KATARAK
Oleh:
Aliyyudestrina Windya Nerdneaesti
202010401011017
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KATA PENGANTAR
karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat stase Ilmu Kesehatan
Ilmu Kesehatan Mata di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Referat ini, terutama Dr. dr. Arti Lukitasari, Sp.M, selaku dokter
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL….......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR….........................................................................................................ii
DAFTAR ISI….........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN…..................................................................................................1
2.3 Katarak..................................................................................................................................12
a) Definisi............................................................................................................................12
b) Epidemiologi................................................................................................................12
c) Etiologi............................................................................................................................13
d) Patofisologi....................................................................................................................14
e) Klasifikasi.......................................................................................................................16
f) Gejala klinis..................................................................................................................21
g) Diagnosis........................................................................................................................23
h) Diagnosis banding.......................................................................................................24
i) Tatalaksana....................................................................................................................24
j) Komplikasi....................................................................................................................32
k) Prognosis.......................................................................................................................35
BAB 3 PENUTUP....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
gangguan perkembangan, infeksi virus di masa pertumbuhan janin dan usia.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma,
ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Kelainan sistemik atau metabolic yang
dapat menimbulkan katarak antara lain diabetes mellitus, galaktosemi, dan distrofi
miotonik (Gracia et al, 2016) .
Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan. Setelah pembedahan
lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokuler.
Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan sebelum,
selama, dan post-perasi diharapkan penanganan katarak dapat lebih diperluas,
sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia bisa diturunkan (Gracia et al, 2016).
B. Tujuan Penulisan
Referat ini ditulis bertujuan untuk memahami anatomi, fisiologi dari lensa,
juga definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis,
diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari
katarak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Fisiologi Lensa
Lensa merupakan struktur yang memiliki fungsi sangat besar dalam
mekanisme refraksi cahaya. Beberapa aspek fisiologis penting pada lensa adalah
transparasi lensa, aktivitas metabolime pada lensa, dan proses akomodasi.
Lensa memerlukan suplai energi ATP secara kontinyu untuk transpor aktif
dari ion dan asam amino, sintesis protein dan GSH. Sebagian besar energi yang
diproduksi digunakan di epitel yang merupakan situs utama dari proses transpor
aktif. Sebagai struktur yang avaskular, lensa sangat bergantung pada pertukaran
6
kimia dengan aqueous humor untuk metabolismenya. Komposisi kimia dari lensa
dan pertukarannya dengan aqueous humor dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
7
glutathione reduktase (GR). Kerja gabungan molekul ini akan menyebabkan
lingkungan yang stabil yang bebas stres oksidatif. Sistem homeostatik lain dan
sistem perbaikan pada lensa bekerja untuk menghapus protein rusak dan asam
nukleat.
Molekul terpenting yang bekerja dalam lensa sebagai antioksidan adalah
GSH. Disintesis dan dikeluarkan oleh epitel, dan langsung melindungi protein dari
oksidasi. Di sisi lain, askorbat juga memiliki penting peran dalam antioxidation,
tetapi dengan produk dehydroascorbic acid (DHA), secara eksperimental
ditemukan menyebabkan katarak GSH tidak ada. Oleh karena itu, GSH memiliki
peran penting mengurangi DHA baik secara langsung maupun melalui sistem
TTase (yang kami akan menjelaskan di bawah ini). GSH juga bekerja untuk
melindungi epitel dari mekanisme oksidatif lain, dan ketiadaan GSH
menyebabkan kerusakan DNA saat terpapar stres oksidatif pada tikus.
Seiring berjalannya usia, sintesis dan sekresi GSH menurun, menyebabkan
peningkatan progresif glutation disulfida (GSSG). Tingkat GSSG yang tinggi
secara langsung disebabkan oleh signifikan penurunan aktivitas GR. Hal ini
berdampak langsung pada nukleus lensa yang rentan dengan stres oksidatif.
