Anda di halaman 1dari 6

DIAGNOSIS

Diagnosis

Hal yang paling penting ditanyakan pada pasien adalah :

- Awitan sakit
- Riwayat perjalanan penyakit dan kejadian selama penyakit berlangsung
- Faktor yang memperngaruhi penyakit ( menjadikan lebih berat atau buruk, lebih baik
atau berkurang). Misalnya, infeksi di gigi stau di tenggorokan atau stress yang dapat
menjadi faktor pemicu.
- Faktor genetik
- Riwayat penggunaan obat tertentu

Pemeriksaan Dermatologik

Inspeksi

Bantuan Pemeriksaan dengan kaca pembesar dapat dilakukan. Pemeriksaan ini mutlak
dilakukan dengan dalam ruangan yang cukup cahaya. Anamnesis terarah bisanyan ditanyakan
pada pasien bersamaan dengan dilakukan inspeksi untuk melengkapi data diagnostik.
Misalnya pada pasien yang menderita dermatitis pada tangan, perlu ditanyakan ada tidaknya
kelaianan di tempat lain. Bila ada kelainan di tempat lain perlu dilakukan inspeksi seluruh
kulit tubuh pasien.Pada inspeksi perlu diperhatikan lokasi dan penyebaran warna, bentuk,
batas, ukuran setiap jenis morfologi (efloresensi) di masing-masing lokasi.

Palpasi

Pada palpasi perhatikan masing-masing jenis lesi, apakah permukaan rata, tidak rata
(berbenjol-benjol), licin/halus atau kasar dan konsistensi lesi, misalnya padat, kenyal, lunak
dan nyeri pada penekanan.

Pemeriksaan sederhana dan langsung dapat dilakukan dengan alat bantu, misalnya :

- Pemeriksaan diaskopi guna membedakan eritema dan purpura


- Uji gores (dermografism), yaitu dengan menggoreskan benda tumpul di kulit
kemudian timbul urtika sesuai goresan tersebut (misalnya pada urtika pigmentosa)
- Uji white dermographisme, yaitu setelah dilakukan goresan tersebut tidak muncul
urtika melainkan garis putih saja. Hal tersebut terjadi pada dermatitis atopic.
- Uji saraf sensorik perifer di kulit. Dilakukan guna menguji apakah ada gangguan rasa
raba, rasa panas dan dingin, serta rasa nyeri.
- Uji tanda Nikolsy guna menilai apakah terdapat epidermolisis. Tanda Nikolsy
langsung dikatakan positif bila atau bula ditekan, maka bula akan melebar ke samping
menjadi lebih luas. Uji Nikolsy tak langsung dikatakan positif bila kulit di antara 2
bula ditekan dan digeser, maka kulit tersebut terangkat /terlepas dari dasarnya.
- Beberapa uji diagnostic lain, misalnya pada psoriasis dapat dilakukan uji tetesan lilin,
fenomena Auspitz dan fenomena Koebner .

Pemeriksaan Morfologi kulit

Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan langsung dari kerokan kulit


- Slit Skin Smear (khusus untuk pemeriksaan M. Lepra)
- Cairan/ duh tubuh guna pemeriksaan bakteriologik dan jamur.

UJI DIAGNOSIS DI BIDANG DERMATO- VENEREOLOGI

Belumlah lengkap apabila menegakkan diagnosis penyakit kulit dan kelamin hanya
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis morfologi, tanpa melakukan uji diagnostik. Uji
diagnostik tersebut dapat dilakukan dengan uji kulit yang sederhana berdasarkan patogenesis
penyakit.

Uji Klinis

Uji kulit yang dimaksud adalaj uji (test) yang dilakukan doktermguna menetukan apakah ada
tanda atau fenomena kulit yang terjadi pada suatu penyakit berdasarkan patogenesis atau
kejadiannya. Uji klinis tersebut dianggap perlu dilakukan sebagai langkah awal guna
menunjang diagnosis serta menyingkirkan diagnosis banding.

