atau
pendistribusian dari keuntungan, biaya dan risiko secara adil dimana seorang
dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan
dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan
politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, dan
kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap
pasiennya. Dalam hal ini, dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya
berdasarkan tingkat ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dsb. Pada
kasus ini, dokter memberlakukan segala sesuatu secara universal artinya
dokter memberikan penanganan yang sama pada semua pasien yang
menderita penyakit yang sama dalam hal ini pasien pre eklampsia berat
dengan pemberian obat-obatan dan pemilihan tindakan medik yaitu terminasi
kehamilan sesuai dengan indikasi penyakit yang diderita tanpa membedakan
SARA, status sosial, dan sebagainya.
Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik dapat juga
dilakukan dengan pendekatan yang berbeda yang dikemukakan Jonsen,
Siegler, dan Winslade mereka mengembangkan teori etik yang menggunakan
4 topik

14
Pada topik etik Medical Indication penialaian aspek indikasi medis ini
ditinjau dari sisi etiknya, dan terutama menggunakan kaidah dasar bioetik
beneficence dan non-malificence. Adapun beberapa jawaban pertanyaan etik yang
selayaknya disampaikan kepada pasien ini pada informed consent.
1. Adanya suatu lapisan yang menutupi lubang vagina sehingga darah haid tidak
dapat mengalir keluar
2. Tujuan tindakan untuk memperbaiki keadaan fisiologisnya.

Selanjutnya patient preference kita memperhatikan nilai (value) dan


penilaian tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya, yang berarti
cerminan kaidah autonomy. Secara rinci jawaban pertanyaan etikanya adalah :
1. Pasien secara mental mampu dan kompeten secara legal dalam menyadari dan
memahami kondisi klinis yang saat ini dialaminya
2. Pasien menyetujui tindakan seksio sesaria yang terbaik menurutnya dengan
menigisi lembar persetujuan berdasarkan informed consent yang telah
diberikan
3. Tentunya pasien telah mengetahui keuntungan serta kerugian dari tindakan
yang akan dilakukan serta efek samping yang dapat timbul melalui
komunikasi yang baik antar petugas medis dan pasien

Pada Quality of life merupakan aktualisasi salah satu tujuan kedokteran,


yaitu memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insani. Apa, siapa,
dan bagaimana melakukan penilaian kualitas hidup merupakan pertanyaan etik
sekitar prognosis, yang berkaitan dengan salah satu kaidah dasar bioetik yaitu
Beneficence, Non-malificence, dan Autonomy. Secara rinci :
1. Dampak dari Hymenectomy pastinya ada komplikasi seperti perdarahan
maupun infeksi namun jika tindakan ini dilakukan akan berakibat
terakumulasinya darah pada uterus yang dapat berkembang menjadi
endomyometritis, PID dan penyakit infeksi lainnya.
2. Tindakan Hymenectomy khusus dilakukan untuk pasien yang didiagnosis
Hymen imperforata.

15
3. Kondisi pasien pasca Hymenectomy biasanya baik jika tidak terjadi
komplikasi yang disebutkan diatas.

Yang terakhir adalah contextual features. Prinsip dalam bagian ini adalah
loyalty and fairness. Disini dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang
mempengaruhi keputusan. Sesuai dengan kasus ini, jawaban dari pertanyaan
etikanya adalah :
1. Dalam hal ini, tidak ada kendala dari luar yang didapatkan berupa masalah
penolakan dari keluarga dan lingkungan pasien yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien
2. Untuk masalah finansial juga tidak ditemukan masalah karena pada pasien
menggunakan jaminan kesehatan nasional dimana seluruh biaya perawatan
dan operasi ditanggung oleh pemerintah
3. Tidak ada faktor religius, budaya, dan kepercayaan pada pasien dimana
pasien pun menganut agama Islam yang mengajarkan setiap umatnya untuk
terus berusaha dan tidak mudah menyerah karena segala penyakit diturunkan
bersama dengan obatnya.

