Anda di halaman 1dari 10

REFKLEKSI KASUS STASE KULIT DAN KELAMIN

XEROSIS CUTIS

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Bethesda pada Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Duta Wacana

Disusun oleh:

Joshua Hariara Siahaan

42200414

Dosen Pembimbing Klinik:

dr. Dwi Retno Adi Winarni, Sp. KK (K).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kulit dan Kelamin

Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

2021
BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama : Bp. S
b. Nomor RM : 01224307
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Tanggal lahir : 26 Oktober 1953
e. Usia : 67 tahun
f. Agama : Kristen
g. Alamat : Madiun
h. Pekerjaan : Pensiun
i. HMRS : 02 Juni 2021
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
Kulit kering dan gatal di seluruh tubuh kecuali wajah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak satu bulan yang lalu timbul gejala gatal dan kulit kering setelah
menerima perawatan penyakit stroke selama dua minggu. Kondisi dan gejala
kulit mulai timbul dengan wujud bercak kemerahan di paha serta dada
kemudian menyebar ke ekstremitas. Pasien masih mengkonsumsi terapi untuk
pengobatan stroke dan sudah memeriksakan diri ke dokter untuk penyakit
kulit yang dialami namun belum sembuh. Pasien mengatakan kondisinya
membuat dia tidak bisa tidur. Pemeriksaan dokter sudah dilakukan sebanyak
dua kali namun belum membaik. Pasien tinggal di madiun dan pergi berobat
ke Yogyakarta. Pasien datang berobat bersama istri dan cucunya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Operasi : tidak ada riwayat
2. Sistem Saraf : stroke
3. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada riwayat
4. Sistem Gastrointenstinal : tidak ada riwayat
5. Sistem Urinarius : tidak ada riwayat
6. Sistem Genitalia : tidak ada riwayat
7. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada riwayat
8. Sistem Respiratorius : tidak ada riwayat
d. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Hipertensi : ada
2. Diabetes mellitus : tidak ada riwayat
3. Penyakit jantung : tidak ada riwayat
4. Asma : tidak ada riwayat
5. Keluhan serupa : tidak ada riwayat
e. Riwayat Alergi : Tidak ada
f. Riwayat Penggunaan Obat : histrizine 10 mg
g. Gaya hidup
1. Living condition :
Pasien seorang pensiunan dan tinggal di rumah bersama keluarganya.
Tidak terdapat anggota keluarga ataupun orang di lingkungan yang
memiliki kondisi serupa. Rumah pasien bersih dari debu dan memiliki
ventilasi yang cukup.
2. Daily Activity
Kegiatan pasien sehari-hari di rumah bukan merupakan aktivitas fisik
yang berat. Pasien sering berada di rumah dibandingkan ke luar rumah.
Rumah pasien tidak ber-AC. Tidur pasien terganggu karena gejalanya
membuat tidak bisa tidur dengan nyenyak.
3. Personal Hygiene
Pasien mengganti baju, celana, dan pakaian dalam 2 kali sehari. Pasien
mandi 2x sehari pagi dan sore, air mandi bersih. Pasien selalu keramas
setiap kali mandi. Setelah keramas, pasien mengeringkan rambut dengan
handuk yang digunakan pula untuk seluruh badan.
4. Social Economy
Kondisi ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
5. Diet
Pola makan bergizi seimbang, 3 kali sehari sesuai anjuran dari dokter.
6. Relationship
Pasien sudah menikah. Tidak ada masalah dengan istri ataupun anggota
keluarga yang lain.
III. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : CM
c. GVS : E4V5M6
d. Tanda vital
1. Tekanan darah : 140/90 mmHg
2. Nadi : 100 x/menit
3. Respirasi : 21 x/menit
4. Suhu : 37 ˚C
5. Skala nyeri :-
6. Tinggi badan : 165 cm
7. Berat badan : 69 kg
e. Status lokalis :
1. Kepala
● Normocephali, pada kulit regio kepala frontal, parietal, temporal
kanan dan temporal kiri terdapat lesi berupa plak eritem dengan
skuama putih halus disertai fisura, berjumlah multiple, susunan
polisiklik, tersebar regional.
● Mata, konjungtiva tidak anemis (s/d); sklera tidak ikterik (s/d),
pupil isokor (s/d); bibir tidak sianosis, telinga simetris, tidak
terdapat lesi lain
2. Thorax : Tidak terdapat lesi
3. Abdomen : Tidak terdapat lesi
4. Genital : Tidak terdapat lesi
5. Ekstremitas :
● Pada kulit bagian ekstensor ekstremitas kanan dan kiri terdapat lesi
berupa plak eritem dengan skuama putih halus disertai fisura,
jumlah multiple, distribusi polisiklik, tersebar regional.
● Pada mata kaki kanan dan kiri terdapat likenifikasi berukuran
diameter 2 cm dengan hiperpigmentasi di sekitar lesi.

