Anda di halaman 1dari 28

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN MINGGU 8


UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2023

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh :
Siti Afifah
C014202059

Residen Pembimbing :
dr. Andi Mey Pratiwi

Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Deviana Soraya Riu, Sp.OG(K), Subsp.K.Fm

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Siti Afifah


NIM : C014202059
Judul : Abortus Inkomplit

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, April 2023

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

Dr. dr. Deviana Soraya Riu, Sp.OG(K), Subsp.K.Fm dr. Andi Mey Pratiwi

ii
BAB 1

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. RR
Umur : 31 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir: SMA
Agama : Islam
Alamat : Toli-Toli
No. RM : 01015163
Tanggal Masuk RS : 29 Maret 2023

1.2 Anamnesis

• Keluhan Utama
Nyeri Perut tembus belakang + Perdarahan dari jalan lahir

• Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien perempuan 31 tahun G4P3A0 Gravid 11 minggu 1 hari masuk IGD
Kebidanan dan Kandungan RS. Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan nyeri perut
tembus belakang disertai keluar darah bergumpal dari jalan lahir sejak 1 jam
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat keluar darah dari jalan lahir sedikit demi
sedikit sejak 7 hari yang lalu, keluar jaringan tidak ada. Riwayat koitus disangkal,
Riwayat trauma disangkal. Riwayat memasukkan obat dan alat ke jalan lahir
disangkal.

3
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Hipertensi : disangkal
• Diabetes : disangkal
• Asma : disangkal
• Alergi : disangkal

• Riwayat Penyakit Keluarga


• Hipertensi : disangkal
• Diabetes : disangkal
• Asma : disangkal
• Alergi : disangkal

• Riwayat Haid
• Menarche : 13 tahun
• Lama : 5 - 7 hari
• Siklus : ± tiap 30 hari, Teratur
• Banyak : 2 - 3 kali ganti pembalut
• Disminorhea : Tidak ada.
• HPHT : 10 Januari 2023

• Riwayat Perkawinan
• Menikah : 1 kali, usia 18 tahun
• Lama Menikah : 13 tahun

• Riwayat Kehamilan
Kehamilan saat ini usia gestasi 11 minggu 1 hari. Taksiran Persalinan 17 Oktober
2023

4
• Riwayat Obstetri
• 2010/Perempuan/2.500 gram/Aterm/PPN/Rumah/Bidan/Sehat
• 2017/Laki-laki/2.500 gram/Aterm/PPN/RS/Bidan/Sehat
• 2021/Perempuan/3.000 gram/Aterm/PPN/Klinik/Bidan/Sehat
• 2023/Kehamilan sekarang

• Riwayat Operasi
• Tidak ada

• Riwayat KB
• Kontrasepsi yang dipakai : KB suntik/3 bulan
• Keluhan : Tidak ada
• Lamanya Pemakaian : 6 bulan

• Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pola makan pasien sehari-hari baik dan
teratur. Pasien mengaku tidak memiliki kecenderungan mengonsumsi jenis

5
makanan tertentu. Pasien tidak memiliki kebiasaan minum alkohol dan merokok.
Hubungan pasien dengan keluarga serta lingkungan sekitar baik.

1.3 Pemeriksaan Fisik


• Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,5 ℃

• Antropometri
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 157 cm
IMT : 22,3 kg/m2
Status Gizi : Normal

• Pemeriksaan Fisik Umum


Sakit sedang / Normal / GCS 15 E4M6V5 (compos mentis)

Kepala : Tidak ada deformitas, rambut sulit dicabut


Edema kelopak mata -/-, Konjungtiva anemis -/-, Sklera Ikterus - /- ,
Wajah :
Sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Bendungan Vena Leher (-)
Simetris kiri dan kanan, hiperpigmentasi aerola mammae tidak ada,
Thorax :
pengeluaran cairan tidak ada, pelebaran sela iga tidak ada
Vocal fremitus simetris kiri dan kanan
Paru :
Bunyi napas vesikuler, Ronkhi tidak ada, Wheezing tidak ada
Ictus cordis tidak tampak, bunyi jantung I/II murni regular,
Jantung :
Bising jantung tidak ada
Tampak perut datar, linea nigra tidak ada, nyeri tekan epigastrium
Abdomen :
kanan tidak ada, peristaltic usus ada dalam batas normal.
Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak ada

