PENDAHULUAN
SKENARIO 1.
Seorang pasien perempuan berusia 41 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan kulit tungkai bawah kiri kemerahan. Keluhan disertai bengkak dan nyeri
sejak 5 hari yang lalu. Penderita juga mengeluh adanya demam. Penderita sering
menggaruk tugkai bawah karena sering digigit nyamuk.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan ujud kelainan kulit eritema bewarna
merah cerah, edema, bula, pus, pinggirnya meninggi dan berbatas tegas. Pada
palpasi terdapat nyeri tekan dan perabaan panas. Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening pada lipat paha kiri. Dokter menyarankan dilakukan pemeriksaan
penunjang dan dokter akan memberikan terapi setelah didapatkan hasil dari
pemeriksaanpenunjang.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Seven Jump
Jump I: Klarifikasi Istilah
Dalam skenario ini beberapa istilah yang perlu diklasifikasi adalah
sebagai berikut:
1. Bula
dapat terbentuk dalam semua lapisan kulit. Pada lapisan sub epidermal.
Biasanya oleh karena kebocoran cairan plasma dan pembuluh darah, pada
lapisan intradermal biasanya lebih longgar dan mudah pecah sementara pada
sub epidermal lebih mudah pecah.
2. Eritema
: warna kemerahan yang muncul pada kulit
disebabkan oleh karena adanya pelebaran pembuluh darah yang bersifat
reversibel.
3. Pus
3.
4.
5.
6.
paha kiri?
Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan
yang dialami pasien?
Adneksa Kulit
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.
Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan
kelenjar palit. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecilkecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar
apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental
(Djuanda, 2007).
Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk
spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh
permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila.
Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf
kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2007).
tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan.
Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri
atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan
oksigen 20,80% (Djuanda, 2007).
B.
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus
seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap
bahaya bahan kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan
melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh
terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerahmerahan atau suhu
Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain
Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit.
Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini
merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan selsel kulit yang
telah mati melepaskan diri secara teratur.
3.
Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu
juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2
dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui
saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.
4.
Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu
Ekskresi
Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna
lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam
urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk
melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang
melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan
keasaman pada kulit.
6.
Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan
7.
Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal
dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit.
Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase,
ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum.
Pigmen disebar ke epidermis melalui tangantangan dendrit
sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit
tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh
tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
10
8.
Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan.
Sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk
menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan
bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang
dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses
sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira
kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi
secara mekanis fisiologik.
9.
Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar
Rasa mekanik
Mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa
raba, dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu.
Dengan menggunakan aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang
paling peka terhadap rangsangan. Pada permukaan kulit yang peka,
titik tekan lebih padat dibandingkan dengan kulit lain. Titik rasa tekan
tersebut merupakan manifestasi adanya reseptor tekan pada bagian
kulit di bawahnya.
2.
Rasa suhu
11
Rasa propriosepsi
Berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam.
Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di
dalam otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke
medulla spinalis melalui kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian
berjalan ke laminikus medial dan thalamus ke korteks. Impuls berasal
dari komparan otot, organ sensorik di dalam, dan sekitar sendi.
Neuron dalam korteks sensoris berespons terhadap gerakangerakan
tertentu.
4.
Rasa nyeri
Timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama
tertentu.
Perangsangan
yang
berurutan
dengan
rangsangan makin kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti
dengan rasa nyeri. Bila rangsangannya mencapai intensitas yang
tinggi, rasa gatal yang dialami dapat hilang. Bila jaras spinotalamatik
12
yang sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri dengan cara tertentu jika
titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak pada bagian
kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari
kulit.
Mengapa kulit tungkai kiri pasien kemerahan?
Kemerahan merupakan salah satu tanda inflamasi local yang berfungsi
untuk memberikan proteksi dini terhadap infeksi atau cedera jaringan.
Banyak perubahan vascular yang terjadi dini disebabkan oleh efek direk
mediator enzim plasma seperti bradikinin dan fibrinopeptida yang
menginduksi
vasodilatasi
dan
peningkatan
permeabilitas
vascular.
13
prostaglandin
di
hipotalamus.
Sebagai
contoh,
endotoksin
14
Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan yang dialami
pasien?
Pada UKK, memiliki predisposisi yang berbeda- beda tergantung jenis
penyakit yang mendasarinya. Apabila pada pasien di scenario terdiagnosis dengan
erysipelas, maka predisposisi dari penyakit ini mencakup semua umur, lebih
sering pada anak kecil, balita, dan orang tua. Lebih sering pada wanita dan lakilaki muda diakibatkan lebih sering mendapatkan luka.
Mengetahui struktur
Anatomi, Histologi dan
Fisiologi
VIRUS
Faktor risiko
kebiasaan
menggaruk
Infeksi
BAKTERI
JAMUR
UKK
DDx
15
- Patofisiologi
- Epidemiologi
- Etiologi
- Manifestasi Klinis
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- Komplikasi
- Terapi
16
Erisipelas
1. Definisi
Erisipelas merupakan penyakit infeksi bakteri, akut dengan gejala utama
eritemia berwarna merah cerah dan berbatas tegas, dapat disertai gejala
konstitusi. Kelenjar getah bening superficial membesar dan nyeri.
Erisipelas adalah infeksi pada dermis dan jaringan subkutis bagian atas
yang hampir selalu disebabkan oleh Streptococcus pygogenes ( =
Streptococcus beta hemolyticus grup A)
Factor Predisposisi Erispelas
a.
Kakhesia
b.
Diabetes Melitus
c.
Malnutrisi
d.
Diasgammaglobulinemia
e.
Alkoholisme
f.
Dan keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh terutama bila
disertai hygiene yang jelek.
2. Patofisiologi
Inokulasi bakteri ke daerah kulit yang mengalami trauma merupakan
peristiwa awal perkembangan dari erisipelas. Dengan demikian, faktor-faktor
17
lokal, seperti insusfisiensi vena, statis ulserasi, dermatitis, gigitan serangga, dan
sayatan bedah telah terlibat sebagai pintu masuknya kuman ke kulit.
Sumber bakteri di erisipalas wajah sering bersumber dari nasofaring dan
riwayat faringitis streptokokus baru-baru ini telah dilaporkan dalam sampai
sepertiga dari kasus.
b.
c.
d.
e.
4. Pemeriksaan Penunjang
18
Selulitis
Pada penyakit ini terdapat infiltrat yang difus pada subkutan dengan
tanda-tanda radang akut.
b.
Urtikaria
Pada urtikaria warna merah akan hilang dengan penekanan.
c.
Furunkulosis
Biasanya nyeri, berbentuk seprti kerucut dan berbatas tegas .
6. Komplikasi
Bila erisipelas telah terjadi, kekambuhan dapat mengikutinya. Tiap
kekambuhan akan merusak saluran limfatik dan menimbulkan pembengkakan
dan limfedem. Selanjutnya kedua hal ini mempermudah episode erisipelas
berikutnya. Komplikasi erisipelas yang penting adalah Glomerulonefritis Akut
Pasca Streptokok. Penyebaran jauh streptokok dapat menyebabkan bursitis,
endokarditis bakterial subakut, mediastinitis, dan abses retrofaring. Erisipelas
yang berulang-ulang sering menimbulkan pembengkakan sisa (elefantiasis) di
daerah yang terkena.
7. Pengobatan
Erisipelas yang ringan biasanya dapat diatasi dengan Penisilin V per oral
0,6-1,5 mega unit selama 5-10 hari, sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari, atau
eritromisin. Erisipelas yang lebih luas danperah membutuhkan hospitalsasi dan
antibiotik intravena. Istirahat baring dengan meninggikan tungkai dan kompres
19
c.
Folikulitis
1. Etiologi
Folikulitis biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
2. Macam-macam Folikulitis :
a. Folikulitis Superfisialis (Impetigo Bockhart)
Folikulitis superfisialis adalah radang folikel rambut dengan pustule
berdinding tipis pada orifisium folikel yang terbatas di dalam epidermis.
i. Manifestasi Klinis
Tempat predileksi adalah ekstremitast terutama di tungkai bawah,
kulit kepala, muka terutama sekitar mulut. Kelainan berupa papul atau
pustule yang eritematosa dan di tengahnya terdapat rambut, biasanya
multiple dan sembuh setelah beberapa hari. Infeksi mungkin terjadi
setelah gigitan serangga, tergores, atau akibat garukan dan trauma
kulitlainnya.
ii. Penatalaksanaan
Membersihkan daerah yang terkena dengan sabun antiseptic dan air
2x/hari dan berikan salep antibiotic, misalnya mupirosin 5%.
b. Folikulitis Profunda
Folikulitis profunda adalah infeksi stafilokok berupa pustule
perifolikuler kronik ditandai dengan adanya papul dan pustule dan sering
20
adalah
peradangan
pada
folikel
rambut
dan
jaringan
subkutansekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika
lebih darisatu tempat disebut furunkulosis. Furunkulosis dapat disebabkan oleh
berbagaifaktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya
tahan tubuhyang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada
folikel rambut dikulit (folikulitis), kemudian menyebar kejaringan sekitarnya.
Karbunkel adalah satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi
oleh Staphylococcusaureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya
dan juga jaringandibawahnya termasuk lemak bawah kulit.
2.
Epidemiologi
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data
21
3.
Etiologi
Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena
aureus
maupun
bakteri
penyebab
lainnya.