Gambar 1. Xerosis cutis pada lengan bawah.

Gambar 2. Xerosis cutis pada kedua kaki

Ggambar 3. Xerosis cutis pada tunggung kaki, mata kaki terdapat likenifikasi minimal
IV. Diagnosis Banding
1. Xerosis cutis
2. Asteatotic eczema
3. Liken simplex chronicus
4. Pruritus unspecified
V. Plan
1. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
2. Memberikan tatalaksana sesuai diagnosis yang ditegakan
3. Konsultasi ke dokter spesialis kulit dan kelamin
VI. Penegakan diagnosis
Diagnosis kerja : Xerosis cutis
VII. Tatalaksana
R/ Sol. (lotion) Vaseline 100 ml Lag.I
S.q.6.h u.e (gunakan setiap 6 jam, gunakan setelah mandi)

R/ Cr. Momethasone furoate 0,1% Tube.I


S.2.d.d.u.e (oleskan pada bercak merah & sisik setelah mandi)

R/ Tab. Cetirizine 10 mg no X
S.p.r.n. 2 dd. Tab 1 p. c. (gatal)

VIII. Edukasi
● Jangan terlalu sering mandi dan membersihkan kulit dengan sabun.
● Gunakan sabun dengan pH rendah.
● Gunakan selalu pelembab kulit dan jangan biarkan kulit kering.
● Gunakan humidifier untuk melembabkan udara.
● Minum air 1,5 L per hari.
● Gunakan tabir surya
IX. Prognosis
1. Quo ad Vitam : Bonam
2. Quo ad Fungtionam : Bonam
3. Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
REFLEKSI KASUS
2.1. Perasaan Pribadi Terhadap Kasus
a. Perasaan yang menyenangkan
Pada kasus yang saya jadikan refleksi kali ini saya merasa senang karena saya
bisa belajar lebih lanjut terkait dengan penyakit xerosis cutis yang sebelumnya saya
jarang mendengarnya di waktu masih kuliah sarjana. Diagnosis xerosis cutis tidak
terdapat secara spesifik di SKDI tetapi terdapat pada ICD-10 yang membuat saya merasa
senang untuk menambah ilmu lebih jauh. Saya juga merasa senang ketika mengetahui
bahwa kondisi ini tidak berbahaya dan memiliki prognosis yang baik.
b. Perasaan tidak menyenangkan.
Ketika saya mengetahui bentuk UKK dan gejala yang dialami pasien saya merasa
sedih dikarenakan pasien yang sudah tua tetapi masih memiliki kondisi yang
membuatnya menderita. Pasien mengeluhkan bahwa dirinya tidak bisa tidur karena gatal
sehingga mengingatkan saya betapa menderitanya orang yang susah tidur.
2.2 Deskripsi Kasus
Seorang pria berumur 60 tahun datang ke klinik kulit dan kelamin RS Bethesda
Yogyakarta untuk memeriksakan kondisi kulitnya yang kering dan terasa sangat gatal.
Pada sekujur tubuhnya kecuali daerah wajah terdapat bercak disertai sisik yang muncul
semenjak 4 bulan lalu. Kondisi ini muncul tepat sehabis pasien mendapatkan perawatan
penyakit stroke yang dialami. Pasien sudah berobat di kota asalnya Madiun namun belum
membaik hingga akhirnya pasien diajak oleh anak dan cucunya untuk berobat di
Yogyakarta. Pasien merasa lelah karena kondisinya tidak kunjung sembuh dan membuat
dirinya tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Pasien sudah mendapatkan obat namun
gejala membaik hanya sebentar lalu timbul kembali.
2.3 Analisis
Pasien kooperatif saat melakukan pemeriksaan dan pada saat penggalian riwayat.
Tilikan pasien terhadap kondisi yang dialaminya baik. Pasien sudah tidak tahan karena
dia tidak bisa beristirahat dengan nyaman karena gejalanya membuat dirinya susah tidur.
Pasien memiliki riwayat penyakit stroke sehingga tatalaksana dan edukasi memiliki peran
yang vital untuk meningkatkan taraf hidup pasien. Pasien perlu diberikan edukasi bahwa
kondisi yang dialaminya merupakan kondisi yang tidak berbahaya sehingga pasien dapat
memahami dan memiliki harapan untuk menjadi lebih sehat lagi. Keluarga perlu
diberikan edukasi terkait pemakaian obat kulit dikarenakan pasien sudah tua dan sulit
beraktivitas.
2.4 Evaluasi
Dengan mendapatkan kesempatan belajar melalui kasus ini saya mendapatkan
pemahaman untuk berempati, melakukan anamnesis yang lengkap serta terarah,
melakukan pemeriksaan fisik, mendeskripsikan UKK, memahami reasoning untuk
menegakan diagnosis, menentukan pilihan terapi dan mengedukasi pasien. Saya akhirnya
mengetahui dengan melakukan anamnesis yang lengkap dan terarah sangat membantu
untuk menciptakan differential diagnosis yang sesuai dan membuat langkah selanjutnya
dalam memberikan layanan kesehatan menjadi lebih presisi.
2.5 Kesimpulan
1. Xerosis cutis merupakan kondisi di mana kulit memiliki kandungan hydrolipid
dan atau lipid di bawah nilai normal atau hilang sehingga menimbulkan gejala gatal dan
lesi.
2. Penyebab xerosis cutis beragam dan sangat sering ditemukan pada populasi
lansia.
3. Pengetahuan akan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dapat
membantu membuat differential diagnosis dari xerosis cutis dan melanjutkan tindakan
tatalaksana sampai edukasi dengan presisi.
DAFTAR PUSTAKA

Augustin, M., Wilsmann-Theis, D., Körber, A., Kerscher, M., Itschert, G., Dippel,
M., & Staubach, P. (2019). Diagnosis and treatment of xerosis cutis - a position
paper. Journal der Deutschen Dermatologischen Gesellschaft = Journal of the German
Society of Dermatology : JDDG, 17 Suppl 7, 3–33. https://doi.org/10.1111/ddg.13906
Fazio, Sara B & Yosipovitch, Gil. 2020. Pruritus: Overview of Management.
Diambil dari UpToDate.com melalui https://www.uptodate.com/contents/pruritus-
overview-of-management/ pada 9 Juni 2021.
Kang, Sewon. Amagai, Masayuki. Bruckner, Anna L, dkk. 2019. Fitzpatrick’s
Dermatology 9th Edition “Xerotis Cutis” page 1786. McGraw and Hill : New York
Paul, Carle & Maumus-Robert, Sandy & Mazereeuw-Hautier, Juliette &
N’Guyen, C.N. & Saudez, X & Schmitt, A.M. (2011). Prevalence and Risk Factors for
Xerosis in the Elderly: A Cross-Sectional Epidemiological Study in Primary Care.
Dermatology (Basel, Switzerland). 223. 260-5. 10.1159/000334631.

Anda mungkin juga menyukai