Tanda Nikolsy

Tanda Nikolsy adalah satu teknik pemeriksaan guna menilai adanya epidemiolisis secara cepat
pada pasien dengan lesi vesikobulosa. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

Tanda Nikolsy langsunng : bila dilakukan penekanan langsung dengan jari tangan atau
vesikel/ bula kemudian bula melebar ke kulit di sekitarnya, berarti Nikolsy positif (terdapat
epidermolisis)

Tnada Nikolsy tidak langsung : bila kulit diantara 2 bula ditekan dan digeser dengan telunjuk
seakan-akan lepas dari dasarnya atau berbentuk bula, yang berarti terjadi pelepasan epidermis
(epidermolisis).Epidermolisis terjadi pada pasien dengan pemphigus vulgaris, staphylococcus
scalded-skin syndrome (SSSS) dan sindrom Steven-Johnson.

1. Fenomena tetesan lilin (keartvetsvlek phenomen)


Fenomena ini terjadi pada pasien psoriasis. Skuama psoriasis umunya tebal, berlapis
kering, putih, bening, transparat serupa mika. Bila pada lesi terse

2. Fenomena Kobner /(fenomena isomorfik)


Bila pada kulit sehat pasien dilakukan goresan atau digaruk berulang-ulang maka
setelah kurang dari lebih 3 minggu (atau lebih), di tempat goresan/ garukan tersebut
akan muncul lesi serupa dengan lesi asal, hal ini disebut fenomena Kobner positif
.
3. Pitting Nails
Psoriasis dapat mengenai kulit, mukosa, kuku dan sendi. Gangguan keratinisasi di
kuku menyebabkan permukaan kuku tidak rata.

4. Dermografisme
Adalah reaksi bila kulit digosok dengan benda tumpul, misalnya ujung kuku atau
ujung pensil yang tumpul maka di tempat tersebut muncul garis kemerahan disertai
urtika.

5. White Dermographism
Bila di tempat goresan tidak timbul urtika linier melaikan garis putih, disebut sebagai
fenomena

6. Darrier Sign (Tanda Darrier


Tanda Darier merupakan salah satu ciri yang dapat digunakan untuk membedakan ;esi
pigmentasi di kulit dengan mastositosis atau urtika pigmentosa (UP). Bila kulit pasien
UP digores dengan benda tumpul kemudian muncul urtika linier maka disebut tanda
Darier positif.

7. Fenomena Button Hole


Fenomena ini merupakan sifat utama pada neurofibromatosis , neurofibrom (tumor
saraf kulit) mempunyai kapsul atau kantong sehingga bila ditekan tumor tersebut akan
masuk ke dalam kantong tersebut.

8. Uji Fungsi Saraf Sensorik


Pada pasien kusta terjadi gangguan saraf otonom dan fungsi saraf motorik. Fungsi
saraf motorik yang mudah diperiksa adalah bagian radialis, medianus, ulnaris dan
peroneus komunis.

9. Pull Test
Uji diagnostik guna menilai kerontokan rambut. Rambut dianggap rontok patologis
bila terjadi kerontokan >100 lembar per hari. Menilai cepat kerontokan rambut dengan
menggunakan ibu jari tangan dan telunjuk, sejemput rambut dijepit dan ditarik dengan
kekuatan sedang. Bila rambut tercabut maka disebut pull test positif.

Uji Diagnosis dengan Alat

1. Diaskopi
Teknik ini digunakan secara klinis untuk membedakan antara eritema akibat
pelebaran pembuluh darah dengan purpura (perdarahan bawah kulit akibat
ekstravasasi eritrosit).

2. Dermoskopi (dermoskopi, skin surface microscopy)


Alat dermastoskop merupakan gabungan antara loupe dan sinar sehingga dapat
menilai lesi kulit secara lebih rinci. Alat ini cukup sensitive guna menilai
perubahan warna dan relief kulit pada lesi melanostik dibandingkan dengan lesi
non-melanostik.

