Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

KISTA OVARIUM

Penyaji : Kelompok 7

Indah Aullia Wulandari, S.Ked 20360080

Nia Novia Anggraini, S.Ked 19360066

Syifa Salsabila, S.Ked 19360075

Perseptor:

dr. Fonda Octarianingsih Shariff, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
KOTA BANDAR LAMPUNG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus:

KISTA OVARIUM

Penyaji,

Perseptor,

Indah Aullia Wulandari, S.Ked dr. Fonda Octarianingsih Shariff, Sp.OG

Nia Novia Anggraini, S.Ked

Syifa Salsabila, S.Ked

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
KOTA BANDAR LAMPUNG
2020

ii
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. M

Umur : 36 tahun

Suku bangsa : Lampung

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kemiling

MRS : 25 Juli 2020, Pukul 10.00

Ruang : VK

II. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Keluhan nyeri perut saat menstruasi.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Ny M, berusia 36 tahun datang ke Poliklinik RSPBA pada tanggal 25 Juli

2020, Pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri perut saat menstruasi sejak

2 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan setiap hari saat haid selama 5 hari,

skala nyeri 6-7.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, penyakit jantung, hipertensi,

diabetus mellitus.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :

3
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, penyakit jantung,

hipertensi, diabetus mellitus, hipertensi, penyakit paru-paru.

5. Riwayat Pengobatan :

Ny. M pernah berobat 1 tahun yang lalu ke dokter dan dikatakan ada kista

ukuran 3 cm.

6. Riwayat Menstruasi :

Menarche : 12 Tahun

Lama : 4-6 Hari

Siklus : 28-30 Hari

Jumlah darah : 3 kali ganti pembalut/hari

Keluhan saat haid : nyeri perut setiap hari saat haid,

berlangsung selama 5 hari.

7. Riwayat Kehamilan Sekarang :

Belum pernah hamil.

HPHT : 24 Juni 2020

8. Riwayat Kontrasepsi :

Tidak menggunakan .

9. Riwayat perkawinan :

Menikah 1x.

10. Riwayat Operasi :

Tidak Ada.

11. Riwayat Alergi :

4
Pasien mengaku tidak ada alergi obat maupun makanan.

III. STATUS GENERALIS

1. Kesadaran : Compos Mentis

2. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

3. Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82x/mnt

Pernafasan : 18x/mnt

Suhu : 36,6 °C

4. Berat Badan / Tinggi Badan : 56kg / 158cm

5. Pemeriksaan Fisik Umum

A. Kepala

Bentuk kepala : Normosefali, Tidak ada deformitas

Rambut : Warna hitam, Distribusi merata, Tidak mudah dicabut

Wajah : Simetris, Tidak ada deformitas

Mata : Kelopak mata oedem (-), Konjungtiva anemis (-/-),

Sklera ikterik (-/-), Pupil isokor (+/+), Refleks cahaya

langsung (+/+)

Telinga : Normotia, Deformitas (-), Nyeri tekan tragus (-),

Nyeri tekan mastoid (-), Sekret (-)

Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), Sekret (-), Septum

5
deviasi (-), Mukosa hiperemis (-)

Bibir : Simetris, Sianosis (-)

Mulut : Lidah kotor terdapat Coated Tongue

B. Leher

Pembesaran KGB : tidak terdapat pembesaran KGB

Pembesaran Tiroid : tidak terdapat pembesaran Tiroid

JVP : tidak ditemukan tanda-tanda peningkatan JVP

Trachea : tidak terdapat deviasi trakea, trakea terletak di

central.

C. Toraks

Dinding dada : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Paru-paru

Inspeksi : Gerakan kedua hemitorak simetris saat inspirasi dan

ekspirasi

Palpasi : Gerakan dada simetris, Hemitoraks tidak tertinggal,

Vokal fremitus kedua hemitoraks sama, Krepitasi (-),

Nyeri tekan (-)

Perkusi :Sonor kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

6
Mammae : sepasang, simetris kanan dan kiri, areola

berwarna gelap, dan retraksi puting -/-. Nyeri tekan -/-, tidak teraba

massa.

Jantung

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga

(-), normothorak (-), IC tidak terlihat.

Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak teraba pulsasi yang kencang.

Perkusi : Batas kanan : Atas ICS 2 linea parasternal dextra

Bawah ICS 4 linea parasternal dextra

Batas kiri : Atas ICS 2 linea parasternal sinistra

Bawah ICS 4 linea midclavivularis

sinistra

Batas atas : ICS 2 linea parasternal sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+)

Genital : Flek darah (-)

Ekstremitas : Akral hangat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki,

Oedem tungkai -/-, Varises (-), Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis -/-

7
IV. STATUS GINEKOLOGIK

1. Pemeriksaan Luar

Inpeksi : Cembung.