Penurunan kadar GSH ini telah dipastikan ada pada kondisi lensa yang mengalami
katarak. Selain itu, kehadiran metionin sulphoxide reduktase A dapat berpotensi
menyebabkan disfungsi pengawal α-crystallin.
Kehadiran tingkat stres oksidatif yang lebih tinggi akan menyebabkan
protein menjadi thiolated oleh Sistein γ-glutamil, GSSG dan Sistein untuk
mensintesis S-glutathionylated proteins (PSSG), PSSγGC, PSSC, dan campuran
disulphides. Protein disulfida dan disulfida campuran masih mungkin untuk
dipulihkan sesuai keadaan aslinya dengan menggunakan mekanisme perbaikan
utama. Mekanisme pertama adalah GSH-dependent enzyme system, yang juga
dikenal sebagai glutaredoxin, dan hadir di sitosol dan mitokondria. Ia bekerja
2
untuk mengkatalisasi PSSG, dan kemudian mengubahnya menjadi GSH.
Mekanisme lain adalah enzim TRx yang juga hadir dalam sitosol dan
mitokondria, dan NAPDH-dependent. Perannya adalah untuk mengurangi molekul
inter- dan intra - PSSP. TRx dan TTase bekerja sama untuk mempertahankan dan
mengembalikan struktur, fungsi, dan konformasi protein. Oleh karena itu, kadar
8
TRx dan TTase meningkat dalam kasus stres oksidatif yang signifikan. Ketika sel
hidup terkena H2O2, mereka dapat bekerja baik untuk mengaktifkan G3PD. Namun,
aktivitas mereka juga secara signifikan menurun dengan usia.Glukosa merupakan
sumber energi yang esensial untuk lensa. Pada lensa 80% glukosa dimetabolisme
secara anaerobik melalui jalur glikolitik dan 15% melalui jalur HMP shunt serta
sebagian kecil melalui siklus Krebs. Glukosa masuk lewat diffusi dari celah – celah
lensa. Glukosa yang masuk 95% akan melalui proses fosforilasi oleh enzim
hexokinase menjadi Glucose – 6 – PO4 melalui glikolisis dan jalur pembentukan
pentosa lewat jalur hexosa monofosfat. Pentosa dibutuhkan untuk sinteis protein.
Sisanya akan lewat jalur sorbitol dimana glukosa akan dirubah menjadi fructosa
dengan enzime aldose reductase dan polyol dehidrogenase.
Glukosa merupakan sumber energi yang esensial untuk lensa. Pada lensa 80%
glukosa dimetabolisme secara anaerobik melalui jalur glikolitik dan 15% melalui
jalur HMP shunt serta sebagian kecil melalui siklus Krebs. Glukosa masuk lewat
diffusi dari celah – celah lensa. Glukosa yang masuk 95% akan melalui proses
fosforilasi oleh enzim hexokinase menjadi Glucose – 6 – PO 4 melalui glikolisis dan
jalur pembentukan pentosa lewat jalur hexosa monofosfat. Pentosa dibutuhkan untuk
sinteis protein. Sisanya akan lewat jalur sorbitol dimana glukosa akan dirubah
menjadi fructosa dengan enzime aldose reductase dan polyol dehidrogenase.
9
Pada pasien diabetes mellitus akibat kortikosteroid
menghambat Na+/K+-ATPase konsentrasi natrium tinggi dibagian
intraselular dan menurunnya kadar potassium akumulasi air pada
bagian serat lensa, terbentuknya katark subkapsular poosterior.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, m. ciliaris berelaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukuran terkecil;
dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya akan terfokus
pada retina. Sementara untuk cahaya yang berjarak dekat, m.ciliaris berkontrasi
sehingga tegangan zonula berkurang, artinya lensa yang elastis menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerja sama fisiologis antara korpus siliaris,
zonula dan lensa untuk memfokuskan benda jatuh pada retina dikenal dengan
3,4
akomodasi. Hal ini berkurang seiring dengan bertambahnya usia .
