Anda di halaman 1dari 40

1

10/26/2018
 Uji (test) yang dilakukan dokter guna menentukan
apakah ada tanda ata fenomena kulit yang terjadi
pada suatu penyakit berdasarkan patogenesis atau
kejadiannya.

10/26/2018 2
 Satu teknik pemeriksaan guna menilai adanya epidermolisis secara cepat pada
pasien dengan lesi vesikobulosa. Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
 Tanda nikolsky langsung : bila dilakukan penekanan langsung dengan jari tangan
pad vesikel/bula kemudian terlihat bula melebar ke kulit sekitarnya nikolsky
(+)
 Tanda nikolsky tidak langsung : bila kulit di antara 2 bula ditekan dan digeser
dengan telunjuk maka tampak kulit terangkat seakan-akan lepas dari dasarnya
atau terbentuk bula terjadi pelepasan epidermis (epidermolisis).
 Epidermolisis terjadi pada pasien dengan pemfigus vulgaris, staphylococcus
scalded skin syndrome (SSSS), dan sindrom Steven-Johnson.

10/26/2018 3
 Terjadi pada pasien psoriasis
 Skuama psoriasis umumnya tebal, berlapis, kering, putih bening,
transparat serupa mika
 Bila pada lesi digores dengan benda berujung agak tajam (ujung
kuku, punggung scalpel atau pensil) maka bagian yang bening akan
tampak lebih putih daripada sekitarnya, tidak transparan lagi, dan
berbentuk linier sesuai goresan.

10/26/2018 4
 Terjadi pada pasien psoariasis dan liken planus.
 Bila pada kulit pasien dilakukan goresan atau digaruk
berulang-ulang maka setelah kurang lebih 3 minggu akan
muncul lesi serupa dengan lesi asal -< fenomena kobner
(+)

10/26/2018 5
 Psoariasis dapat mengenai kulit, mukosa, kuku, dan sendi.
 Gangguan keratinisasi di kuku menyebabkan permukaan
kuku tidak rata dan terbentuk sumur-sumur (lubang-
lubang dipermukaan kuku) pitting nails.

10/26/2018 6
10/26/2018 7
 Reaksi bila kulit digosok dengan benda tumpul maka ditempat
tersebut muncul garis kemerahan diikuti urtika (edema berbentuk
linier sesuai goresan), kadang disebut sebagai urtika akibat trauma
fisik.

10/26/2018 8
 Bila di tempat goresan tidak timbul urtika linier melainkan
garis putih
 Merupakan salah satu tanda minor pada dermatitis atopik.
 Hal ini dapat terjadi pada 15% orang normal.

10/26/2018 9
10/26/2018 10
 Digunakan untuk membedakan lesi pigmentasi di kulit dengan
mastositosis atau urtikaria pigmentosa (UP).
 Kulit pasien UP digores dengan benda tumpul muncul urtika linier
tanda Darrier (+)
 Terjadi akibat degranulasi sel mast di kulit dan melepaskan
mediator yang menyebabkan vasodilatasi dan eskstravasasi cairan
sehingga menimbulkan urtika di tempat yang digores.

10/26/2018 11
10/26/2018 12
 Sifat utama pada neurofibromatosis dan neurofibrom (tumor saraf
kulit)
 Mempunyai kapsul atau kantong sehingga bila ditekan tumor
tersebut akan melesak masuk ke dalam kantong tersebut.
 Fenomena ini seakan-akan mirip dengan kancing yang masuk ke
lubangnya.

29/05/2018 13
 Uji diagnostik untuk menilai kerontokan rambut.
 Rambut dianggap rontok patologis bila terjadi kerontokan < 100
lembar per hari.
 Menilai cepat kerontokan rambut dengan menggunakan ibu jari
tangan dan telunjuk, sejemput rambut dijepit dan ditarik dengan
kekuatan sedang.
 Bila rambut tercabut pull test (+)
 Selanjutnya rambut yang tercabut dilihat dengan mikroskop
bagaimana bentuk akar rambut, bila bentuk akarnya sangat kecil
mirip tanda seru bentuk exclamation hair, maka rambut tersebut
rontok pada fase telogen.
10/26/2018 14
 Saraf ulnaris : pemeriksa memegang digiti II, III, IV jari tangan pada
posisi supinasi, pasien diminta merapatkan jari kelingkingnya. Jika
pasien dapat merapatkan jari kelingking, lanjutkan memeriksa
kekuatan otot letakkan selembar kartu diantara jari kelingking dan
jari manis, minta pasien untuk menahannya, dan tariklah kartu
tersebut perlahan-lahan.
 Saraf medianus : pada posisi tangan supinasi , oleh pemeriksa
tangan ditahan dan ditekuk ke belakang, minta pasien mengangkat
dan meluruskan ibujarinya ke atas. Bila dapat dilakukan tekan dan
dorong dengan telunjuk ibujari tersebut dan perhatikan apakah
pasien dapat menahannya.