Palpasi : Teraba massa kistik ukuran 3 cm, immobile, nyeri tekan (-)

permukaan rata ,berbatas tegas. Kanan: LMC dextra, kiri: LMC

sinistra, batas atas: pusat, batas bawah: setingggi simpisis.

Perkusi / auskultasi : Timpani , BU +

Inspekulo : Tidak dilakukan

2. Pemeriksaan Dalam

Vulva : Kanan dan kiri tidak ada kelainan

Vagina : Tidak ada kelainan

Portio : Tebal kaku

Ostium uteri eksternum : Tertutup

Corpus uteri : Tidak ada kelainan

Parametrium kiri : Teraba massa kistik

Parametrium kanan : Tidak ada kelainan

Cavum douglasi : Tidak menonjol

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan USG :

8
Tampak massa complex solid kistik ,batas tegas ,bersepta ,dengan

kalsifikasi.

Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap :

31 Juli 2020

9
 Serum Elektrolit

Natrium:134 mmol/L

Kalium :3.73 mmol/L

Klorida:114 mmol/L

 Faal Hati

SGOT:14 U/L

SGPT:6 U/L

Albumin:4.34 g/dL

 Metabolisme Karbohidrat

Gula Darah Sewaktu :112 mg/dL

 Faal Ginjal

Ureum: 17.90 mg/dL

Creatinine:0.59 mg/dL

 Faal Hemostasis

PPT dan APTT Dalam Batas Normal

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Abses ovarium

2. Kista ovarium

3. Endometriosis

10
VII. DIAGNOSIS KERJA

G0P0A0 dengan Kista Ovarium Sinistra.

VIII. TATALAKSANA

A. Rencana Diagnostik

• Observasi tanda vital

• USG Abdomen

• CT – scan whole abdomen dengan kontras

• Pemeriksaan tumor marker CEA dan CA125

• Laparoskopi

B. Rencana Terapi

• IVFD RL/12 jam

• Inj. Ceftriaxone 3x1gr

• Rencana tindakan operatif

IX. PROGNOSIS

Dubia ad bonam ( Jika penatalaksanaan telah benar dan sesuai prosedur).

X. PERMASALAHAN

1. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kasus ini ?

2. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini ?

3. Bagaimana komplikasi pada kasus ini ?

11
XI. ANALISIS KASUS

1. Bagaimana menegakkan diagnosis pada kasus ini?

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik

maupun solid, jinak maupun ganas. Kista ovarium salah satu tumor jinak

ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa

reproduksinya (Adriani, 2018).

Keluhan utama pada kista ovarium adalah perut terasa penuh, berat,

kembung,tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil),

haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau serta dapat menyebar

kepanggul bawah dan paha,nyeri saat bersenggama, mual muntah, atau

pergeseran payudara mirip seperti pada saat hamil. Pada pasien ini

didapatkan keluhan nyeri pada perut sejak 2 tahun yang lalu di sertai

terdapat masa pada perut bagian kiri. Selain itu pasien juga mengeluhkan

nyeri dirasakan pada saat menstruasi, nyeri dirasakan selama 5 hari saat

menstruasi berlangsung.

Pada anamnesa rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah

sebelah kiri. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika kista tersebut

terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di perut. Tekanan

terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak nyaman.

Pada pasien anamnesa yang didapatkan adalah keluhan benjolan di perut

sebelah kiri disertai nyeri saat menstruasi sejak 2 tahun yang lalu. Pasien

tidak mengalami penurunan berat badan. Riwayat haid teratur tiap

12
bulan,lama 4-6 hari, ganti pembalut 3 kali sehari. Hari pertama

menstruasi terakhir 24 Juni 2020.

Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien dengan

kista ovarium adalah Kista yang besar dan dapat teraba dalam palpasi

abdomen. Pada pemeriksaan fisik didapatkan teraba massa kistik ukuran 3

cm, batas tegas , bersepta , dengan kalsifikasi, permukaan rata,berbatas

tegas, dan tidak nyeri jika ditekan.