10
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: kenyal atau lentur
karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung;
jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di
tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara
normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda
dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak
berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh
kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi
2
diberikan oleh udara dan kornea.
Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior
lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi
lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara
korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina
dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan
refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.
11
2.3 Katarak
2.3.1 Definisi
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin
cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada
lensa mata yang mengarah pada penurunan penglihatan pada seseorang akibat
3
kurangnya intensitas cahaya yang masuk ke mata .
Definisi lain menyebutkan bahwa katarak merupakan suatu keadaan dimana lensa
mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein, atau terjadi akibat keduanya (Ilyas,
12
Gambar 2.9 Persentase Penyakit Mata
2.3.3 Etiologi
Katarak dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
kongenital. Katarak kongenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika
4
hamil, atau penyebab lainnya.
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang
menyebabkan lensa mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat
dipercepat oleh faktor risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi,
alkohol, defisiensi vit E, radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap
4
motor/pabrik yang mengandung timbal.
Katarak dapat dikarenakan trauma. Cedera pada mata seperti pukulan keras,
tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma kimia dapat merusak lensa sehingga
4
menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan metabolik
4
lainnya seperti diabetes mellitus.
13
2.3.4 Patofisiologi
Katarak dapat terjadi dengan banyak faktor dan interaksi yang komplek dari
5
bermacam-macam proses fisiologis
a. Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta
menurunnya kemampuan akomodasi. Semakin lanjut, dengan semakin
menuanya lensa, terdapat penurunan rata-rata, sehingga air serta metabolit
larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki sel-sel nukleus
melalui epitel dan kortek yang terjadi dengan diikuti penurunan kecepatan
5
transport air, nutrisi, dan antioksidan .
b. Peningkatan sebaran cahaya pada lensa disebabkan reaksi biokimia yang
dimulai sejak prenatal. Reaksi ini menyebabkan kekakuan, bahkan
pewarnaan lensa yang biasanya proses ini lebih signifikan mengenai
nukleus daripada korteks. Inilah alasan mengapa lensa kehilangan
kemampuan akomodasinya.
c. Usia juga mempengaruhi kepadatan dari lensa mata, usia semakin tua maka
kepadatan dari epitel lensa juga menurun dan sifat sifat dari serat lensa juga
berubah. Meskipun epitel dari lensa yang mengalami katarak kejadian
apotosisnya rendah, hal ini tidak menyebabkan penurunan yang signifikan
terhadap kepadatan lensa. Sedikit saja perubahan pada epitel lensa, sudah
dapat mengakibatkan perubahan struktur dari serat dan keseimbangan, hal ini
inilah yang menyebabkan lensa kehilangan sifat transparannya,
d. Pada katarak diabetik, Pada jalur poliol glukosa dirubah menjadi sorbitol
yaitu bentuk alkoholnya. Disini seharusnya kemudian sorbitol dipecah
menjadi fruktosa oleh enzym Polyol Dehydrogenase, namun pada
Diabetes Mellitus kadar enzym Polyol Dehydrogenase rendah sehingga
sorbitol menumpuk di dalam lensa mata. Hal ini menyebabkan terjadinya
kondisi hipertonik yang akan menarik masuk cairan akuos ke dalam lensa
11
mata, merusak arsitektur lensa dan terjadilah kekeruhan lensa ,
e. Crystallin, protein dalam lensa yang bening dan larut air, mengalami
proses non enzimatik sejak yakni deaminasi, tiolasi, karbamilasi,glikasi,
fosforilasi, asetalisasi, proteolisis dan cys-metilasi. Proteolisis, secara
spesifik, menyebabkan pemotongan dan pelepasan fragmen crystallin.