10/26/2018 15
 Saraf radialis : pada posisi pronasi, peganglah pergelangan tangan pasien,
kemudian mintalah pasien mengepal dan menekukkan pergelangannya ke atas.
Bila pasien dapat melakukannya, doronglah dengan telapak tangan pemeriksa
bagian punggung tangan pasien guna menilai kekuatan otot, perhatikan apakah
pasien dapat menahannya.
 Saraf peroneus komunis : pasien dalam posisi duduk, angkat kakinya dan pegang
betis pasien, kemudian mintalah pasien menekukkan kaki ke atas. Bila pasien
dapat melakukannya, tekanlah dengan telapak tangan bagian punggung kaki
pasien guna menilai kekuatan otot. Mintalah pasien memutar kaki tersebut ke arah
luar, bila pasien dapat melakukannya tekan dengan telapak tangan pemeriksa ke
arah yang berlawanan (ke dalam/arah medial). Perhatikan apakah pasien dapat
menahannya.

10/26/2018 16
10/26/2018 17
 Untuk membedakan antara eritema dan purpura.
 Alat yang digunakan adalah kaca obyek atau spatel transparan atau
loupe yang permukaannya datar.
 Dengan meletakkan kaca objek tersebut diatas lesi dan menekannya
maka eritema akan menghilang.
 Purpura warna merah akan menetap.

10/26/2018 18
10/26/2018 19
 Gabungan antara loupe dan sinar sehingga dapat menilai
lesi kulit secara lebih rinci.
 Perhatikan tanda-tanda pada setiap lesi : apakah asimetris,
tepi lesinya berbatas tegas, apakah perubahan
warna/pigmen merata, berapa ukuran, dan apakah
permuaan lesi meninggi.

10/26/2018 20
 Rasa raba : dengan sejumput kapas yang ujungnya dibuat lancip,
diusapkan pada lesi kusta guna memeriksa rangsangan raba.
Pemeriksaan dalam posisi duduk, kemudian pasien diminta
membandingkan rangsang raba pada lesi dan kulit sehat pasien. Bila
rasa rangsang raba pada lesi berkurang daripada kulit sehat maka
disebut hipestesi, bila sama sekali tidak berasa disebut anestesi.
 Rasa nyeri : diperiksa secara bergantian ujung tajam dan tumpul
pada lesi kulit pasien kusta dibandingkan dengan kulit sehat. Pasien
diminta menyebutkan apakah dapat membedakan mana yang
dirasakan tumpul atau tajam.

10/26/2018 21
 Perbedaan suhu : dengan menggunakan 2 buah tabung
reaksi masing-masing berisi air hangat (40°c) dan air
dingin (20°c) ditempelkan secara bergantian pada lesi dan
kulit sehat. Pasien diminta menyebutkan mana yang
dirasakan panas dan mana yang dingin.

10/26/2018 22
 Uji pensil Gunawan : pensil gunawan adalah pensil tinta
yang bila terkena air akan luntur. Pasien kusta diminta
melakukan gerakan-gerakan pada bagian tubuh yang
terkena lesi kusta atau diberi minum air hangat agar
berkeringat. Pensil digoreskan mulai dari bagian tengah
lesi kulit menuju kulit sehat sekitar lesi tersebut karena
keringat diluar lesi lebih banyak maka akan tampak
goresan pensil tinta menjadi lebih tebal pada kulit yang
sehat.

10/26/2018 23
 Terjadi pada psoriasis
 Membuktikan adanya papilomatosis dan akantosis yang
menjulang sampai di ujung papilla dermis dan menyentuh
lapisan bawah stratum korneum.
 Skuama psoriasis dikerok maka satu saat akan sampai ke
bagian papilla dermis sehingga secara klinis tampak titik-
titik perdarahan pada permukaan kulit yang skuamanya
terbatas.

10/26/2018 24
 Caranya adalah mengerok dasar vesikel baru dengan pisau scalpel
dan hasil kerokan dioleskan tipis ke permukaan kaca objek (slides).
Slides dipulas dengan cairan Giemsa atau Wright, dibawah
mikroskop akan tampak sel akantolisis (sel keratinosit berinti besar)
atau multinucleted giant cells, yang menunjukkan sel keratinosit
tersebut telah terinfeksi virus.
 Melakukan diagnosis cepat pada kelainan kulit vesiko-bulosa pada
saat ada keraguan kemungkinan infeksi oleh virus atau bukan.

10/26/2018 25
 Pemeriksaan dengan lampu Wood
 Lampu Wood menghasilkan sinar yang memancarkan ultraviolet
gelombang panjang yang tidak kasat mata atau sinar gelap pada
panjang gelombang 360 nm.
 Lampu Wood diletakkan pada jarak 10 cm dari permukaan kulit.
 Bila sinar mengenai permukaan kulit yang sakit di dalam ruang
gelap, pada kondisi tertentu akan berfluoresen.
 Pada tinea kapitis atau tinea versikolor fluoresen warna kuning
keemasan
 Pada eritrasma warna coral red
 Pada infeksi pseudomonas fluoresen warna kehijauan
10/26/2018 26
 Salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi, biasanya pada
dermatitis kontak alergi.
 Tes dilakukan bila keadaan penyakit sudah tenang, pasien bebas
obat antihistamin, dan kortikosteroid oral dan topikal sekurang-
kurangnya 2 minggu sebelum uji kulit.
 Uji kulit menggunakan perangkat yang berisi berbagai alergen dan
memakai fin chamber (tempat untuk melekatkan reagens dan
menempelkannya ke kulit).
 Bahan uji kulit ditempelkan di punggung, ditutup dengan plester,
kemudian dibuka dan dibaca pada jam ke 24, 48, 72, dan 96.
 Reaksi positif dan derajat kepositivan dinilai menggunakan standar
baku.
10/26/2018 27
 Salah satu uji kulit guna mengetahui penyebab alergi terutama pada
pasien urtikaaria atau pasien yang alergi terhadap berbagai alergen
makanan, tungau debu rumah, debu rumah, dan alergen hirup yang
ada di lingkungan.
 Uji kulit menggunakan perangkat alergen, dan jarum untuk uji kulit,
serta alat guna mengukur diameter urtika dengan diameter kontrol.
 Pembacaan timbulnya urtika dilakukan 30 menit setelah uji kulit.

10/26/2018 28
 Kadang-kadang sulit membedakan papul komedo dengan
lesi kulit lain misalnya papul awal moluskum kontagiosum
saat belum ada delle.
 Komedo ekstraktor digunakan guna mengeluarkan
komedo sebagai bukti bahwa pasien menderita akne
vulgaris.

10/26/2018 29
 Alat transepidermal water loss (TEWL)menilai besarnya
kehilangan cairan tubuh per jam dan mengukur
kemampuan kulit menahan air (skin capacitance).
 Pengukuran dan pembacaan harus dilakukan dalam
ruangan yang sudah ditentukan suhu dan kelembabannya.

10/26/2018 30
 Uji ini digunakan untuk melihat langsung kulit atau mukosa
yang terinfeksi HPV.
 Larutan asam asetat 5% dioleskan di permukaan kulit atau
mukosa yang diduga terinfeksi HPV, bila terinfeksi di kulit
yang diolesi asam asetat akan tampak bagian yang
berwarna putih yang menunjukkan infeksi HPV (+)

10/26/2018 31
10/26/2018 32
 Dilakukan di ruang pemeriksaan tertutup.
 Pemeriksa didampingi perawat.
 Pasien dipersilahkan membuka pakaian dalam dan berbaring dalam
posisi litotomi pada kursi ginekologi.
 Pemeriksa memakai sarung tangan.
 Daerah vulva dibersihkan dengan kapas yang sudah dibasahi
dengan larutan KMnO4.
 Spekulum atau cocor bebek steril dipilih ukuran sesuai dengan
pasien.

10/26/2018 33
 Spekulum dalam keadaan tertutup dimasukkan kedalam vagina
dengan posisi tegak lurus, kemudian diputar 90°.
 Buka spekulum dan posisikan agar serviks uteri terlihat kemudian
spekulum di kunci.
 Pakai sengkelit yang steril, sudah dibakar membara dan sudah
dingin.
 Ambil duh tubuh dari serviks, forniks posterior, dan dinding vagina.
 Kunci spekulum dibuka, tutup spekulum putar kembali dengan arah
tegak lurus, keluarkan perlahan-lahan.
 Pewarnaan cairan duh tubuh dengan pulasan KOH, Gram, atau
ditetesi NaCl 0,9%.

10/26/2018 34
 Pus dapat diambil langsung, diusap dengan kapas lidi atau diaspirasi
dengan jarum suntik atau dengan sengkelit.
 Pus pada impetigo vesikobulosa diambil dari kulit.
 Pada IMS, pus pada perempuan dapat diambil dari endoserviks,
forniks posterior, dan urethra. Pada urethra laki-laki sengkelit
dimasukkan 1-2 cm agar mencapai fossa navikularis.
 Pada pemeriksaan langsung, pus dioleskan tipis di kaca objek
kemudian dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau Gram.
 Bila diperlukan sebagian bahan disiapkan untuk kultur dan
resistensi, bahan dimasukkan ke dalam media transport

10/26/2018 35
 Untuk pemeriksaan ulkus genital akibat sifilis (ulkus bersih, tidak nyeri, tepi
keras) dibutuhkan serum rangsang dari ulkus (ulkus dipencet dari 2 sisi sampai
keluar serum rangsang).
 Pada treponema, digunakan pulasan dengan tinta hitam (tinta cina)
 Treponema yang mati dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.
 Pemeriksaan lainnya : pemeriksaan serologik dengan bahan dari serum darah.
 Tes serologi yang cepat : tes flokulasi, yaitu venereal disease research laboratory
(VDRL) atau rapid plasma regain (RPR) dan treponema pallidum hemaglutination
assay (TPHA)
 Tes yang lebih akurat : microhemagglutionation-treponema pallidum (MHA-TP)
atau fluorescent treponemal antibody-absorption (FTA-AbS)

10/26/2018 36
 Memilih lesi
 Penting diperhatikan dalam memilih lesi.
 Pilih lesi yang baru muncul (lesi primer), bila kecil dapat
diambil seluruh lesi, bila besar atau ada inflamasi disekitar
lesi biopsi dapat diambil dari tepi lesi dengan
menyertakan lesi kulit yang sehat. Bila ada infeksi
sekunder sebaiknya diobati dulu.

10/26/2018 37
2. Biopsi kulit
 Lesi kulit yang representatif diberi tanda, lakukan tindakan aseptik
pada lesi dan sekitarnya.
 Tutup dengan duk steril yang sesuai.
 Biopsi dengan pisau skalpel dapat dilakukan denga bentuk elips.
 Bila terdapat berbagai macam lesi, dapat dipilih beberapa lesi yang
berbeda.
 Bila melakukan biopsi plong, kulit diregangkan dulu tegak lurus
terhadap garis kulit, agar hasilnya menjadi elips dan memudahkan
regangan kulit pada waktu menutup luka.
 Kedalaman lesi sampai mencapai subkutis, tampak jaringan lemak
kekuningan pada bagian bawah lesi.

10/26/2018 38
3. Penyimpanan dan pengiriman jaringan biopsi
 Jaringan yang sudah bersih dimasukkan ke dalam larutan
fiksasi formalin 10% atau larutan buffer formalin, volume
cairan sekitar 20x jaringan agar jaringan terendam dengan
baik.
 Jaringan dikirim guna pemeriksaan histopatologik.
 Bergantung kebutuhan, pewarnaan dapat dengan
hematoksilin eosin, orsein giemsa, PAS, dll.

10/26/2018 39
TERIMA KASIH

10/26/2018 40

Anda mungkin juga menyukai