Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

Oleh :
DIRA ADHITIYA NINGRUM
1102014077

Dokter Pembimbing:
dr. Utomo Budidarmo, SpOG, MKes

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RS BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
Periode 08 APRIL – 22 JUNI 2019
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 23 tahun
Alamat : Jln. Raden Saleh, Depok
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk: 10 Juni 2019
Jam masuk : 09.30 WIB

Nama Suami : Tn. IA


Umur : 26 tahun
Alamat : Jln. Raden Saleh, Depok
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Polri

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis pada tanggal 10 Juni 2019
Keluhan utama : Kram pada perut bagian bawah sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan : Batuk berdahak disertai dengan pilek
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Polri dengan keluhan perut bagian bawah terasa kram sejak
1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Kram dirasakan hilang timbul. Keluhan disertai
dengan batuk dan pilek sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan
kram disertai nyeri pada perut bagian bawah timbul jika pasien batuk berulang-ulang.
Pasien sedang hamil anak pertama. Pasien pernah melakukan USG di rumah sakit lain 2
bulan sebelumnya dan dinyatakan terdapat mioma uteri pada rahim pasien. Riwayat
keguguran disangkal. Keluhan keluar lendir, darah, keputihan dari jalan lahir disangkal.
Keluhan mual, muntah, dan demam disangkal.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat hipertensi,
diabetes, asma, maupun jantung disangkal.

1
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa. Riwayat hipertensi,
diabetes, asma, maupun jantung disangkal.

RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan Tahun Tempat Penolong Cara BB Jenis Usia Keadaan
ke persalinan Lahir Kelamin
1 Hamil ini

KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah : Pertama
: ♀ 23 tahun, SMA, Ibu Rumah Tangga
: ♂ 26 tahun, SMA, Polri
Haid Terakhir : 15 Maret 2019 Siklus: Teratur Lama: 7 hari
Darah : Biasa Nyeri: Ya Menarche : 10 tahun
Kontrasepsi terakhir : -
Alasan berhenti KB : -

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : CM
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 18 x/mnt
Suhu : 37 0C
Kepala : Conjuctiva anemis: -/- Sklera ikterik: -/-
Leher : Tiroid: tidak ada kelainan. KGB: tidak ada kelainan
Thorak : Jantung : BJ I & BJ II normal reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : Inspeksi : agak membuncit
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+), fundus uteri teraba.
Ekstremitas : Edema: - Varises: -

2
STATUS GINEKOLOGIK
PEMERIKSAAN LUAR:
Inspeksi: Fluksus (-) darah (-)
Palpasi: Fundus Uteri : Teraba. Nyeri tekan (+)
Perkusi/Auskultasi: Tidak ada kelainan
Inspekulo: Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN DALAM
Tidak dilakukan

STATUS OBSTETRI
TFU : 1 jari di bawah pusat
DJJ : 150x/menit

LABORATORIUM
Tanggal 10 Juni 2019
Hematologi : Hemoglobin 12,2 g/dl
Hematokrit 36 %
Leukosit 16.500/mm3
Trombosit 310.000/mm3

3
Ultrasonografi (USG) tanggal 24 April 2019

USG:
- CRL 1,03 cm
- GA 7 minggu
- EDD 10/12/2019
- Tampak GS intrauterin dengan mioma multiple di ismus posterior, di fundus, dan dekat
GS dengan ukuran masing-masing 48 x 47 mm, 18 x 14 mm, dan 1 mm.
Kesan mioma multiple intramural

4
Ultrasonografi (USG) tanggal 19 Mei 2019

USG : - CRL 4,30 cm


- GA 11 minggu
- EDD 10/12/2019
- Ukuran mioma di ismus posterior 64x67 mm

5
Ultrasonografi (USG) tanggal 11 Juni 2019

USG : - - GS normal
- CRL 85,8 mm
- BJJ +
- GA 14 minggu
Saran : Kontrol rutin kehamilan

DIAGNOSIS
Mioma Uteri Intramural pada G1P0A0 Hamil 14 minggu
Janin tunggal hidup intrauterin

RENCANA PENGELOLAAN
- Infus RL 500 cc + Bricasma 2 ampul 15-20 tpm
- Inj. Cefotaxime 2 x 1 gram
- OBH syrup 3 x 1 cth
- Paracetamol 3 x 500 mg

PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Ad bonam


- Quo ad functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Isi Rongga Panggul


Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang
sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus adalah 7 - 7,5 em, lebar di tempat yang paling
Iebar 5,25 em, dan tebal 2,5 em. Uterus terdiri atas korpus uteri (2/3 bagian atas) dan
serviks uteri (1/2 bagian bawah).1
Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar
melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang
terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang
berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan
serviks masih ada bagian yang disebut ismus uteri. Bagian atas uterus disebut fundus
uteri. Di sana kedua tuba Fallopii kanan dan kiri masuk ke uterus. Dinding uterus terdiri
terutama atas miometrium, yang merupakan otot palos berlapis tiga; lapisan otot
sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara
kedua lapisan ini otot palos berjalan saling beranyaman. Miometrium dalam
keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.1

Gambar 1. Potongan sagital melalui genitalis interna

7
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar yang disebut
endometrium. Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar, dan
stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-kcluk. Di korpus uteri
endometrium licin, akan tetapi di serviks berkelok-kelok; kelenjar-kelenjar itu
bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi endometrium
sangat dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium.1
Umumnya uterus pada perempuan dewasa terletak di sumbu tulang panggul
dalam anteversiofleksio (serviks ke depan atas) dan membentuk sudut dcngan vagina,
sedang korpus uteri mengarah ke depan dan membentuk sudut 120°- 130° dengan
serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditcmukan dalam retrofleksio (korpus uteri
berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memcrlukan pengobatan.
Perbandingan antara panjang korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam
perkembangan tubuh seorang perempuan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1 : 2,
sedangkan pada perempuan dewasa 2 : 1. Di bagian luar, uterus dilapisi olch lapisan
serosa (peritoneum viseral). Dengan demikian, dari luar ke dalam dinding korpus uteri
akan dilapisi oleh serosa atau perimetrium, miometrium, dan endometrium. Uterus
mendapat darah dari arteria uterina (cabang dari arteri iliaka intcrna) dan dari arteria
ovarika.1

Gambar 2. Uterus dan adneksa

8
2. Mioma Uteri
2.1.Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.1
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim (Gambar 3 dan Gambar 4). Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di
usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3 - 9
kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama
5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna.1

2.2.Epidemiologi
Mioma belum pernah ditemukan sebelum terjadinya menarche, sedangkan
setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih tumbuh. [2] [3] Diperkirakan
insiden mioma uteri sekitar 20%-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma
ditemukan 2,39% - 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.2
Wanita yang sering melahirkan, sedikit kemungkinannya untuk perkembangan
mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya satu kali
hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak
pernah hamil atau hanya hamil satu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan
riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.2,4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Salim (2015) penderita mioma uteri
terbanyak ditemukan pada usia 40-50 tahun dan pada paritas nullipara yaitu sebesar
63,33 % dan 26,32 % dengan jenis yang paling banyak yaitu mioma intramural sebesar
48,25%.2

2.3.Etiologi
Penyebab mioma uteri belum diketahui secara pasti. Namun diduga akibat
terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan
perubahan kromosom baik secara parsial maupun keseluruhan.[2] Aberasi kromosom
ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa dan yang terbanyak (36,6%)
ditemukan pada kromosom 7 (del(7) (q 21) /q 21 q 32) serta protein genetik Med12,
akibatnya terbentuklah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari
sebuah sel neoplastik tunggal yang berada di antara otot polos miometrium. Selain

9
faktor predisposisi genetik, faktor lain yang mempengaruhi yaitu beberapa hormon
seperti estrogen, progesteron, dan human growth hormon.[2] Dengan adanya stimulasi
estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus, sehingga menyebabkan
perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium, sehingga terjadilah
pertumbuhan mioma.2
Mioma jarang sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh
hormon reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya
mioma terjadi di beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah utama
dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik
yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini
adalah 15 em, tetapi cukup banyak yang melaporkan kasus mioma uteri dengan bcrat
mencapai 45 kg (100 lbs).1
Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan
miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma memang lebih tinggi
dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah dibandingkan dengan
di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar estrogen dan
mengecil atau menghilang setelah menopause. Walaupun progesteron dianggap sebagai
penyeimbang estrogen tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak
konsisten.1

2.4.Klasifikasi
Mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah
dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya,
maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain: Mioma submukosa; Mioma intramural;
Mioma subserosa; dan Mioma intraligamenter.1,2
1) Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis
ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat
diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi
tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma

10
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma
submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang
mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.1,2
2) Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai
yang mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga
dapat menimbulkan keluhan miksi. 1,2
3) Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.1,2
4) Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma
saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran
servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma
dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat
yang tersusun seperti kumparan (whorl like pattern) dengan pseudokapsul yang
terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.1,2

Walaupun seringkali asirntomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan sangat


bervariasi, seperti metroragia, nyeri, menoragia, hingga infertilitas. Perdarahan hebat
yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi utama histerektomi di Amerika
Serikat. Yang menyulitkan adalah anggapan klasik bahwa mioma adalah asimtomatik
karena hal ini seringkali meyebabkan gejala yang ditimbulkan dari organ sckitamya
(tuba, ovarium, atau usus) menjadi terabaikan.1

11
Masalah lain terkait dengan asimtomatik mioma adalah mengabaikan
pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi atau histerektomi sehingga
miosarkoma menjadi tidak dikenali.1
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi
jaringannya dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga
mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lcbih pucat, relatif bulat, kenyal,
berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol keluar sehingga
mengesankan bahwa permukaan luamya adalah kapsul.1

Gambar 3. Berbagai jenis mioma uteri Gambar 4. Multipel mioma


(Sumber: www.gfmer.ch) (Sumber: www.gfmer.ch)

2.5.Perubahan Sekunder
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama penumbuhannya, maka mioma
dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut.1
a. Degenerasi jinak
- Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan
atau menopause.
- Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau "tua" di mana bagian yang
semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan
berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan
gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi hialin.
- Kistik: setelah mengalami hialinisasi, hal tersebur berlanjut dengan cairnya gelatin
sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau tekanan

12
fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke kavum
uteri, kavum peritoneum, atau retroperitoneum.
- Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkaneus yang umumnya mengenai mioma
subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan
pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.
- Septik: Defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis di bagian
tengah tumor yang berlanjur dengan infeksi yaog dtandai dengan nyeri, kaku
dinding perut, dan demam akut.
- Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis yang
diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan
perubahan warna mioma. Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi bersamaan dengan
kehamilan karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih
diprioritaskan sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi
aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan menghilang sendiri
(self limited). Terhadap kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau
koagulasi diseminata intravaskuler.
- Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses degenerasi
hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimtomatik.
b. Degenerasi ganas
Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada 0,1% - 0,5%
penderita mioma uteri.

2.6.Gejala Klinik
Gejala klinik hanya terjadi pada 35% - 50% penderita mioma.[1] Hampir
sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam
uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita
sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai
keluhan penderita dapat berupa:1
a. Perdarahan Abnormal Uterus
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia defisiensi
zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah yang besar maka sulit untuk
dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa
seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan

13
bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor.1
Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis
endometrium akibat tarikan dan infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh
tangkai yang keluar dari ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek
tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.1
b. Nyeri
Mioma tidak mcnyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses
degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum
uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya
infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti
peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan
sensasi umuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
menekan persyarafan yang berjalan di atas pembukaan tulang pelvis.1
c. Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah
mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Mioma
intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik
mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan
omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan
sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan infertilitas. Bila ukuran
tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung kemih dan rektum.
Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran
cerna, rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan
langsung mioma terhadap kavum uteri.1

14
Gambar 5. Multipel mioma dari spesimen Gambar 6. Mioma berukuran besar
Histerektomi (Sumber: www.gfmer.ch)
(Sumber: www.gfmer.ch)

2.7.Gejala akibat Komplikasi


a. Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang
semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah
menopause.5

b. Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami
perdarahan pervaginam yang abnormal. Mioma yang bertangkai dapat mengalami
torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian timbul sindroma abdomen akut, mual, muntah dan syok. Infertilitas dapat
terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba,
sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh
karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan.5

15
2.8.Diagnosis
1) Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.1,2
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium
yang perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama untuk mencari
kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.1
b) Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.1
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.1
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.1

4) Diagnosis banding
Tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum
dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan
inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis,
khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG
abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.1
Adenomiosis merupakan lesi pada lapisan miometrium yang ditandai
dengan invasi jinak endometrium yang secara normal hanya melapisi bagian
dalam dinding uterus/ kavum uteri. Pada beberapa hal, terdapat kesamaan antara
adenomiosis dengan endometriosis walaupun adenomiosis lebih banyak
diderita oleh perempuan berusia 40-an tahun dan multipara, sedangkan

16
endometriosis pada perempuan dewasa muda dan infertil. Oleh sebab itu,
sebagian pakar keilmuan menggolongkan adenomiosis sebagai endometriosis
interna untuk membedakannya dengan endometriosis pelvik (eksterna).1