Pemeriksaan penunjang yang di lakukan untuk mendiagnosa kista

ovarium yaitu dengan USG, ini merupakan hal terpenting dalam

menggambarkan kista ovarium. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan

letak batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, atau ovarium, apakah

tumor kistik atau solid dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam

rongga perut yang bebas namun pemeriksaan menggunakan menggunakan

Pengukuran serum CA-125, tes darah dilakukan dengan mendeteksi

zat yang dinamakan CA-125, CA-125 diasosiasikan dengan kanker

ovarium. Pemeriksaan petanda tumor Carbohydrate Antigen (CA)-125

merupakan biomarker yang sering digunakan untuk menilai perempuan

dengan massa di pelvis. Nilai 35 u/mL untuk CA-125 dianggap sebagai

batas yang normal. Kadar CA-125 >35 u/mL akan ditemukan antara

80−90% penderita kanker ovarium lanjut. Pemeriksaan gabungan CA-125

dengan USG akan meningkatkan kekhasan dan nilai dugaan positif.

Dengan ini diketahui apakah massa ini jinak atau ganas. dan Laparoskopi

13
perut diisi dengan gas dan sedikit insisi yang dibuat untuk memasukan

laparoskop. Melalui laparoskopi dapat diidentifikasi dan mengambil

sedikit contoh kista untuk pemeriksaan PA.

2. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?

Penatalaksanaan yang dilakukan pada kista ovarium dapat dipakai

prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan tumor

non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya tidak

melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan

secara spontan dan menghilang. Tindakan operasi pada tumor ovarium

neoplastik yang tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan

mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Tetapi

jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan

ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.

Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista

yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,

aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan

pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista

berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.

Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih

besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada

pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang

14
memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan

resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat

diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium

dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk

fertilitas di masa mendatang. Pengangkatan ovarium sebelahnya harus

dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita

premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak

lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium. Diperlukan

konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas untuk

endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan

onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan

serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat

karsinoma ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada

waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen

section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian

tumor ganas atau tidak. Penatalaksan yang dilakukan pada pasien meliputi :

• IVFD RL/12 jam

• Inj. Ceftriaxone 3x1gr

• Tindakan operasi pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi

pada bagian ovarium yang mengandung tumor.

15
3. Bagaimana komplikasi pada kasus ini?

Menurut Laelati & Seftika (2017) komplikasi yang dapat terjadi pada

kista ovarium antara lain :

1. Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus

dan sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan

menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).

2. Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat

pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut,

dan lebih sering pada waktu persetubuhan.

3. Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan

nyeri).

XII. KESIMPULAN

Kista ovarium merupakan pertumbuhan jaringan otot polos yang dapat

menimbulkan pembengkakan yang dapat berisi cairan maupun berbentuk

padat. Penemuan terbaru untuk penanganan kista ovarium dapat dilakukan

laparoskopi. Satu-satunya pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah

operasi, tergantung pada jenis usia wanita dan perlu atau tidaknya wanita

hamil lagi, sebaiknya isi kista segera dibuka, sebelum perut ditutup kembali.

Pada wanita yang lebih tua (lebih dari 40 tahun) jalan yang baik adalah

hysterectomytotalis dan salping oophorectomy bilateral walaupun tidak

terdapat tanda-tanda keganasan.

16
XIII. SARAN

Diperlukan deteksi dini terhadap semua keganasan penyakit kandungan

terutama kista ovarium yang kebanyakan dapat menjadi ganas. Penyakit ini

disebut juga silent killer karena gejala penyakitnya yang lambat terdeteksi

oleh penderita dan kebanyakan diketahui saat kista sudah besar. Menghindari

faktor pemicu timbulnya kista ovarium dan peningkatan status gizi sangatlah

penting karena dari tubuh yang sehat akan memperkecil kemungkinan untuk

terjangkit penyakit.

17
DAFTAR PUSTAKA

1.Adriani, P., 2018. Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium Di
RSUD DR. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Bidan Prada: Jurnal
Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto, 9(1).

2.Harahap, M.D., 2020. Karakteristik Penderita Kista Ovarium yang Dirawat Inap
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016-2018.

3.Laelati, S., 2017. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. S Umur


29 Tahun Dengan Kista Ovarium Di Ruang Ginekologi Rsud Krmt
Wongsonegoro Kota Semarang (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Semarang).

4.Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kandungan. Ed. 4. Jakarta: PT Bina


Pustaka.

5.Rahmawati, H., Darmawaty, E.R. and Pakasi, R.D., 2016. Kanker Ovarium
Disgerminoma. Indonesian Journal Of Clinical Pathology And Medical
Laboratory, 19(1), Pp.51-55.

18

Anda mungkin juga menyukai