14
Selain itu, proses deaminasi crystallin menyebabkan crystallin berubah
menjadi α- and β-crystallin yang merupakan turunan gula. Proses ini
berkorelasi kuat dalam proses kekeruhan lensa menjadi katarak. Zat ini
lebih sering menumpuk di nukleus daripada di korteks. Crystalin yang
juga peka terhadap stress oksidatif akan mengalami kerusakan sehingga
membuat lensa kaku, terutama di nukleusJalur ubiquitin-proteosome yang
bertugas menghilaangkan protein hasil stres oksidatif mengalami
2
penurunan seiring bertambahnyaa usia.
f. GSH, antioksidan yang diproduksi epitel lensa, mengalami penurunan
produksi seiring bertambahnya usia. Dampaknya, lena mengalami stres
oksidatif dan membuat crystallin saling cross-linked. Penumpukan
2
crystallin cross-linked ini membuat lensa keruh.
g. Penggunaan kostikosteroid jangka panjang dapat meginduksi terjadinya
PSCs. Tergantung dari dosis dan durasi dari terapi, dan respon individual
terhadap kortikosteroid yang dapat menginduksi PSCs. Terjadinya
katarak telah dilaporkan melalui beberapa rute : sistemik, topikal,
5
subkonjungtival dan nasal spray .
Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan
sklerosis:
15
Gambar 2.10 Proses katarak
2.3.5 Klasifikasi
a) Berdasarkan morfologi
Terdapat tiga jenis tipe umum dari katarak yaitu nuklear, kortikal, dan
posterior subkapsular. Tabel dibawah merupakan sistem penentuan derajat katarak
9
dari The Oxford Clinical Cataract Classification and Grading System .
Tabel 2.1 Grading The Three Common Types Of Cataract
Tipe Katarak Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4
Nuclear Mild Moderate Pronounced Severe
Nucleus pada
lensa menjadi
kuning dan
sclerosis
Cortical Kekeruhan Kekeruhan 10 Kekeruhan Kekruhan
Dievalusi 10% ruang -50% ruang 50-90% rua mencapai lebih
dengan intra pupil intra pupil ng intra pupil dari 90% ruang
menentukan intra pupil
presentase dari
ruang intra pupil
yang mengalami
kekeruhan
Posterior Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan
subcapsular mencapai 3 mencapai mencapai mencapai lebih
Dievaluasi % dari area 30% area 50% area dari 50% area
dengan kapsul kapsular kapsular kapsul
menentukan posterior posterior posterior posterior
presentasi dari
area kapsular
posterior yang
mengalami
kekeruhan
Sumber : American Optometric Association, 2004
*penilaian derajat katarak dapat dilakukan jika dilakukan midriatil pada pasien
16
Pada katarak nuclear (Gambar 2.11), batas dari kataraknya dapat terlihat
karena indeks biasnya meningkat, meskipun dalam pemeriksaan tidak
memperlihatkan bayangan apapun.
1. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau
segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti
17
terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. 23 % dari katarak
kongenital merupakan penyakit keturunan yang diwariskan secara
autosomal dominan dan dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang menderita infeksi seperti rubella, rubeola, chiken pox,
cytomegalo virus, herpes simplek, herpes zoster, poliomyelitis, influenza,
Epstein-Barr syphilis dan toxoplasmosis saat kehamilan terutama pada
trimester I.
2. Katarak senilis
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak
didapat yang paling sering ditemukan karena proses degeneratif pada
laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia
sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu
mata lebih berat dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis
dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear.
Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
3. Katarak traumatik
Katarak yang dapat terjadi karena trauma tumpul, trauma tembus,
dan trauma kimia. Pada trauma basa yang masuk mengenai mata
menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan menurunkan kadar
glukosa dan askorbat. Trauma tumpul dapat langsung menyebabkan
lensa menjadi opaqe namun bisa juga kekeruhan terjadi beberapa tahun
setelahnya.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan
sel lensa faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosikiitis, miopia tinggi,
ablasi retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat
kelainan sistemik (diabetes mellitus) yang akan mengenai kedua mata
atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
18
5. Katarak toksik
Katarak yang disebabkan oleh zat zat kimia yang dapat berupa obat
ataupun zat lain yang bisa menyebabkan kekeruhan pada lensa. Beberapa
jenis obat yang paling sering menyebabkan kekeruhan lensa antara lain
kortikosteroid, fenotiazin, miotikum, amiodaron, dan statin.
