Di Susun Oleh
1208017043
BAB I
PENDAHULUAN
Herpes zoster atau shingles, dampa atau cacar ular telah dikenal sejak
zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus yang sama
dengan varisela, yaitu virus varisela zoster (VZV). Infeksi ini merupakan
reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam
bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. Herpes zoster ditandai dengan
adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada
dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf
sensorik dan nervus kranialis.16,17
Infeksi pada mata terjadi jika reaktivasi virus berada pada ganglion
sensoris dari nervus trigeminus (N.V), meskipun masuknya virus dari luar juga
mungkin dapat terjadi. Reaktivasi terjadi saat imunitas seluler terhadap virus
3
menurun. Penyakit ini jarang ditemukan pada anak-anak, tetapi terjadi konstan
pada usia 20-50 tahun dan lebih tinggi pada usia >60 tahun. Faktor risiko lainnya
adalah pengobatan dengan kortikosteroid, terapi radiasi, imunosupresi,
transplantasi organ dan penyakit sistemik seperti SLE, AIDS, leukemia, atau
lymphoma. Pada orang dewasa muda lebih sering terjadi reaktivasi dikarenakan
penggunaan obat imunosupresif dan meningkatnya AIDS pada usia ini. Oleh
sebab itu, karena herpes zoster dapat terjadi pada orang dengan AIDS, maka tes
sindroma ini diindikasikan pada pasien dibawah 50 tahun.20
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. CL
Tanggal lahir : 3 April 1953
Umur : 64 tahun
Alamat : Oetete-Kupang
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen Protestan
Suku : Rote
II. Anamnesis
Dilakukan anamnesis secara autoanamnesis di Poliklinik Mata tanggal 26
Agustus 2017
Keluhan Utama :
Nyeri pada mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri sejak 2 minggu SMRS.
nyeri di rasa seperti tertusuk-tusuk, hilang timbul, nyeri menjalar hingga ke
kepala bagian kiri, bertambah nyeri ketika terkena udara maupun ketika
disentuh, nyeri disertai dengan munculnya benjolan-benjolan kecil pada
daerah hidung pada hari ke-4 setelah nyeri, benjolan berwarna putih setelah
itu pecah dan menyebar dan serta bertambah banyak. Keluhan juga disertai
dengan demam yang dialami sebebelum benjolan muncul dan disertai dengan
muka sebelah kiri yang berwarna merah , rasa gatal pada sisi wajah sebelah
kiri di rasa hilang timbul berkurang jika di garuk, mata merah pada sisi mata
kiri dialami pasien pada seluruh bagian mata disertai bengkak, mata berair
yang banyak,mata gatal dan disertai dengan kotoran mata yang lumayan
banyak ketika di pagi hari. Demam (-), mual-muntah (-), tidak ada penurunan
nafsu makan, BAB dan bak dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
5
Thorax
Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, sela iga melebar
(-), otot bantu pernapasan (-), jejas/massa/pelebaran
vena (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), vocal fremitus D=S, normal
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/ +), Rhonkhi (-\-),
wheezing (-/-)
Cor
Auskultasi : S1 S2 ireguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas : Akral hangat , CRT < 2detik
Edema - -
- -
V. Penatalaksanaan
- Acyclovir 5x 800 mg
- Vitamin B-Complex 3x1
- Asam mefenamat 3 x 500 mg
- cendo hervis 5x 1 (OS)
VI. Prognosis
1. Ad Vitam : Dubia ad Bonam
2. Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
3. Ad sanationam : Dubia ad Bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSATAKA
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Patogenesis
Gambar 1. Morfologi golongan virus DNA & RNA dan patogenesis virus dalam
sel target penderita. Gambar dikutip daripada Suwarji Haksuhusodo, Bagian
Mikrobiologi, Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta.
Varisela zoster adalah virus DNA yang termasuk dalam famili Herpes viridae.
Selama infeksi, virus varisela berreplikasi secara efisien dalam sel ganglion.
Bagaimanapun, jumlah VZV yang laten per sel terlalu sedikit untuk menentukan
tipe sel apa yang terkena. Imunitas spesifik sel mediated VZV bertindak untuk
membatasi penyebaran virus dalam ganglion dan ke kulit.5
Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang
menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang N. V.