Penularannya dapat melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita.
Furunkulosis dapat menjadi kelainan sistemik karena faktor predisposisi antara
lain, alcohol, malnutrisi,diskrasia darah, iatrogenic atau keadaan imunosupresi
termasuk AIDS dan diabetes mellitus.
4.
Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan
kemudian
membentuk
nodula
eritematosa
berbentuk
22
5.
Gejala Klinis
Mula-mula nodul kecil yang mengalami keradangan pada folikel
23
D.
1.
Impetigo
Definisi
Impetigo meurupakan infeksi pada kulit superfisial yang disebabkan oleh
Manifestasi Klinis
Impetigo bullosa lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak
tetapi juga bisa terjadi pada orang dewasa.Tidak ditemui gejala
sistemik seperti demam, malaise.Predileksinya biasanya pada wajah,
tetapi dapat juga menginfeksi permukaan tubuh yang lain seperti dada,
ketiak, tungkai dan bagian tbuuh lainnya.Bisa berupa lesi yang sedikit
dalam satu area, ataupun lesi yang banyak dan luas menyebar seperti
24
Diagnosis Banding
Jika vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koloret dan
eritema,
maka
mirip
dengan
dermatofitosis.Pada
anamnesis
Pengobatan
Jika terdapat hanya beberapa vesikel/buls, dipecahkan lalu
diberi salep antibiotik atau cairan antiseptik atau asam fusidic.Kalau
banyak diberikan pula antibiotik sistemik seperti penicillin atau
cepalosporin generasi pertama.Faktor predisposisi dicari,Jika karena
banyak keringat, ventilasi diperbaiki.
25
Manifestasi klinis :
Pada Impetigo krustosa tidak disertai gejala umum, spserti
demam,malaise dan terjadi pada anak-anak.Impetigo nonbullosa mulamula berupa vesikel kecil atau pustul yang kemudian pecah ,menjadi
lesi berwarna merah, dengan dasar yang basah.Akumulasi krusta yang
berwarna kuning-madu sampai putih-coklat melekat dengan kuat dan
meluas secara radier. Ditemukan sedikit eritema di sekeliling lesi.Kulit
disekitar hidung, mulut dan tungkai/lengan merupakan predileksi lesi.
tertentu.
Pengobatan :
Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotik.Kalau
banyak diberi pula antibiotik sistemik.
Jenis-jenis pengobatan :
26
E.
1.
Selulitis
Definisi
Selulitis
berikut:
a.
b.
c.
d.
eritema
sakit
pembengkakan
rasa panas pada bagian yang sakit
27
3.
b. perdarahan kulit
c. pengelupasan kulit
d. anestesi kulit
e. perkembangan yang cepat
f. Gas dalam jaringan
g. hipotensi
Diagnosa
Secara umum, tidak ada pemeriksaan diperlukan dalam kasus-kasus rumit
c.
mata)
Pasien
d.
e.
f.
terkontaminasi
Pasien dengan keganasan yang kemoterapi menerima
Neutropenia atau immunodeficiency diperantarai sel parah
Gigitan hewan
dengan
riwayat
kontak
dengan
air
yang
berpotensi
28
d.
29
6.
Penatalaksanaan
Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres
dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep
natrium fusidat atau framycetine sulfat kassa steril. Antibiotik sistemik
mempercepat resolusi penyembuhan dan wajibdiberikan pada seseorang
yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama tujuh
sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikansesuai dengan
hasil kultur bakteri terhadap sensitivitas antibiotik
Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi
S.aureus padahidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok
organisme pada kulit,sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren.
Pemakaian secaraintranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base
30
nasal
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari diskusi tutorial ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
penyakit kulit yang disebabkan oleh karena Infeksi bakteri. Faktor risiko terbesar
pasien dapat mengalami infeksi bakteri adalah oleh karena pasien sering
31
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2010. Imunologi Dasar edisi ke-10. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Barankin B, Freiman A., 2006.Derm Notes : Clinical Dermatology Pocket
Guide.F.A. DAVIS COMPANY : Philadelphia
Djuanda, A. (2007). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, 5. FK-UI, Jakarta.
Djuanda A. Pioderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. hal 60.
32
Mitchell, et al. 2006. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran,
ed.7. Jakarta: EGC
Poorwo, Soedarmo S, Herry G, Sri Rezeki S, Hindra I, 2008, Buku Ajaran: Infeksi
dan Pediatri Tropis, Edisi II, Badan Penerbit IDAI, Jakarta
Sheerwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Ed. 6. Jakarta : EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik: Untuk Mahasiswa Kedokteran Ed. 6.
Jakarta: EGC
Tortora, G.J. dan Derrickson, B.H. 2009. Principles of Anatomy and Physiology.
Twelfth Edition. Asia: Wiley
33