6
• Status Obstetri
i. Inspeksi
• Mammae : Kolostrum, hiperpigmentasi aerola (-)
• Abdomen : Datar
• Bekas Luka Operasi : Tidak ada

ii. Palpasi
• TFU : 4 jari di atas simfisis pubis
• Massa Tumor : Tidak teraba
• Nyeri Tekan : Tidak ada
• Fluksus : Darah ada

iii. Pemeriksaan Dalam


• Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
• Portio : Lunak
• OUE/OUI : Terbuka/Terbuka
• Uterus : Kesan membesar
• Adneksa : Tidak ada kelainan
• Pelepasan : Darah ada, teraba jaringan
• Cavum Douglas : Tidak ada kelainan

1.4 Pemeriksaan Penunjang


• Pemeriksaan Ultrasonografi
Uterus antefleksi, tampak massa mixechoic ukuran 2,3 x 2,5 cm. Kesan sisa
jaringan. Tidak tampak endometrial line

• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi Rutin
WBC 12.5 4.00 – 10.0 103/ul
RBC 4.86 4.00 – 6.00 106/ul
7
HGB 14.0 12.00 – 16.00 gr/dl

8
HCT 41 37.0 – 48.0 %
MCV 85 80.0 – 97.0 fL
MCH 29 26.5 – 33.5 Pg
MCHC 34 31.5 – 35.0 gr/dl
PLT 252 150 – 400 103/ul
Koagulasi
Waktu bekuan 8.00” 4 – 10 menit
Waktu
4.00” 1–7 menit
perdarahan
Glukosa Darah
GDS 107 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 24 10 – 50 mg/dl
Kreatinin 0.62 L (<1.3); P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 17 <38 U/L
SGPT 12 <41 U/L
Elektrolit
Natrium 141 136 – 145 mmol/l
Kalium 4.2 3.5 – 5.1 mmol/l
Klorida 103 97 – 111 mmol/l
Imunoserologi
HBsAg Non Reactive Non Reactive

Plano test (29/03/2023) = Positif

1.5 Diagnosis Kerja


G4P3A0 gravid 11 minggu 1 hari + Abortus inkomplit

1.6 Rencana Terapi


1) Rencana CITO Kuretase

9
2) IVFD RL 500 ml 28 tpm
3) Antibiotik profilaksis ceftriaxone 2 gram/IV/Skin test
4) Siap darah 2 bag PRC

10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi oleh akibat – akibat tertentu pada
atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram
atau buah kehamilan belum mampu untuk bertahan hidup diluar kandungan.1

2.2. Epidemiologi
Abortus inkomplit terjadi pada wanita dengan usia kehamilan < 20 minggu.
Abortus inkomplit lebih sering terjadi pada wanita usia lanjut dan dengan status
sosioekonomi yang rendah atau mereka yang terlibat dalam perilaku berisiko. Wanita
yang tinggal di daerah dengan akses layanan kesehatan yang buruk meningkatkan
risiko terjadinya abortus inkomplit.2
Wanita yang sebelumnya pernah terdiagnosia dengan mola hidatidosa, biasanya
berusia 15 – 20 tahun, mempunyai sekitar 13% kemungkinan untuk mengalami abortus
inkomplit. Tidak ada data statistik yang mendukung di seluruh dunia oleh karena
hukum legalisasi aborsi di banyak negara dan kurangnya pelaporan kasus.3