Hal ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus pada berbagai
jaringan. Walaupun sulit dimengerti, penyebaran dermatom pada N. V dan daerah
torak paling banyak terkena.6,7
12
Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan akhirnya
akan mengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal sebagai tanda
Hutchinson), yang merupakan indikasi untuk resiko lebih tinggi terkena gannguan
penglihatan. Dalam suatu studi, 76% pasien dengan tanda Hutchinson mempunyai
gangguan penglihatan.
Penyakit ini dapat dibagi menjadi 3 fase pre-eruptif, fase eruptif akut dan fase
kronis (neuralgia post hepektik).
- Kelopak mata :
HZO sering mengenai kelopak mata. Hal ini ditandai dengan adanya
pembengkakan kelopak mata, dan akhirnya timbul radang kelopak, yang disebut
blefaritis, dan bisa timbul ptosis. Kebanyakan pasien akan memiliki lesi vesikuler
pada kelopak mata, ptosis, disertai edema dan inflamasi. Lesi pada palpebra mirip
lesi kulit di tempat lain.
15
- Konjungtiva
Konjungtivitis adalah salah satu komplikasi terbanyak pada HZO. Pada
konjungtiva sering terdapat injeksi konjungtiva dan edema, dan kadang disertai
timbulnya petechie. Ini biasanya terjadi 1 minggu. Infeksi sekunder akibat S.
aureus bisa berkembang di kemudian hari.
- Sklera
Skleritis atau episkleritis mungkin berupa nodul atau difus yang biasa menetap
selama beberapa bulan.
- Kornea3,5
Komplikasi kornea kira-kira 65 % dari kasus HZO. Lesi pada kornea sering
disertai dengan keratouveitis yang bervariasi beratnya sesuai dengan kekebalan
tubuh pasien. Komplikasi pada kornea bisa berakibat kehilangan penglihatan
secara signifikan. Gejalanya adalah nyeri, fotosensitif, dan gangguan visus. Hal
ini terjadi jika terdapat erupsi kulit di daerah yang disarafi cabang-cabang N.
16
Nasosiliaris.7 Berbeda dengan keratitis pada HSV yang bersifat rekuren dan
biasanya hanya mengenai epitel, keratitis HZV mengenai stroma dan uvea anterior
pada awalnya, lesi epitelnya keruh dan amorf, kecuali kadang-kadang ada
pseudodendrit linear yang mirip dendrit pada HSV. Kehilangan sensasi pada
kornea selalu merupakan ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan
setelah lesi kornea tampak sudah sembuh.7 Keratitis epithelial : gejala awal,
berupa puncat epitel. Multipel, lesi vocal dengan fluoresen atau rose Bengal. Lesi
ini mengandung virus keratitis stroma. Ini merupakan reaksi imun selama
serangan akut dan memungkinkan perpindahan virus dari ganglion. Keratitis
stroma kronik bisa menyerang vaskularisasi, keratopati, penipisan kornea dan
astigmatisme.
- Traktus uvea
Sering menyebabkan peningkatan TIO. Tanpa perawatan yang baik penyakit ini
bisa menyebabkan glaukoma dan katarak.
- Retina
Retinitis pada HZO digambarkan sebagai retinitis nekrotik dengan perdarahan dan
eksudat, oklusi pembuluh darah posterior, dan neuritis optik. Lesi ini dimulai dari
bagian retina perifer.
3.5 Diagnosis
Anamnesis
bercampur darah. Jika absorbsi terjadi, vesikel dan bula dapat menjadi krusta.
Terdapat karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikel-
vesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa, unilateral, dan mengenai satu
dermatom.7,9,10
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaaan serologik.
Tes PCR dilakukan dari specimen menunjukan sensitivitas 97% diamana tes
ini lebih baik daripada kultur. PCR memberikan hasil yang cepat dan akurat
untuk dapat mendeteksi virus zoster.
3.6 Komplikasi
Hampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu, meskipun
ada beberapa yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak berhubungan dengan
umur dan luasnya ruam, tetapi bergantung pada daya tahan tubuh penderita. Ini
akan terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah serangan awal. 5
- Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari
pasien tersebut, 31% nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya. Pengaruh
itu semua, terjadi anterior uveitis pada 92% dan keratitis 52%. Pada 6
bulan, 28% mengenai mata dengan uveitis kronik, keratitis, dan ulkus
neuropatik.