2.9.Tatalaksana
Penanganan mioma tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
kehamilan, konservasi fungsi reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang
ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang
diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada
keadaan gawat darurat akibat infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan
bedah gawat darurat untuk menyelamatkan penderita. Terapi pilihan adalah
histerekromi karena terapi konservarif (hormonal) hanya akan menunda
penyembuhan dan upaya untuk mengatasi keluhan penderita, termasuk gangguan
kesehatan akibat perdarahan atau stres psikis yang berkepanjangan.1
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih
55% dari semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun,
apalagi jika ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.1,2
Secara umum penatalaksanaan mioma uteri dibagi atas 2 metode, yaitu:
a. Terapi medisinal (hormonal)
Pemberian Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis bertujuan
untuk mengurangi ukuran mioma dengan cara mengurangi produksi estrogen
dari ovarium. Dari suatu penelitian multi senter didapatkan data pada
pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien dengan mioma uteri dapat
mengurangi volume mioma sebesar 44%. Efek maksimal pemberian GnRH
agonis baru terlihat setelah 3 bulan. Pemberian GnRH agonis sebelum
dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor
sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal lainnya
seperti komtrasepsi oral dan preparat progesterone akan mengurangi gejala
perdarahan uterus yang abnormal namun tidak dapat mengurangi ukuran dari
mioma.6
b. Terapi pembedahan
Terapi pembedahan pada mioma uteri dilakukan tehadap mioma yang
menimbulkan gejala. Menurut American College of Obstetricians

17
Gynecologists (ACOG) indikasi pembedahan pada pasien mioma uteri adalah
sebagai berikut:7
1) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis yang tidak respon
terhadap terapi konservatif
2) Dugaan adanya keganasan
3) Pertumbuhan mioma pada masa menopause
4) Infertilitas karena gangguan pada kavum uteri maupun karena oklusi
tuba
5) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat
dan akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang
kronis dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi
miksi yang sering
6) Anemia akibat perdarahan

Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :


1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus. Miomektomi sering dilakukan pada penderita mioma uteri
yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan idak ingin dilakukan
histerektomi. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomy,
histeroskopi, maupun dengan laparoskopi.7
Pada laparotomy, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk
mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi
adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan
terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomin
dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi
risiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi
fertilitas pada pasien. Selain itu, masa penyembuhan pasca operasi juga
lebih lama, sekitar 4-6 minggu.7
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma
submucosa yang terletak pada kavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini,
ahli bedah memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi kavum

18
uteri dengan cairan untuk memperluas dinding uterus alat bedah dimasukkan
melalui lubang yang terdapat pada histeroskop untuk mengangkat mioma
submucosa yang terdapat pada kavum uteri. Kelebihan tekhnik ini adalah
masa penyembuhan pasca operasi yang lebih cepat yaitu 2 hari.7
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan
laparoskopi. Mioma yang bertangkai di luar kavum uteri dapat diangkat
dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosa yang terletak di daerah
permukaan uterus juga dapat diangkat secara laparoskopi. Tindakan ini
dilakukan dengan memasukkan alat laparoskop ke dalam abdomen melalui
insisi yang kecil pada dinding abdomen. Keunggulan laparoskopi adalah
masa penyembuhan pasca operasi yang lebih cepat antara 2-7 hari.7
2) Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan
pendekatan abdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus
secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30%
dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri
merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia
kehamilan 12-14 minggu.7
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi
(STAH). Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih
besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung
kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan
serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi.
Dengan menyisakan serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa
terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibandingkan dengan yang
menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada
TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini
tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.7
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan
vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen.

19
Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil
dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya.7
Secara umum, histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan
prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska
operasi juga lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani
histerektomi vaginal lebih cepat dibandingkan dengan yang menjalani
histerektomi abdominal.7
Pada pasien-pasien yang terdapat kontra indikasi untuk operasi atau
jika takut operasi dapat dilakukan pemberian penghambat aromatase
(aromatase inhibitor).1

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
d/a Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta.
2. Salim, I.A. 2015. Karakteristik Mioma Uteri di RSUD Prof. Dr. MargonoSoekarjo
Banyumas. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kedokteran (13): 3.
3. Guyton AC. 2008. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
4. Schorge et al. 2008. Menopause dalam Williams Gynecology. Edisi 23. New York: The
McGraw-Hill Companies.
5. Lacey, C.G. 2007. Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosa and Treatment. Edisi 6. Aplleten & Lange. Norwalk
Connectient. California.
6. Baziad, A. 2003. Endokrinologi Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Media Aesculapius.
7. Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara (38): 3.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
RSUD H. Adam Malik Medan. (Accessed on April 14, 2019).

21

Anda mungkin juga menyukai