2.3. Etiologi
a. Faktor Genetik
Faktor genetik diduga berhubungan dengan abortus. Sebagian besar abortus
spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Triploid ditemukan pada
sekitar 16% kejadian abortus di mana ovum normal dibuahi oleh 2 sperma
(dispermi). Trisomi (30% dari seluruh kasus trisomi) adalah penyebab terbanyak
abortus spontan diikuti dengan Sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down
atau trisomi 21 dimana sepertiganya bisa bertahan hingga lahir. Selain kelainan
sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal yaitu dalam bentuk tetraploid
dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut. Kelainan dari struktur
kromosom juga merupakan salah satu penyebab kelainan sitogenetik yang dapat
menyebabkan aborsi. Selain dari itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen juga
dapat mengganggu proses implantasi dan mengakibatkan abortus, seperti pada
11
mytotic dystrophy yang menyebabkan kombinasi gen yang abnormal dan
gangguan fungsi uterus. Gangguan genetik seperti Sindrom Marfan, Sindroma
Ehlers-Danlos, Hemosisteinuria dan pseudoxantoma elasticum merupakan
gangguan jaringan ikat yang dapat menyebabkan abortus. Kelainan hematologik
seperti pada penderita sickle cell anemia, disfibrinogemia, defisiensi faktor XII
menyebabkan abortus dengan mikroinfark pada plasenta.4

b. Faktor Anatomi
Defek anatomi diketahui dapat menjadi penyebab komplikasi obstetrik
utamanya abortus. Pada perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan adanya
anomali uterus pada sekitar 27% pasien. Penyebab terbanyak abortus karena
faktor anatomi adalah septum uterus yang diakibatkan oleh adanya kelainan
duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau uterus unicornis (10-30%).
Mioma uteri juga dapat mengakibatkan abortus berulang dan infertilitas akibat
adnaya gangguan passage dan kontraktilitas uterus. Selain dari kelainan uterus,
Sindroma Asherman juga dapat mengakibatkan abortus karena mengganggu
tempat implantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium. Kelainan
kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah endometrium juga
dapat berpengaruh. Selain itu, kelainan yang didapat seperti adhesi intrauterin
(synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan komplikasi anomali pada
uterus dan dapat menyebabkan terjadinya abortus.4
Selain kelainan yang telah disebutkan di atas, Inkompetens serviks juga
telah terbukti dapat menyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.
Wanita dengan inkompeten serviks mengalami dilatasi serviks yang signifikan
yaitu 2 cm atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal. Apabila
dilatasi mencapai 4 cm atau lebih, maka terjadi kontraksi uterus yang aktif dan
menyebabkan pecahnya selaput ketuban dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi
dari dalam rahim1. Faktor – faktor yang mengakibatkan inkompeten serviks adalah
kehamilan yang berulang, Riwayat operasi serviks sebelumnya, riwayat cedera
serviks, dan abnormalitas dari anatomi serviks.4

12
c. Faktor Endokrin
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada sistem
hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral secara
keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutamanya
kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.2 Pada pasien
diabetes mellitus dengan kadar HbA1c yang tinggi pada trimester pertama akan
berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin. IDDM (Insulin
Dependent Diabetes Mellitus) dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2 – 3
kali lipat untuk mengalami abortus. Kadar progesteron yang rendah juga
mempengaruhi kesiapan endometrium terhadap implantasi embrio. Kadar
progesteron yang rendah diketahui dapat menyebabkan abortus utamanya pada
usia kehamilan 7 minggu di mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid
untuk menunjang kehamilan.2 Faktor humoral terhadap imunitas desidua juga
berperan pada kelangsungan kehamilan. Perubahan endometrium menjadi desidua
mengubah semua sel pada mukosa uterus. Perubahan morfologi dan fungsional ini
mendukung proses implantasi, proses migrasi trofoblas, dan mencegah invasi
yang berlebihan pada jaringan ibu. Selain itu, hipotiroidisme, hipoprolaktinemia
dan sindrom polikistik ovarium juga merupakan faktor yang kontribusi pada
kejadian abortus.4

d. Faktor Infeksi
Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan
sitokin yang berdampak langsung pada janin dan fetoplasenta. Infeksi janin bisa
berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk dapat bertahan
hidup.4
Infeksi plasenta dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan dapat
berlanjut menjadi kematian janin. Infeksi kronis pada endometrium akibat
penyebaran bakteri dari traktus urogenetalia dapat mengganggu proses implantasi.
Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif juga dapat mengakibatkan
abortus. Infeki virus pada awal kehamilan dapat mengakibatkan perubahan