- Komplikasi mata yang jarang, termasuk optik neuritis, retinitis, dan
kelumpuhan nervus kranial okuler. Ancaman ganguan penglihatan oleh
keratitis neuropatik, perforasi, glaukoma sekunder, posterior skleritis,
optik neuritis, dan nekrosis retina akut.
- Komplikasi jangka panjang, bisa berhubungan dengan lemahnya sensasi
dari kornea dan fungsi motor palpebra. Ini beresiko pada ulkus neuropati
dan keratopati. Resiko jangka panjang ini juga terjadi pada pasien yang
memiliki riwayat HZO, 6-14% rekuren.
- Infeksi permanen zoster oftalmik bisa termasuk inflamasi okuler kronik
dan kehilangan penglihatan.5
- Neuralgia paska herpetik
19
Neuralgia paska herpetik (PHN) adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10-15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi.Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya. Pada HZO, kejadian PHN lebih
sering daripada manifestasi zoster yang lain.
3.7 Penatalaksanaan
Sebagian besar kasus herpes zoster dapat didiagnosis dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Cara terbaru dalam mendiagnosis herpes zoster adalah dengan
tes DFA (Direct Immunofluorence with Fluorescein-tagged Antibody) dan PCR
(jika ada), terbukti lebih efektif dan spesifik dalam membedakan infeksi akibat
VZV dengan HSV. Tes bisa dilanjutkan dengan kultur virus.6
aureus). Pada keratitis, jika hanya mengenai epitel bisa didebridemant, jika
mengenai stromal dapat digunakan topikal steroid, pada neurotropik keratitis
diterapi dengan lubrikasi topikal, serta dapat digunakan antibiotik jika terdapat
infeksi sekunder bakteri.7 Untuk neuralgia pasca herpetik obat yang
direkomendasikan di antaranya Gabapentin dosisnya 1.800 mg 2.400 mg sehari.
Hari pertama dosisnya 300 mg sehari diberikan sebelum tidur, setiap 3 hari dosis
dinaikkan 300 mg sehari sehingga mencapai 1,800 mg sehari. 8 Antibiotik
sebaiknya digunakan jika terdapat infeksi bakterial. Antibiotik pada kasus ini
ialah ampicillin dan tetes mata gentamisin, merupakan antibakteri spektrum luas.
Isprinol yang diberikan oleh spesialis kulit pada penderita di atas termasuk obat
imunomodulator yang bekerja memperbaiki sistem imun.
3.11 Pencegahan
Clearinghouse, dosis asiklovir oral untuk dewasa ialah 800 mg 5 kali sehari
selama 7 sampai 10 hari.8 Sedangkan antiviral topikal tidak dianjurkan karena
tidak efektif. Antiviral digunakan untuk mempercepat resolusi lesi kulit,
mencegah replikasi virus, dan menurunkan insiden keratitis stroma dan uveitis
anterior.
22
BAB IV
DISKUSI
unilateral
konjungtiva
sering terdapat
injeksi
konjungtiva dan
edema
PENATALAKSANAAN Berdasarkan Acyclovir 5x 800 mg
rekomendasi dari (selama 7 hari)
National Vitamin B-Complex 3x1
Guidelines Asam mefenamat 3 x 500
Clearinghouse, mg
Pasien dengan cendo hervis 5x 1 (OS)
herpes zoster
oftalmikus dapat
diterapi dengan
Acyclovir (5 x
800 mg sehari)
selama 7-10 hari.
Penelitian
menunjukkan
pemakaian
Acyclovir,
terutama dalam 3
hari setelah gejala
muncul, dapat
mengurangi nyeri
pada herpes zoster
oftalmikus.
Sedangkan
antiviral topikal
tidak dianjurkan
25
karena tidak
efektif
Untuk
mengurangi nyeri
akut pada pasien
herpes zoster
oftalmikus dapat
digunakan
analgetik oral.
Seperti ibuprofen
Vitamin
neurotropik
berupa neurodex
digunakan sebagai
vitamin untuk
saraf.
BAB IV
26
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien seorang laki-laki usia 64 tahun dengan herpes zoster
ophthalmika OS. Diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pasien telah diterapi dengan cendo hervis 5x 1 dan acyclovir 5 x 800 mg,
Vitamin B-Complex 3x1, asam mefenamat 3x500 mg. pasien disarankan untuk
kontrol jika keluhan memberat.
DAFTAR PUSTAKA
27