c) Berdasarkan stadium
Menurut tebal tipis nya kekeruhan pada lensa, katarak senilis dibagi menjadi
7
4 stadium :
1. Katarak insipien
Kekeruhan lensa tampak terutama dibagian perifer korteks berupa
garis-garis yang melebar dan makin ke sentral menyerupai ruji sebuah
roda. Biasanya pada stadium ini tidak menimbulkan gangguan tajam
penglihatan dan masih bisa dikoreksi mencapai 6/6
20
Penyulit - Glaukoma - Uveitis +
Glaukoma
Gejala Insipien Imatur/ Matur Hipermatur/
Intumesen Katarak
Morgagni
Visus 5/5 s.d 1/60 1/300 – 1/~ 1/~
dengan
koreksi
Kekeruhan Perifer ke >> kapsula Penuh Korteks
lensa sentral. posterior merata mencair/ lensa
Seperti mengkerut
jeruji roda
Iris shadow - + - -
Fundus + + - -
refleks Tetapi lebih
suram
Iris Normal terdorong normal Tremularis
Komplikasi Glaucoma Glaucoma Glaucoma
fakomorfik fakomorfik fakolitik,
uveitis
fakotoksik
21
Gambar 2.18 Penglihatan normal dan penglihatan kabur pada katarak
22
(test glare) dilakukan untuk mengetahui tingkat gangguan penglihatan
yang disebabkan oleh submber cahaya yang diletakkan di dalam lapang
pandangan pasien.
c. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
d. Noda, berkabut pada lapangan pandang.
e. Ukuran kaca mata sering berubah.
23
penglihatan yang lebih baik. Penderita juga ditanyakan tentang gangguan
8
penglihatan lainya misalnya silau .
Pada anamnesis juga harus ditanyakan riwayat penyakit sebelumnya
meliputi riwayat pada mata dan riwayat kesehatan secara umum. Riwayat
pada mata meliputi riwayat refraksi sebelumnya atau pemakaian
kacamata sebelumnya berapa ukuranya, adanya penyakit mata
8
sebelumnya, riwayat pembedahan pada mata, dan riwayat trauma .
Riwayat kesehatan secara umum juga ditanyakan, karena dapat menjadi
etiologi, atau menentukan prognosis dan kesesuain terapi bedah yang
akan dipilih. Riwayat terapi yang sudah didapat sebelumnya. Ditanyakan
8
juga adanya alergi terhadap obat khususnya antibiotik .
b) Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu Snellen. Pada stadium
8,7
insipien atau imatur bisa dikoreksi dengan lensa kacamata terbaik .
2) Lampu senter : reflek pupil terhadap cahaya pada katarak masih normal.
Tampak kekeruhan pada lensa terutama bila pupil dilebarkan, berwarna
putih keabu abuan. Diperiksa proyeksi iluminasi dari segala arah pada
7
katarak matur untuk mengetahui fungsi retina secara garis besar .
3) Oftalmoskop, sebelum melakukan pemeriksaan sebaiknya pupil
dilebarkan. Pada stadium insipient dan imatur tampak kekeruhan
kehitam hitaman dengan latar belakang jingga sedangkan pada
stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa latar
8
belakang jingga atau reflek fundus negatif .
4) Slit lamp biomikrskopi : dengan alat ini dapat mengevaluasi luas,
8
tebal dan lokasi kekeruhan pada lensa .
2.3.8 Diagnosis Banding
Diagnosis lain dari leukokoria adalah leukoma kornea, hipopion, perdarahan
vitreus, endoftalmitis, PHPV (Primary Hyperplasi Persistent Vitreous), ablasio
retina, retinoblastoma.