Secara kaidah bioetik islam juga didapatkan lima kaidah dasar yang
meliputi Kaidah Niat (Qaidah Niyyat), Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin),
Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar), Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al
Masyaqqat)Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf). Sementara itu Kaidah Dasar
Bioetika Islam meliputi:
1. Kaidah Niat (Qaidah Niyyat).
Prinsip ini meminta dokter agar berkonsultasi dengan hati nuraninya. Terdapat
banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak diketahui
orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur dengan
alasan yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun
sesungguhnya memiliki niatan berbeda dan tersembunyi. Pada kasus ini dokter
telah menentukan diagnosis berdasarkan klinis medis yang tampak pada
pasien sehingga dokter telah memiliki keputusan untuk memberikan tindakan

16
pada pasien. Pemberian penjelasan tentang kondisi yang dihadapi oleh pasien,
berupa adanya lapisan yang menutupi lubang vagina sehingga memerlukan
tindakan Hymenectomy sehingga pasien mengerti segala kemungkinan yang
terjadi dengan tindakan medis yang diambil semata-mata sebagai suatu
tindakan untuk mengembalikan kondisi fisiologis.
2. Kaidah Kepastian (Qaidah al yaqiin).
Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar
yaqiin yang diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter
dalam mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat
probabilitas terbaik dari yang ada (evidencebased medicine). Termasuk pula
dalam hal diagnosis, perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling
mungkin. Pastinya dalam hal pengambilan tindakan medis dokter spesialis
telah melihat segala kemungkinan yang terjadi sebelum melakukan tindakan
medis. Begitupun dalam kasus ini, dokter mengambil kesimpulan diagnosis
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dirujuk berbasis
evidencebased medicine.
3. Kaidah Kerugian (Qaidah al dharar)
a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,
kehilangan hari-hari sehat) pasien.
b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang sebanding
(al dharar la yuzaal bi mitslihi)
c. Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi intervensi
medis yang diusulkan memiliki efek samping, diikuti prinsip bahwa
pencegahan penyakit memiliki prioritas yang lebih tinggi ketimbang
keuntungan dengan nilai yang sama, dar’an mafasid awla min jalbi al
mashaalih. Jika keuntungan memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi
daripada kerugian, maka mendapatkan keuntungan memiliki prioritas
yang lebih tinggi. Dalam kasus ini, petugas medis telah memaksimalkan
keuntungan yang dapat diperoleh pasien dibanding kerugiannya yaitu
dengan memberikan penanganan berupa Hymenectomy.

17
d. Keseimbangan antara yang dilarang vs. diperbolehkan. Dokter kadang
dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek yang dilarang
namun juga memiliki efek yang diperbolehkan. Petunjuk hukum adalah
bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi untuk dikenali jika
keduanya muncul bersamaan dan sebuah keputusan harus diambil, idza
ijtima’a al halaal wa al haram ghalaba al haraam al halaal.
e. Pilihan antara dua keburukan. Jika dihadapkan dengan dua situasi medis
yang keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain
memilih salah satu dari keduanya, dipilih yang kurang merugikan,
ikhtiyaar ahwan al syarrain. Suatu hal yang merugikan dilakukan untuk
mencegah munculnya kerugian yang lebih besar, al dharar al asyadd
yuzaalu bi al dharar al akhaff . Dengan cara yang sama, intervensi medis
yang memiliki kepentingan umum diutamakan di atas kepentingan
individu, al mashlahat al aamah muqoddamat ala al mashlahat al khassat.
Individu mungkin harus mendapatkan kerugian untuk melindungi
kepentingan umum, yatahammalu al dharar al khaas il dafi u al dharar al
aam.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)
a. Kebutuhan melegalisir yang dilarang. Dalam kondisi yang menyebabkan
gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, jika tidak segera
disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan keringanan dalam
mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban syari’ah. Dalam
kasus ini, segala bentuk gangguan serius yang dapat terjadi pada pasien
harus segera di minimalisir untuk menjaga kesehatan fisik maupun
mental pada pasien.
b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syari’ah tersebut tidak
melewati batas batas yang diperlukan (secukupnya saja).
c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan tidak
menghilangkan secara permanen hak-hak pasien yang harus
direkompensasi dan dikembalikan pada keadaan semula seiring dengan
waktu; kesulitan melegalisir sementara dari tindakan medis yang