13
genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV,
HSV, coxsackie virus, dan varisella zoster.4
Beberapa jenis organisme yang dapat mengakibatkan terjadinya abortus,
diantaranya adalah :1
i. Bakteria : Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma
hominis, Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina.
ii. Virus : Citomegalovirus , Herpes Simplex Virus, HIV dan Parvovirus.
iii. Parasit : Toksoplasma gondii, Plasmodium falsifarum.
iv. Spirochaeta: Treponema pallidum.4

e. Faktor Imunologi
Beberapa penyakit autoimun yang berhubungan erat dengan kejadian
abortus diantaranya adalah Systemic Lupus Eritematosus dan Antiphospholipid
Antibodies (ApA). ApA adalah antibodi spesifik yang ditemukan pada ibu yang
menderita SLE. Peluang terjadinya abortus pada trimester 2 dan 3 pada pasien
SLE adalah sekitar 75%.4

f. Faktor Trauma
Trauma abdominal yang berat dapat menyebabkan terjadinya abortus yang
diakibatkan karena adanya perdarahan, gangguan sirkulasi maternoplasental dan
infeksi. Namun secara statistik, hanya sedikit insiden abortus yang disebabkan
oleh karena trauma.4

g. Faktor Nutrisi dan Lingkungan


Diperkirakan 1-10% malformasi janin diakibatkan oleh paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus. Faktor – faktor
yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok,
konsumsi alkohol dan kafein.4 Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan
risiko terjadinya abortus.1
Rokok mengandung ratusan zat toksik, diantaranya adalah nikotin dan
karbon monoksida. Nikotin memiliki sifat vasoaktif yang dapat menghambat

14
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurukan kadar oksigen ibu dan
janin dan dapat memicu dihasilkannya neurotoksin. Konsumsi alkohol pada 8
minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus spontan
dan anomali pada fetus. Angka kejadian abortus meningkat 2 kali lipat pada
wanita yang mengonsumsi alkohol 2 kali seminggu dan meningkat 3 kali lipat bila
konsumsi alkohol tiap hari bila dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengomsumsi alkohol sama sekali.4 Mengonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas
kopi perhari juga dapat meningkatkan risiko abortus dan bila mengonsumsi lebih
dari 5 gelas, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas
kopi.1Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai kadar paraxantine
(metabolit kafein) berisiko mengalami abortus spontan 2 kali lipat daripada
kontrol.4

2.4. Pembagian
Pembagian berdasarkan terjadinya abortus adalah sebagai berikut :
1) Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun
mekanis.5
2) Abortus provokatus adalah keluarnya hasil konsepsi yang disengaja atau
digugurkan. Abortus provokatus terbagi menjadi :
a. Abortus medisinalis atau abortus terapeutika (Abortus provocatus artificialis
atau Abortus therapeuticus) adalah abortus dengan adanya indikasi abortus
untuk kepentingan ibu dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu, misalnya: penyakit jantung, hipertensi esential, dan
karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari
dokter spesialis kandungan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.5
b. Abortus kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah abortus tanpa
adanya indikasi medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan
dilarang oleh hukum.5

15
Pembagian abortus berdasarkan gambaran klinisnya dapat dibagi menjadi :
1) Abortus Immines
Abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana terjadi perdarahan
pervaginam. Abortus imminens didiagnosa bila usia kehamilan kurang dari 20
minggu dan mengeluarkan darah sedikit pada jalan lahir. Perdarahan dapat
berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri pada
perut bagian bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Ostium
uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.6

Gambar 1 Abortus Imminens

2) Abortus Insipiens (inevitable abortion)


Abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri
telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri. Abortus
insipiens didiagnosis bila pada wanita hamil ditemukan perdarahan yang banyak,
kadang – kadang disertai dengan keluarnya gumpalan darah dan nyeri perut bagian
bawah karena kontraksi rahim yang kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang – kadang
perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal
dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin
biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan
kontraindikasi.6

16
Gambar 2 Abortus Insipiens

3) Abortus Inkomplit (incomplete abortion)


Jika hanya sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta. Perdarahan biasanya terus berlangsung dengan volume
yang banyak dan membahayakan ibu. Didapatkan serviks tetap terbuka karena
masih ada sisa jaringan di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing
(corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan
mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada
abortus insipiens.6

