e. Fenomena Auspitz,
Fenomena Auspitz terjadi pada psoriasis, fenomena tersebut membuktikan adanya
papilomatosis dan akantosis yang menjulang sampai di ujung papila dermis dan
menyentuh lapisan bawah stratum komeum. Akibatnya, bila skuama psoriasis dikerok
lembar demi lembar maka satu saat akan sampai ke bagian papilla dermis tersebut,
sehingga secara klinis akan tampak titik-titik perdarahan pada permukaan kulit yang
skuamanya terkupas.
f . Tzanck smear (Tzanck tes).
Tzanck tes adalah satu teknik standar diagnostik gun a melakukan diagnosis cepat
pada kelainan kulit vesiko-bulosa pada saat ada keraguan kemungkinan infeksi oleh
virus atau bukan. Misalnya lesi vesiko-bulosa yang disebabkan varisela-zoster atau
herpes simpleks (walaupun tak dapat membedakanantara HSV-1 atau HSV-2) dengan
vesikobulosa pada pemfigus vulgaris. Caranyaadalah mengerok dasar vesikel
barudengan pisau scalpel dan hasil kerokan tersebut dioleskan tipis ke permukaan kaca
objek (slides). Slides dipulas dengan cairan Giemsa atau Wright, di bawah mikroskop
akan tampak sel akantolisis (sel keratinosit berinti besar) atau multinucleated giant
cells, yang menunujukkan sel keratinosit tersebut telah terinfeksi virus.
f. Fluoresensi: pemeriksaan dengan lampu sinar Wood.
Lampu Wood menghasilkan sinar yang memancarkan ultraviolet gelombang
panjang yang tidak kasat mata, atau sinar gelap (black light) pada panjang gelombang
360 nm. Lampu Wood diletakkan pada jarak 10 cm dari permukaan kulit. Bila sinar
tersebut mengenai permukaan kulit yang sakit atau urin di dalam ruang gelap, pada
kondisi tertentu akan berfluoresen. Pada penyakit kulit, yaitu tinea kapitis atau tinea
versikolor akan menghasilkan fluoresen warna kuning keemasan, pada eritrasma
warna coral red, dan pada penyakit porfiria kutanea tarda tampak urin berfluoresensi
warna coral red; sedangkan pada infeksi pseudomonas tampak berfluoresensi warna
kehijauan. Lampu Wood dapat digunakan untuk melihat perbedaan wama pada
hiperpigmentasi, pigmen yang terletak superfisial akan tampak lebih gelap;
sedangkan pada hipopigmentasi misalnya vitiligo (depigmentasi lengkap) akan
tampak lebih putih dengan batas yang tegas dibandingkan dengan kulit sekitarnya.
g. Uji temple.
Uji tempel merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi,
biasanya pada dermatitis kontak alergik. Prinsipnya membuat miniatur dermatitis
pada kulit pasien. Tes dilakukan bila keadaan penyakit sudah tenang, pasien bebas
obat antihistamin dan kortikosteroid oral dan topikal sekurang-kurangnya 2 minggu
sebelum uji kulit. Uji kulit menggunakan perangkat yang berisi berbagai alergendan
memakai fin chamber (tempat untuk melekatkan reagens dan menempelkannya ke
kulit). Bahan uji kulit ditempelkan di punggung, ditutup dengan plester, kemudian
dibuka dan dibaca pada jam ke 24, 48, 72 dan 96. Reaksi positif dan derajat
kepositivan dinilai menggunakan standar baku.
h. Uji tusuk.
Uji tusuk merupakan salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi
terutama padapasien urtikaria atau pasien yang alergi terhadap berbagai alergen
makanan, tungau debu rumah, debu rumah dan alergen hirup yang ada di lingkungan
hidup. Uji kulit menggunakan perangkat alergen, dan jarum untuk uji kulit, serta alat
guna mengukur diameter urtika dengan diameter kontrol. Pembacaantimbulnya urtika
dilakukan 30 menit setelahuji kulit.
i. Ekstraksi komedo (Comedo extractor)
Kadang-kadang sulit membedakan papul komedo dengan lesi kulit yang lain
misalnya papul awal moluskum kontagiosum saat belum ada delle, komedo ekstraktor
digunakan guna mengeluarkan komedo sebagai bukti bahwa pasien menderita akne
vulgaris.
j. Uji TEWL
Alat transepidermal water loss (TEWL) adalah alat guna menilai besamya
kehilangan cairan tubuh per jam. Biasanya alat tersebut sekaligus mengukur
kemampuan kulit menahan air (skin capacitance) disebut juga alat Tewameter.
Pengukuran dan pembacaan hasil dilakukan dalam ruangan yang sudah ditentukan
suhu dan kelembabannya.
k. Uji aceto-white.
Uji ini digunakan untuk melihat langsung kulit atau mukosa yang terinfeksi virus
human papilloma (HPV). Larutan asam asetat 5% dioleskan di permukaan kulit atau
mukosa yang diduga terinfeksi HPV, bila terinfeksi di kulit yang diolesi asam asetat
akantampak bagian yang berwama putih yang menunjukkan infeksi HPV positif.
5. Setelah pemeriksaan dermatologik (inspeksi dan palpasi) dan pemeriksaan umum
(internal) selesai, dapat dibuat kesimpulan diagnosis sementara (diagnosis kerja) dan
diagnosis banding berdasarkan data anamnesis yang diperoleh dan morfologik (termasuk
tanda spesifik/patognomonik)