2.3.9 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
24
dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui
dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan
hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti
katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar
3,10
sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E .
Penatalaksanaan definitif untuk katarak adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang
kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi
IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan
implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah
lensa yaitu Intra Capsuler Cataract Exstraction (ICCE) dan Exstra Capsuler
Cataract Exstraction (ECCE).
Indikasi operasi katarak ialah:
1. Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi
katarak dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan
signifikan pada kehidupan sehari-hari pasien.
2. Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan,
operasi dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
- Glaukoma lens-induced
- Endoftalmitis fakoanafilaktik
- Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang
terapinya terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3. Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta
ekstraksi katarak agar pupil kembali menjadi hitam.
Evaluasi dan persiapan yang perlu dilakukan sebelum operasi adalah:
1. Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit
diabetes mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah
potensi infeksi seperti periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah
harus terkontrol dan hipertensi tidak boleh diatas 160/100 mmHg
2. Pemeriksaan mata:
- Untuk melihat apakah pasien ada radang atau infeksi pada mata,
25
- Bola mata: dalam, kecil/besar
- Kelopak mata : blepharitis, entropion, ektropion
- Nasolakrimalis : mucocele
- Kornea : kekeruhan (jaringan parut, degenerasi, distrofi)
- Bilik mata depan : kedalaman
- Pupil : reaksi pupil (direct & indirect), RAPD (+) kerusakan nervus
optikus terangkan prognosis visual, irregular, pseudo eksfoliasi
(materi PEX)
- Iris : neovaskularisasi, atrofi, sinekia, koloboma
- Lensa : tipe katarak, maturitas, luksasi lensa
- Pengukuran TIO memastikan tidak ada glaukoma,
- Anel test, bila duktus tersumbat untuk terapi DCR (operasi katarak
dilakukan 1 bulan kemudian),
- Biometri, menentukan ukuran IOL
3. Selain itu, juga harus diketahui pasien tersebut memiliki riwayat alergi
atau tidak dan juga mengetahui apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-
obatan tertentu seperti warfarin, antiplatelet
26
Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang prosedur operasi pada
ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification
dan Small Incision Cataract Surgery (SICS).
a) Intra Capsuler Cataract Exstracsion (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
3,4,5
endoftalmitis, dan perdarahan .
Tetapi, beberapa kelemahan dan komplikasi bisa ditemukan pada
0 0
ICCE. Insisi yang besar pada limbus, biasanya 160 -180 , biasanya
beresiko: penyembuhan yang lambat, rehabilitasi penglihatan yang
lambat, againt the rule astigmatisma, iris inkarserasi, kebocoran luka
pasca operasi, dan inkarserasi vitreous. edema kornea biasanya terjadi
5
saat operasi dan komplikasi segera post operatif .
Kontraindikasi absolut ICCE yaitu katarak pada anak-anak dan usia
muda, katarak dengan trauma rupture kapsular. Kontraindikasi relatif
5
ICCE yaitu, myopia tinggi, sindrom marfan, katarak morgagni .
27
b) Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Mengangkat lensa dengan menyisakan kapsul posterior, kapsul
anterior dipotong dan diangkat, nukleus di ekstraksi dan korteks lensa
4
dibuang dari mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi . Teknik
ECCE memiliki beberapa keunggulan dibanding ICCE, karena kapsul
5
posterior masih utuh, dengan alasan :
Pada ECCE dilakukan insisi kecil, sehingga diharapkan lebih sedikit
trauma pada endotel kornea
Komplikasi jangka panjang dan jangka pendek karena vitreous yang
masuk ke kornea, iris dan tempat insisi bisa dimimalkan
Penempatan IOL bisa lebih baik karena kapsul posterior masih utuh
Kapsul posterior yang masih utuh menjadi penghalang yang
membatasi pertukaran beberapa molekul antara aquos dan vitreous.
Kapsul yang masih utuh mencegah bakteri dan mikroorganisme lain
masuk ke bagian posterior dan dapat menyebabkan endophtalmitis.
Pada kapsul yang utuh jika dilakukan implant IOL yang kedua, bedah
filtrasi, transplantasi kornea dan perbaikan luka, maka dapat dilakukan
lebih mudah dan dengan tingkat keamanan yang tinggi.
c) Phacoemulsification
Phacoemulsification (phaco) maksudnya membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat
28
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat
kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus
yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel
yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
ECCE dan phacoemulsification merupakan ekstraksi nuklues lensa
yang hampir sama, dilakukan dengan membuka anterior kapsul. Kedua
tekhnik tersebut menggunakan irigasi dan aspirasi cairan dan material
kortikal selama pembedahan. Penempatan IOL dari kedua tekhnik ini
4
pada kapsul posterior yang lebih anatomis dibandingkan anterior IOL
Pada ECCE membuang kapsul lensa dilakukan secara manual dengan
standard ECCE atau dengan memasukkan jarum ultrasonically ke
nuklues kemudian aspirasi substrat lensa melalui jarum, hal ini yang
4
disebut phacoemulsification .
Keuntungan Phacoemulsification insisi kecil, meminimalkan
komplikasi dari luka yang tidak ditutup dengan benar, penyembuhan luka
lebih cepat, rehabilitasi penglihatan lebih cepat. Dengan tekhnik yang
relatif tertutup saat operasi tekanan intraokuli lebih bisa terkontrol,
tekanan vitreous juga bisa lebih terjaga dan menurunkan resiko
pendarahan khoroidal. Teknik phacoemulsification membutuhkan mesin
4
dan alat alat yang lebih canggih dibandingkan tekhnik yang lain .
29
Gambar 2.21 Phacoemulsification
30
Intra capsular Semua komponen lensa
cataract extraction diangkat Incisi lebih besar
(ICCE) Edema cistoid pada
makula
Komplikasi pada
vitreus
Sulit pada usia < 40
tahun
Endopthalmitis
Fakoemulsifikasi Incisi paling kecil Memerlukan dilatasi
Astigmatisma jarang pupil yang baik
terjadi Pelebaran luka jika
Pendarahan lebih sedikit ada IOL
Teknik paling cepat
32
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
3. Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi
Tabel 2.4 Komplikasi Dini Pasca Operasi
33
Konjungtiv Nyeri, Konjungtiva Antibiotik
itis kemerahan tarsal bengkal (missal:ofloxacin) setiap 2
dengan secret dengan jam. Tinjau sering-sering
mukopurulen penglihatan untuk memastikan tidak
yang baik ada perkembangan menjadi
endophtalmitis
34
bln & 2 thn karena fundus menggunaka
stelah terjadi dapat samar n tetes mata
pembedahan) kekeruhan anestesi).
kembali Kornea,
pada lensa kamera okuli
anterior dan
implant tidak
dipengaruhi
oleh laser
2.3.11 Prognosis
35
BAB III
KESIMPULAN
Prevalensi katarak sangat tinggi di dunia, katarak salah satu penyakit yang dapat
penglihatan kabur, silau jika melihat cahaya (fotofobia) semakin lama jika lensa
semakin keruh penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk dapat
hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Ada 4 jenis macam operasi
36
DAFTAR PUSTAKA
37
American Academy of Ophthalmology
19. Gracia ET, et al. Hubungan umur dan jenis kelamin dengan angka kejadian
katarak di instalasi rawat jalan (poliklinik mata) RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou
Manado Periode Juli 2015-Juli2016. Jurnal Kedokteran Klinik. Desember 2016.
Vol 1(1)
20. Asbury dan Vaughan. 2010. Oftamologi Umum edisi 17. Jakarta. EGC
th
21. Bowling, B., 2016, Kanski’s Clinical Ophthalmology; A Systemic Approach, 8
edition, Elsevier: Sydney, Australia
38