Gambar 3 Abortus Inkomplit

4) Abortus Komplit (complete abortion)


Abortus yang seluruh hasil konsepsinya telah keluar (desidua atau fetus), sehingga
rongga rahim kosong. Perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan
dan selambat – lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga
dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada

17
perdarahan juga, abortus inkomplit atau endometritis pasca abortus harus
dipikirkan.6

Gambar 4 Abortus Komplit

5) Missed Abortion

Abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum usia
kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam
kandungan selama 6 minggu atau lebih.6

Gambar 5 Missed Abortion

6) Abortus Habitualis (recurrent abortion)


Keadaan terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini
adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan
hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, gangguan dari korpus
luteum dan gangguan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan
progesteron sesudah korpus luteum atrofi juga merupakan etiologi dari abortus
habitualis.6

18
Gambar 6 Abortus Habitualis

7) Abortus Infeksius (infectious abortion)


Abortus yang disertai infeksi genital.6

8) Abortus Septik (septic abortion)


Abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya
kedalam peredaran darah atau peritonium.6

2.5. Tanda dan Gejala


Abortus inkomplit ditandai oleh perdarahan pervaginam dan nyeri perut atau
kram. Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dan sebagian masih
tertinggal di dalam, sehingga menimbulkan perdarahan pervaginam, bahkan
menyebabkan terjadinya syok pada ibu. Pada pemeriksaan fisik, jaringan dapat teraba
pada vagina, serviks yang membuka, dan besar uterus yang mulai mengecil. Pada
keadaan ini tes kehamilan masih positif, tetapi kehamilan tidak dapat dipertahankan.7

2.6. Diagnosis
Diagnosis abortus ditegakkan, berdasarkan :
a. Anamnesis
Gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutama di bagian suprapubik yang dapat menjalar ke punggung, bokong
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak terlalu tinggi.
Gejala tersebut utamanya khas terjadi pada abortus dengan hasil konsepsi yang

19
masih tertingal di dalam rahim. Selain itu, dapat ditanyakan pula ada atau tidaknya
amenore. Gejala perdarahan pervaginam dapat disertai atau tanpa pengeluaran
jaringan hasil konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga perlu ditanyakan apakah
berupa jaringan yang lengkap seperti janin atau tidak.8
Riwayat penyakit dahulu sebaiknya digali dengan seksama seperti ada
tidaknya diabetes melitus yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol, riwayat trauma, merokok, konsumsi alkohol dan riwayat infeksi traktus
urogenitalia harus diperhatikan. Riwayat berpergian ke tempat endemik malaria
dan riwayat penggunaan narkoba dan riwayat seks bebas dapat menambah
kecurigaan abortus yang mengarah akibat infeksi.8
Pada abortus inkomplit, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri dan masih ada jaringan yang tertinggal. Perdarahan biasanya masih terjadi,
jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa,
yang menyebabkan sebagian plasental site masih terbuka sehingga perdarahan
terus terjadi.9

b. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik, hal yang perlu diperhatikan berupa : jumlah
perdarahan apakah banyak, sedang atau sedikit. Dari palpasi abdomen dapat
memberikan petunjuk keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dari
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
dan konsistensinya. Pada pemeriksaan dalam vagina, pada kasus abortus
inkomplit, ostium uteri masih terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
atau menonjol di ostium uteri eksternum. Pemeriksaan fisis pada kecurigaan
abortus dapat dilihat dari tabel di bawah ini:10

Gejala dan
Perdarahan Serviks Uterus Diagnosis
Tanda
Tertutup Sesuai dengan Kram perut Abortus
Sedikit hingga
usia gestasi bawah, uterus Imminens
sedang
lunak

20
Tertutup/Terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tanpa Abortus
usia gestasi nyeri perut Komplit
bawah, Riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Kram atau nyeri Abortus
perut bawah, Insipiens
belum terjadi
ekspulsi hasil
Sesuai dengan konsepsi
Terbuka
usia gestasi Kram atau nyeri Abortus
perut bawah, Inkomplit
Sedang hingga ekspulsi
Masif Sebagian hasil
konsepsi
Terbuka Lunak dan lebih Mual/muntah, Mola hidatidosa
kram perut
besar dari usia bawah,
gestasi sindroma
mirip PEB,
tidak ada
janin, keluar
jaringan
seperti
anggur