18
melanggar, berakhir setelah kondisi yang menyulitkan tadi berakhir.
Dengan kata lain, jika hambatan telah dilewati, tindakan medis yang
dilarang kembali menjadi terlarang.
d. Delegasi: mendelegasikan tugas kepada orang lain untuk melakukan
tindakan yang membahayakan adalah tindakan yang ilegal.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf);
Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum, seperti standard
operational procedure (SOP/Protap) untuk perawatan klinis dianggap sebagai
hukum dan diperkuat oleh syari’ah. Terkait dengan kasus tersebut, pasien
telah menerima upaya yang proporsional dalam tindakan medis dan telah
sesuai dengan SOP/Protap yang telah ada.

19
KAJIAN KEISLAMAN

Pada kodratnya, perempuan yang sehat mengalami siklus menstruasi atau


haid setiap bulan. Siklus ini ditandai dengan keluarnya darah dari liang senggama
perempuan, secara periodik dalam kondisi badan yang sehat.

Agama Islam begitu memerhatikan masalah perempuan, termasuk perkara haid


ini. Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 222:10

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Ia adalah gangguan.”


Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
amat bersuci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepada kamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan
menyukai orang-orang yang bersungguh-sungguh menyucikan diri.”

Sebab turunnya ayat ini dijelaskan dalam hadits riwayat Ahmad bin Hanbal
dari Anas. Dalam hadits tersebut diceritakan bahwa jika perempuan yahudi haid
masakannya tidak dimakan dan tidak boleh berkumpul bersama keluarga di
rumahnya. Salah seorang sahabat menanyakan hal itu kepada Nabi, kemudian
Nabi berdiam sementara maka turunlah ayat tersebut di atas. Setelah ayat itu

20
turun, Rasulullah bersabda "lakukanlah segala sesuatu (kepada isteri yang sedang
haid) kecuali bersetubuh". Pernyataan Rasulullah ini sampai kepada orangorang
Yahudi, lalu orang-orang Yahudi dan mantan penganut Yahudi seperti shock
mendengarkan pernyataan tersebut. Apa yang selama ini dianggap tabu tiba-tiba
dianggap sebagai "hal yang alami" (adzan). Kalangan mereka bereaksi dengan
mengatakan apa yang disampaikan oleh laki-laki itu (Rasulullah) adalah suatu
penyimpangan dari tradisi besar kita. Usayd bin Hudayr dan Ubbad bin Basyr
melaporkan reaksi tersebut kepada Rasulullah; lalu wajah Rasulullah berubah
karena merasa kurang enak terhadap reaksi tersebut dan kami (Usayd ibn Hudayr
dan Ubbad bin Basyr) mengira beliau marah kepada mereka berdua. Mereka
berdua langsung keluar (sebelumnya) beliau menerima air susu hadiah dari
mereka berdua. Lalu Rasulullah mengutus orang untuk mengejar mereka dan
memberi mereka minum susu, sehingga mereka berdua tahu bahwa rasulullah
tidak marah kepada mereka.
Masalah haid juga diceritakan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan olah
Bukhāri. Aisyah berkata,” kami keluar bersama Nabi untuk melaksanakan haji.
Ketika kami sampai di Sarif, aku mengalami haid. Lalu Nabi menghampiriku, dan
saat itu aku hanya menangis. Nabi kemudian bertanya,” apa yang membuatmu
menangis?” aku menjawab: ‟ sepertinya aku tidak bisa berhaji tahun ini,‟
rasulullah bersabda,” apakah engkau sedang haid?” aku menjawab,”ya” rasulullah
bersabda