3. Uji sensibilitas atau tes fungsi saraf sensoris


Uji ini dilakukan guna menilai gangguan sensibilitas kulit terutama pada lesi kulit
pasien Morbus Hansen atau kusta (lepra) daripada pasien dengan gangguan
neurologi.

- Rasa raba : dengan sejumput kapas yang ujungnya dibuat lancip, diusapkan pada lesi
kusta guna memeriksa rangsangan raba.

- Rasa nyeri : Diperiksa dengan ujung sepotong kawat atau ujung jarum bagian yang
tajam secara.Secara bergantian ujung yang tajam dan tumpul ditusukan pada lesi kulit
pasien kusta dibandingkan dengan kulit sehat. Pasien diminta menyebutkan apakah
dapat membedakan mana yang dirasakan tumpul atau tajam.

- Perbedaan suhu : pasien diminta menyebutkan mana yang dirasakan panas dan mana
yang dingin. Adakah perbedaan rasa panas dan dingin pada lesi dibandingkan dengan
kulit sehat. Bila tidak dapat membedakan kedua rangsangan berarti terdapat gangguan
sensoris.
4. Tes Saraf Otonom
Uji pensil Gunawan (Uji Hipohidrosis) : pada pasien kusta terjadi gangguan saraf
otonom yang ditandai hipohidrosis (gangguan berkeringat). Pensil Gunawan adalah
pensil tinta yang bila terkena air akan luntur (blobor). Dokter Gunawan
menggunakan pensil guna menilai hipohidrosis atau anhidrosis pada lesi kusta.

5. Fenomena Auspitz
Fenomena Auspitz terjadi pada psoriasis, fenomena tersebut membuktikan adanya
papilomatosis dan akantosis yang menjulang sampai di bawah ujung papilla dermis
dan menyentuh lapisan bawah stratum korneum.

6. Tzanck Smear (Tzanck tes)


Tzanck tes adalah satu teknik standar diagnostic guna melakukan diagnosis cepat
pada kelianan kulit vesiko-bulosa pada saat ada keraguan kemungkinan infeksi
oleh virus atau bukan.

7. Uji Tempel
Uji temple merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi,
biasanya pada dermatitis kontak alergi.

8. Uji Tusuk
Uji tusuk merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi terutama
pada pasien urtikaria atau pasien yang alergi terhadap berbagai alergen makanan,
tungau debu rumah, debu rumah dan alergen hirup yang ada di lingkungan hidup.

9. Ekstraksi Komedo
Kadang-kadang sulit membedakan papul komedo dengan lesi kulit yang lain
misalnya papul awal moloskum kontagiosum saat belum ada delle, komedo
ekstraktor digunakan guna mengeluarkan komedo sebagai bukti bahwa pasien
menderita acne vulgaris.

10. Uji TEWL


Alat Transepidermal Water Loss (TEWL) adalah alat guna menilai besarnya
kehilangan cairan tubuh per jam.

11. Uji Aceto-White


Uji ini digunakan untuk melihat langsung kulit atau mukosa yang terinfeksi virus
human papilom (HPV). Larutan asam asetat 5% dioleskan di permukaan kulit atau
mukosa yang diduga terinfeksi HPV, bila terinfeksi di kulit yang diolesi asam
asetat akan tampak bagian yang berwarna putih yang menunjukkan infeksi HPV
positif.

Laboratorium

1. Pengambilan puls
Infeksi bakteri di kulit ditandai pustul (pustule) kumpulan nanah. Pus dapat
diambil langsung, diusap dengan kapas lidi dan diaspirasi dengan jarum suntik atau
dengan sengkelit : pus pada impetigo vesikubulosa diambil dari kulit.
2. Pengambilan duh tubuh
3. Infeksi parasit dan jamur

Pemeriksaan Histopatologik

- Memilih lesi
Memilih lesi yang baru muncul (lesi primer)
- Biopsi kulit
- Penyimpanan dan Pengiriman Jaringan Biopsi

Anda mungkin juga menyukai