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,
waktu bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG
ditemukan besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi
sudah sulit dikenali, di kavum uteri tampak massa hiperekoik dan bentuknya tidak
beraturan.10

21
2.7. Differential Diagnosis
Berikut differential diagnosis dari abortus :

Differential
Gejala Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
 Perdarahan pada usia  TFU sesuai dengan usia  Tes kehamilan masih
kehamilan < 20 minggu kehamilan. positif.
Abortus berupa flek-flek.  Dilatasi serviks (-)  USG : Gestational sac
Imminens  Nyeri perut bawah ringan. (+), Fetal plate (+), fetal
 Keluar jaringan (-) movement (+), fetal heart
movement (+)
 Perdarahan banyak dengan  TFU sesuai dengan usia  Tes kehamilan masih
usia kehamilan < 20 kehamilan. positif.
Abortus minggu.  Dilatasi serviks (+)  USG : Gestational sac
Insipiens  Nyeri perut bawah berat (+), Fetal plate (+), fetal
 Keluar jaringan (-) movement (+/-), fetal
heart movement (+/-)
 Perdarahan sedang –  TFU tidak sesuai dengan usia  Tes kehamilan masih
banyak dengan usia kehamilan. positif.
Abortus kehamilan < 20 minggu.  Dilatasi serviks (+)  USG : sisa jaringan (+)
Inkomplit  Nyeri perut bawah ringan  Teraba jaringan di cavum
 Keluar jaringan Sebagian uteri atau masih menonjol
(+) pada ostium uteri eksternum
 Perdarahan (-)  TFU tidak sesuai dengan usia  Tes kehamilan masih
Abortus  Nyeri perut bawah (-) kehamilan. positif 7 – 10 hari setelah
Komplit  Keluar jaringan (+)  Dilatasi serviks (-) abortus.
 USG : sisa jaringan (-)
 Perdarahan (-)  TFU tidak sesuai dengan usia  Tes kehamilan negative,
Missed
 Nyeri perut bawah (-) kehamilan. 1 minggu sejak
Abortion
 Dilatasi serviks (-)

22
 Tidak merasakan keluhan pertumbuhan janin
apapun. Kehamilan tidak terhenti.
sesuai dengan usia gestasi.  USG : Gestational sac
Usia gestasi >14 – 20 (+), Fetal plate (+), fetal
minggu, Rahim mengecil movement (-), fetal heart
dan tanda kehamilan movement (-)
sekunder mulai
menghilang.
 Tanda kehamilan (+)  TFU lebih besar dari usia  Tes kehamilan masih
 Gambaran gelembung kehamilan. positif dengan kadar
mola (+)  Gambaran gelembung mola HCG > 100.000
Mola
 Perdarahan sedikit – (+) mIU/mL.
Hidatidosa
banyak.  DJJ (-)  USG : gambaran snow
 Nyeri perut ringan flake atau honey comb.
 Mual – muntah (+)
 Perdarahan berupa flek-  TFU tidak sesuai usia  Tes kehamilan positif.
Kehamilan flek kehamilan.  USG : gestational sac (+),
Anembrionik  Nyeri perut ringan  Ostium uteri tertutup kosong tidak terisi janin.
 Tanda kehamilan (+)
 Nyeri abdomen (+)  Nyeri abdomen (+)  Lab : Hb rendah, eritrosit
 Tanda kehamilan (+)  Tanda-tanda syok (+/-) dan leukosit dapat
Kehamilan
 Perdarahan pervaginam  Tanda akut abdomen (+) meningkat.
Ektopik
(+/-)  Nyeri goyang portio  Tes kehamilan positif.
Terganggu
 Cavum douglass menonjol  USG : gestational sac (+),
diluar cavum uteri.