Itu adalah sesuatu yang telah allah tetapkan untuk anak- anak perempuan adam‟.
Biasanya perempuan pertama kali haid ketika berumur duabelas sampai lima
belas tahun. Terkadang ada juga perempuan yang sudah mengalami haid sebelum
atau setelah umur tersebut. Keadaan ini tergantung kondisi fisik dan psikisnya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai batasan umur untuk perempuan haid,
sehingga ketika ada perempuan yang mengalami haid sebelum atau sesudah
batasan usia tersebut bisa dipastikan darah yang keluar dari rahim perempuan

21
adalah darah penyakit dan bukan darah haid. Perbedaan itu disebabkan tidak
adanya penjelasan dari nash mengenai hal itu. Para ulama menetapkan batasan itu
dengan melihat kebiasaan dan keadaan perempuan.
Menurut Hanafi usia perempuan ketika pertama kali haid adalah sembilan
tahun qamariah atau tiga ratus lima puluh empat hari dan umur berhentinya haid
adalah limapuluh lima tahun. Sedangkan menurut maliki, perempuan itu
mengalami haid dari umur sembilan tahun sampai tujuhpuluh tahun.
Menurut Syafii tidak ada batasan umur bagi terhentinya masa haid, selama
perempuan itu hidup haid masih mungkin terjadi padanya. Tetapi biasanya sampai
umur enampuluh dua. Hambali batas akhir umur perempuan haid adalah
limapuluh tahun, hal ini berdasarkan qaul ‟aisyah ”ketika perempuan sampai
umur limapuluh tahun, dia sudah keluar dari batasan haid” dan ia juga
menambahkan :” perempuan tidak hamil setelah ia berumur limapuluh tahun”
Ad-Darimi berkata,” setelah melihat pendapat yang berbeda tentang hal
tersebut, ia berkata,‟ semua pendapat itu menurutku salah. Karena semua
pendapat itu didasarkan pada keluarnya darah haid. Maka, jika sudah keluar darah
dari rahim perempuan pada keadaan bagaimanapun atau usia berapapun pastilah
ia haid.” pendapat itu juga yang dipakai ibnu taimiyah, kapan saja perempuan
haid, walaupun usianya kurang dari sembilan tahun atau lebih dari limapuluh
tahun ia tetap dihukumi haid. Karena hukum haid itu dikaitkan dengan keluarnya
darah tersebut dan bukan pada usia tertentu.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Lee Keum Hwa, Hong Ji Sun,dkk. 2019. Imperforate Hymen: A


Comprehensive Systematic Review. Korea: J Clin Med. 8(1): 56

2. Lazanyi Mikhaila, Grover R. 2019. Imperforate Hymen: Retrospective review


from a single tertiary centre of presenting symptoms and diagnostic process.
Australia. Pada tanggal 7 Mei 2019

3. Singh Aditya, Gupta Arun Kumar.2019. Hydrocolpos Caused by Imperforate


Hymen in a Preterm Newborn. 2019. Saudi Arabia: Saudi J Med Sci. 7(2):
124-125.

4. Saxena K Amulya. 2018. Pediatric Imperforate Hymen.


https://emedicine.medscape.com/article/954252-overview#a4 (diakses pada
tanggal 31 Juli 2019)

5. Hillard Paula J Adams. 2016. Imperforate Hymen.


https://emedicine.medscape.com/article/269050-overview (diakses pada
tanggal 31 Juli 2019)

6. Mappaware, Nasrudin Andi. 2007. Konsep Dasar Bioetika-Hukum


Kedokteran dalam Penerapan Masa Kini dan Kesehatan sebagai Haka Asasi
Manusia. Makassar.

7. Rahayu N Sri. 2012. Perempuan Haid dalam Tinjauan Hukum Islam. Skripsi.
Walisongo Institutional Repository.

23

Anda mungkin juga menyukai