Anda di halaman 1dari 8

ANATOMI KULIT Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.

Luas kulit orang dewasa 2m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Tortora, Derrickson, 2009). Kulit mempunyai berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan fungsi pergetahan (Setiabudi, 2008). Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak (Tortora, Derrickson, 2009). Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum lusidum terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki (Djuanda, 2003). Stratum granulosum merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel stratum spinosun terdapat jembatan-jembatan antar sel yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril atau keratin. Pelekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel-sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen (Djuanda, 2003).
Stratum germinativum terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal berbasis seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mrngalami mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel, dan sel pembentuk melanin atau

clear cell yang merupakan sel-sel berwarna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen (melanosomes) (Djuanda, 2003). Lapisan Dermis Lapisan yang terletak dibawah lapisan epidermis adalah lapisan dermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yakni pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah, dan pars retikulare yaitu bagian bawahnya yang menonjol kea rah subkutan, bagian ini terdiri atas serabutserabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, di bagian ini terdapat pula fibroblast, membentuk ikatan yang mengandung hidrksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf dan mudah mengembang serta lebih elastis (Djuanda, 2003). Lapisan Subkutis Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan (Djuanda, 2003). Vaskularisasi Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak di bagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan anastomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah teedapat saluran getah bening (Djuanda, 2003). Adneksa Kulit Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit. Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003). Kelenjar enkrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kehamilan. Saluran kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi, dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan emosional (Djuanda, 2003).

Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mame, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil, tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa, biasanya pH sekitar 4-6,8 (Djuanda, 2003). Kelenjar palit terletak di selruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasala dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandungi trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi hormone androgen, pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif (Djuanda, 2003). Kuku, adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari dikenali sebagai badan kuku, dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1 mm per minggu. Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku. Kulit tipis yang yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium sedang kulit yang ditutupki bagian kuku bebas disebut hiponikium (Djuanda, 2003). Rambut, terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit dan bagian yang berada di luar kulit. Ada 2 macam tipe rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mrngandung pigmen dan terdapat pada sbayi, dan rambut terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, dan terdapat pada orang dewasa. Pada orang dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormone androgen. Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus. Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen berlangsung 2-6 tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0.35 mm per hari. Fase telogen berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase katagen. Komposisi rambut terdiri atas karbon 50,60%, hydrogen 6,36%,, nitrogen 17,14%, sulfur 5% dan oksigen 20,80% (Djuanda, 2003).

FISIOLOGI KULIT Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. KUSTA / LEPRA Definisi Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. Kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa, saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis. Etiologi Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh warga negara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873. Kuman Mycobacterium leprae berbentuk basil dengan ukuran 38 Um X 0,5 Um, tahan asam dan alkohol serta bersifat Gram positif. Mycobacterium leprae hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sistem retikulo endotelial. Klasifikasi Dikenal beberapa jenis klasifikasi kusta, yang sebagian besar didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh (kekebalan seluler) dan jumlah kuman. 3 Beberapa klasifikasi kusta di antaranya adalah : a. Klasifikasi Madrid (1953) Pada klasifikasi kusta ini penderita kusta di tempatkan pada dua kutub, satu kutub terdapat kusta tipe tuberculoid (T) dan kutub lain tipe lepromatous (L) . Diantara kedua tipe ini ada tipe tengah yaitu tipe borderline (B). Di samping itu ada tipe yang menjembatani yaitu disebut tipe intermediate borderline (B). b. Klasifikasi Ridley Jopling (1962)

Berdasarkan gambaran imunologis, Ridley dan Jopling membagi tipe kusta menjadi 6 kelas yaitu : intermediate (I), tuberculoidtuberculoid (TT), borderline tuberculoid (BT), borderlineborderline (BB), borderline lepromatous (BT) dan lepromatous lepromatous (LL) c. Klasifikasi WHO ( 1997 ) Pada pertengahan tahun 1997 WHO Expert Committee menganjurkan klasifikasi kusta menjadi pausi basiler (PB) lesi tunggal, pausi basiler (PB lesi 2-5) dan multi basiler (MB). Sekarang untuk pengobatan PB lesi tunggal disamakan dengan PB lesi 2-5. Sesuai dengan jenis regimen MDT (multi drug therapy) maka penyakit kusta dibagi dalam 2 tipe, yaitu tipe PB dan MB. Klasifikasi WHO (1997) inilah yang diterapkan dalam program pemberantasan penyakit kusta di Indonesia. Penentuan klasifikasi atau tipe kusta selengkapnya seperti tabel di bawah ini : Kriteria untuk tipe PB dan MB Kelainan kulit dan hasil pemeriksaan bakteriologis 1. Bercak (Makula) a. Jumlah b. Ukuran c. Distribusi PB MB

1-5 Banyak Kecil dan besar Kecil kecil Unilateral atau bilateral Bilateral, simetris asimetris d. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat e. Batas Tegas Kurang tegas f. Kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut g. Kehilangan kemampuan Bercak tidak berkeringat, Bercak masih berkeringat, bulu berkeringat, bulu rontok pada ada bulu rontok pada bercak tidak rontok bercak 2. Infiltrat a. Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada b. Membrana mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada tersumbat pendarahan di hidung) 3. Ciri-ciri khusus Central healing Punched out lession, madarosis, penyembuhan di tengah ginekomastia, hidung pelana, suara sengau 4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada 5. Penebalan Lebih sering terjadi Terjadi pada yang lanjut biasanya lebih dari satu dan simetris 6. Deformitas (cacat) Biasanya asimetri terjadi Terjadi pada stadium lanjut dini 7. Apusan BTA negatif (-) BTA positif (+)