2.8. Tatalaksana
a. Tatalaksana Umum
i. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).

23
ii. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan darah
sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memburuk dengan cepat.
iii. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
1. Ampicillin 2 gram IV/IM kemudian 1 gram diberikan setiap 6 jam.
2. Gentamicin 5 mg/ KgBB/ IV setiap 24 jam.
3. Metronidazol 500 mg/ IV setiap 8 jam.
iv. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
v. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.11,12,13,14

b. Abortus Inkomplit
i. Lakukan konseling.
ii. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari
16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
iii. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) adalah metode yang
dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia.
Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
iv. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin dalam
1 liter NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit
untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi.
v. Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
vi. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
vii. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.

24
viii. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat
diperbolehkan pulang.11,12,13,14
Penanganan abortus inkomplit disertai syok karena perdarahan segar harus
diberikan infus intravena cairan NaCI fisiologik atau cairan Ringer yang segera
disusul dengan darah. Setelah syok diatasi, dilakukan kuretase. Pasca tindakan
ergometrin intramuskuler untuk mempertahankan kontraksi uterus.

2.9. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diakibatkan oleh luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan
tertinggal, diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca
tindakan, dapat pula timbul lama setelah tindakan.9
b. Perforasi uterus
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya pada abortus provokatus
kriminalis. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi
harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan
apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok
hemoragik.9
c. Syok
Syok akibat refleks vasovagal atau neurogenik. Komplikasi ini dapat
mengakibatkan kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah
seluruh pemeriksaan dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan
adanya emboli cairan amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan
dengan teliti.9

25
d. Emboli udara
Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara
masuk ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di
endometrium dalam keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak
menyebabkan kematian, sedangkan dalam jumlah 70- 100 ml dilaporkan sudah
dapat memastikan dengan segera.9
e. Inhibisi vagus
Inhibisi vagus hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi
akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang
terlalu panas atau terlalu dingin.9
f. Keracunan obat/ zat abortivum
Keracunan obat/ zat abortivum termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Iodium dan Sublimat dapat mengakibatkan
cedera yang hebat atau kematian. Demikian pula obat- obatan seperti kina atau
logam berat. Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan
toksikolgik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.9
g. Infeksi dan sepsis
Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan waktu.
Khususnya pada genitalia eksterna yaitu Staphylococci, Streptococci, Gram
negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira,
jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada Lactobacili,
Streptococci, Staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur.9
Umumnya pada abortus infeksius, infeksi terbatas pada desidua. Pada abortus
septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke perimetrium, tuba,
parametrium, dan peritonium. Organisme – organisme yang paling sering
bertanggung jawab terhadap infeksi pasca abortus adalah E.coli, Streptococcus
non hemolitikus, Streptococci anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus
hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai

26
adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan Clostridium tetanii.
Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.9

2.10. Prognosis
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksi memberikan
prognosis yang baik terhadap ibu.9

27
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kemenkes RI.
2. Gebretsadik A. Factors Associated with Management Outcome of Incomplete Abortion I
Yirgalem General Hospital, Sidama Zone, Southern Ethiopia. Obstet Gynecol Int.
2018;2018:3958681.
3. Kitange B, Matovelo D, Konje E, Massinde A, Rambau P. Hydatiform moles among patients
with incomplete abortion in Mwanza City, North western Tanzania. Afr Health Sci. 2015
Dec;15(4):1081-6.
4. Prawirohardjo, S., 2014, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta.
5. Saifuddin A. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal,Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta,2006 Hal M9-M17.
6. Azhari. 2015. Kelahiran tidak diinginkan (aborsi) dalam kesehatan reproduksi remaja.
Palembang: Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI/ RSMH.
7. Puscheck, E. E. Early Pregnancy Loss. 2015.
8. Gaufberg, S. M. 2015. Threatened Abortion. s.l. : Medscape.
9. Kepmenkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Jakarta: Kepmenkes RI; 2013.
10. Saifuddin A. 2010. Perdarahan pada kehamilan muda dalam Buku.
11. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: EGC; 2010.
12. Manuaba IBG, Chandranita IA, Fajar IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007.
13. Achadiat CM. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2010
14. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF, editor. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2010.

28

Anda mungkin juga menyukai