Anda di halaman 1dari 6

TES MANUAL KULIT

A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah latihan keterampilan klinik ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan tes Auspitz
2. Melakukan tes Koebner
3. Melakukan tes goresan lilin
4. Melakukan tes diaskopi
5. Melakukan tes Nikolsky
6. Melakukan tes Asboe Hansen
7. Melakukan tes dermografisme
8. Melakukan tes dermografisme putih

B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR TES AUSPITZ
1.1 Landasan Teori
Tes ini dilakukan dengan mengerok permukaan plak psoriasis dengan tujuan untuk membuang
lapisan-lapisan plak sehingga tampaklah permukaan licin dengan titik-titik perdarahan. Titik-titik
perdarahan tersebut menunjukkan pembuluh-pembuluh darah kapiler yang berdilatasi dan berkelok-kelok
pada papilla dermis (papilomatosis). Fenomena tersebut dinamakan fenomena Auspitz, yang merupakan
tanda diagnostik penyakit psoriasis.

1.2 Media Pembelajaran


1. Panduan
2. Ruang periksa dokter
3. Pisau bisturi
4. Alkohol 70%
5. Pasien simulasi

1.3 Langkah Kerja


1. Skuama berlapis pada kulit dikerok dengan pinggir pisau bisturi.
2. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan. Jika terlalu dalam tidak
akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik, melainkan perdarahan yang merata.
3. Amati perubahan pada lesi.

1.4 Interpretasi Hasil


Hasil positif apabila tampak titik-titik perdarahan pada kulit yang sudah dikerok.
Gambar Titik-titik perdarahan pada kulit yang dikerok
Sumber: www.globale-dermatologie.com

2. PANDUAN BELAJAR TES KOEBNER


2.1 Landasan Teori
Tes Koebner ditemukan oleh Heinrich Koebner pada tahun 1872. Tujuan dari tes ini adalah untuk
melihat reaksi isomorfik patologis pada kulit yang sehat dari seorang pasien penyakit kulit (terutama
psoriasis). Prinsipnya, kulit sehat yang diberi trauma akan timbul lesi baru di tempat bekas trauma
diberikan. Lesi baru tersebut identik dengan lesi lama, secara klinis maupun histologi.

2.2 Media Pembelajaran


1. Panduan
2. Pasien simulasi
3. Pisau bisturi
4. Alkohol 70%
5. Kapas
6. Ruang periksa dokter

2.3 Langkah Kerja


1. Lakukan tindakan desinfeksi pada lesi yang akan diperiksa dengan alkohol 70%.
2. Lakukan penggoresan pada lesi khas psoriasis menggunakan pisau bisturi secara legeartis, dimulai dari
bagian tengah lesi sampai area kulit yang sehat dengan kedalaman mencapai dermis. Penggoresan yang
terlalu dangkal tidak akan menghasilkan lesi psoriasis yang baru.

2.4 Interpretasi Hasil


Fenomena Koebner positif apabila terjadi lesi baru yang sama dengan lesi induk dalam waktu 7 – 14 hari
setelah tes dilakukan.

3. PANDUAN BELAJAR TES GORESAN LILIN


3.1 Landasan Teori
Tes goresan lilin (The candle-grease sign atau Tache de bouge) adalah suatu tes kulit pada kasus
psoriasis. Prinsip tes kulit ini adalah pada lesi psoriasis yang digores dengan benda tumpul, akan timbul
skuama berwarna putih seperti warna goresan lilin. Hal ini disebabkan oleh berubahnya indeks bias.

3.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun
2. Pasien simulasi
3. Kaca objek
4. Alkohol 70%
5. Ruang periksa dokter

3.3 Langkah Kerja


1. Lakukan penggoresan pada lesi berskuama psoriasis menggunakan tepi kaca objek/ujung pisau bisturi
secara perlahan.
2. Perhatikanlah perubahan yang terjadi akibat goresan tersebut.

3.4 Interpretasi Hasil


Hasil positif jika terjadi perubahan warna pada lesi menjadi lebih putih, seperti bekas goresan lilin.
4. PANDUAN BELAJAR TES DIASKOPI
4.1 Landasan Teori
Diaskopi adalah tes untuk menilai blanchability kulit, untuk membedakan eritema sekunder akibat
vasodilatasi dengan ekstravasasi eritrosit (purputra). Tekanan langsung pada lesi menyebabkan darah
mengalir keluar dari pembuluh darah di area tersebut. Pada purpura atau ekimosis, eritrosit berada di
dermis atau bahkan membeku di dalam pembuluh darah maka darah tidak dapat bergerak, sehingga
warnanya akan tetap merah pada saat ditekan.

4.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun
2. Pasien simulasi
3. Kaca objek
4. Ruang periksa dokter

4.3 Langkah Kerja


1. Letakkan kaca objek pada lesi.
2. Tekan kaca objek tersebut.
3. Amati warna lesi di balik kaca objek tersebut.

Gambar Tes Diaskopi


Sumber: www.studyblue.com

4.4 Interpretasi Hasil


Eritema : lesi akan memucat pada saat ditekan.
Purpura : lesi tetap berwarna merah pada saat ditekan.

5. PANDUAN BELAJAR TES NIKOLSKY


5.1 Landasan Teori
Tujuan dari tes ini adalah untuk membuktikan adanya proses akantolisis, yaitu hilangnya kohesi
antarsel keratinosit epidermis. Hilangnya kohesi tersebut menyebabkan lapisan atas epidermis mudah
bergerak ke lateral dengan sentuhan atau tekanan ringan. Biasanya tes ini dilakukan pada penyakit dengan
lesi berupa bula, misalnya Staphylococcal Scalded Skin Syndrome.

5.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun
2. Pasien simulasi
3. Sarung tangan
4. Ruang periksa dokter

5.2 Langkah Kerja


1. Gunakan sarung tangan.
2. Sentuh atau tekan dengan ringan lesi kulit yang akan diperiksa.
3. Perhatikan lapisan atas epidermis dari lesi tersebut, apakah tetap atau tergeser akibat sentuhan tersebut.

5.3 Interpretasi Hasil


Tanda Nikolsky positif apabila lapisan bagian atas epidermis bergeser dari tempatnya.

Gambar Tanda Nikolsky (+)


Sumber: www.meddic.jp

6. PANDUAN BELAJAR TES ASBOE HANSEN


6.1 Landasan Teori
Berkurangnya kohesi pada kulit juga dapat didemonstrasikan dengan tes Asboe Hansen. Apabila bula
yang intak diberi tekanan ringan, maka cairan di dalam bula tersebut akan menyebar di bawah kulit,
menjauhi pusat tekanan. Fenomena penyebaran bula ini dinamakan tanda Asboe Hansen atau tanda
Nikolsky II atau Nikolsky indirek.

6.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun
2. Pasien simulasi
3. Sarung tangan
4. Ruang periksa dokter

6.3 Langkah Kerja


1. Gunakan sarung tangan.
2. Tekanlah dengan perlahan bula di kulit yang masih intak.
3. Amati perubahan yang terjadi, apakah cairan di dalam bula tidak bergerak atau menyebar menjauhi
pusat tekanan.

6.4 Interpretasi Hasil


Tanda Asboe Hansen positif apabila cairan di dalam bula menyebar menjauhi pusat tekanan.
7. PANDUAN BELAJAR TES DERMOGRAFISME
7.1 Landasan Teori
Reaksi dermografisme menunjukkan pembentukan urtika sebagai respon terhadap penggarukan kulit.
Tes kulit ini berguna pada diagnosa fisik urtikaria. Tampak pada 5% populasi dan biasanya asimtomatik.
7.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun
2. Pasien simulasi
3. Kaca objek
4. Ruang periksa dokter

7.3 Langkah Kerja


1. Pasien simulasi yang dipilih sebaiknya seseorang yang punya riwayat urtikaria (bila memungkinkan).
2. Goreskan tepi kaca objek secara perlahan pada kulit probandus, membentuk kata atau huruf secara
legeartis.
3. Amati perubahan yang timbul pada kulit.

Gambar 1. Hasil tes dermografisme

7.4 Interpretasi Hasil


Hasil tes dermografisme dianggap positif apabila muncul urtika yang membentuk huruf atau kata yang
sesuai dengan bekas gorekan kaca objek.

8. PANDUAN BELAJAR TES DERMOGRAFISME PUTIH


8.1 Landasan Teori
Reaksi dermografisme putih tampak pada kasus dermatitis atopi. Bila kulit seseorang dengan
dermatitis atopi diberi trauma berupa goresan, maka yang timbul bukanlah respon yang biasa terjadi pada
kulit dermatitis atopi (garis warna merah, bengkak, lalu muncul urtika) tetapi yang timbul adalah garis
warna putih tanpa urtika yang menggantikan garis warna merah setelah kira-kira 10 detik.

8.2 Media Pembelajaran


1. Penuntun
2. Pasien simulasi
3. Kaca objek
4. Ruang periksa dokter

8.3 Langkah Kerja


1. Pasien simulasi yang dipilih sebaiknya seseorang yang mempunyai riwayat dermatitis atopi (bila
memungkinkan).
2. Goreskan ujung kaca objek pada kulit probandus membentuk garis-garis bersilang.
3. Amati perubahan yang terjadi pada kulit probandus.

8.4 Interpretasi Hasil


Tes dermografisme putih dinyatakan positif apabila muncul garis-garis putih sesuai bekas goresan pada
kulit.
Gambar 2. Hasil tes dermografisme putih

Anda mungkin juga menyukai