Penatalaksanaan Obat-obat yang dipergunakan sesuai WHO :

1.DDS (Dapsone). a. Singkatan dari Diamino Diphenyl Sulfone. b. Bentuk obat berupa tablet warna putih dengan takaran 50 mg/tab dan 100 mg/tablet. c. Sifat bakteriostatik yaitu menghalang/menghambat pertumbuhan kuman kusta. d. Dosis : Dewasa 100 mg/hari. Anak-anak 1-2 mg/kg berat badan/hari. e. Efek samping jarang terjadi, berupa : Anemia Hemolitik Manifestasi kulit (alergi) seperti halnya obat lain, seseorang dapat alergi terhadap obat ini. Bila hal ini terjadai harus diperiksa dokter untuk dipertimbangkan apakah obat harus di stop. Manifestasi saluran pencernaan: Anoreksi, nausea, muntah, hepatitis. Manifestasi syaraf: Neuropati perifer, sakit kepala vertigo, penglihatan kabur, sulit tidur, psychosis. 2. Lamperene (B663) juga disebut Clofazimine. a. Bentuknya kapsul warna coklat. Ada takaran 50 mg/kapsul dan100 mg/kaps. b. Sifat : Bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta Anti reaksi (menekan reaksi) c. Dosisnya untuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada Regimen pengobatan MDT d. Efek samping : Warna kulit terutama pada infiltrat berwarna ungu sampai kehitam-hitaman yang dapat hilang pada pemberian obat Lampprene di stop. Gangguan pencernaan berupa diare, nyeri pada lambung

3. Rifampicin. a. Bentuk : Kapsul atau tablet takaran 150 mg, 300 mg, 450 mg dan 600 mg b. Sifat : Mematikan kuman kusta (Bakteriosid) c. Dosis : Untuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada Regimen pengobatan MDT. Untuk anak-anak dosisnya adalah 10-15 mg/kg berat badan. d. Efek samping :

Efek samping yang ditimbulkan oleh Rifampicin yaitu dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan ginjal. Dengan pemberian Rifampicin 600 mg/bulan tidak berbahanya bagi hati dan ginjal (kecuali ada tanda-tanda penyakit sebelumnya). Sebelum pemberian obat ini perlu dilakukan tes fungsi hati apabila ada gejala-gejala yang mencurigakan. Catatan : Perlu diberitaukan kepada penderita bahwa air seni akan berwarna merah bila minum obat. Efek samping lain adalah tanda-tanda seperti inflensa (flu Syndrom) yaitu badan panas,beringus,lemah dan lain-lain, yang akan hilang bilamana diberikan obat simptomatis. Pengobatan Rifampicin supaya dihentikan sementara bila timbul gejala gangguan fungsi hati dan dapat dilanjutkan kembali bila fungsi hati sudah normal. 4. Prednison. Obat ini digunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi 5. Sulfat Ferrosus. Obat tambahan untuk pederita kusta yang Anemia Berat 6. Vitamin A. Obat ini digunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik (Ichthiosis) Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan yang direkomendasikan oleh WHO. Regimen tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tipe PB 1 : Lesi 1 Diberikan dosis tunggal ROM : Rifampisin 600 mg 300 mg Ofloxacin 400 mg 200 mg Minocyclin 100 mg 50 mg

Dewasa 50-70 kg Anak 5-14 tahun

- Obat ditelan di depan petugas - Anak < 5 tahun dan ibu hamil tidak diberikan ROM Pemberian pengobatan sekali saja dan langsung RFT. Bila obat-obat ini belum datang dari WHO untuk sementara semua kasus PB 1 diobati selama 6 bulan dengan Regimen PB (2-5). Lesi 1 dengan pembesaran saraf,diberikan Regimen PB 2-5 2. Tipe PB 2-5 : Lesi 2-5 Jenis obat dan dosis untuk orang dewasa : Dapson 100 mg/hari 50 mg/hari Rifampisin 600 mg/bulan, diawasi 450 mg/bulan, diawasi

Dewasa Anak (10-14 tahun)

- Rifampicin 600 mg/bulan diminum di depan petugas. - DDS tablet 100 mg/hari diminum di rumah. - Pengobatan 6 disis diselesaikan dalam waktu maksimal 9 Bulan. Setelah selesai minum 6 dosis dinyatakan RTF ( Release From Treatment = berhenti minum obat kusta) meskipun secara klinis lesinya masih aktif. 3. Tipe MB : Lesi lebih dari 5 Klofazimin 50 mg/hari dan 300 mg/bulan, diawasi Anak (10-14 tahun) 50 mg/hari 450 mg/bulan, diawasi 50 mg selang sehari dan 150 mg/bulan, diawasi - Pengobatan 12 dosis diselesaikan dallam waktu maksimal 18 bulan Dewasa - Sesudah selesai minum 12 dosis dinyatakan RFT (Release From Treatment = berhenti minum obat kusta), meskipun secara klinis lesinya masih aktif dan pemeriksaan bakteri positif Dapson 100 mg/hari Rifampisin 600 mg/bulan, diawasi

Komplikasi Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai