Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL DISKUSI BBDM SKENARIO 3

HIPERKALSE

Laporan ini Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas pada Modul 2.1


Sistem Saraf Pusat, Organa Sensuum, dan Endokrin

BBDM KELOMPOK 11

TUTOR PEMBIMBING
dr. Yora Nindita, M.Sc

DISUSUN OLEH

Alin Nabila (22010117130092)


Ilma Mufidatul Aufa (22010117140092)
Ulul Albab (22010117130093)
Christiana Rinalda (22010117140093)
M Rahmandito Susilo (22010117130094)
M Iqbal Bintang (22010117140094)
Devina Subagio (22010117130095)
Hafizh Budi Rahaditya (22010117140095)
Ega Herawati (22010117130096)
Amanda Stefani S (22010117140096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONERGORO
2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN BBDM SKENARIO 3
Hiperkalsemia dan Osteopenia
MODUL 2.1
BBDM 11
PERIODE 2017/2018
NO NAMA NIM TANDA
TANGAN

1 Alin Nabila 22010117130092

2 Ilma Mufidatul Aufa 22010117140092

3 Ulul Albab 22010117130093

4 Christiana Rinalda 22010117140093

5 M Rahmandito Susilo 22010117130094

6 M Iqbal Bintang 22010117140094

7 Devina Subagio 22010117130095

8 Hafizh Budi Rahaditya 22010117140095

9 Ega Herawati 22010117130096

10 Amanda Stefani Soeharto 22010117140096


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem endokrin adalah salah satu dari dua sistem regulatorik tubuh,
mengeluarkan hormone yang bekerja pada sel sasaran untuk mengatur konsentrasi
molekul nutrient, air, garam, dan elektrolit lain dalam darah, selain aktivitas-aktivitas
homeostatik lain. Hormon juga memiliki peran kunci dalam mengontrol pertumbuhan
dan reproduksi.
Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk
memproduksi hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid,
kelenjar hipofisa/pituitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal,
kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla
adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural).
Pengikatan suatu hormon ke reseptornya di sel sasaran memicu serangkaian
proses di dalam sel sasaran agar terjadi efek akhir hormone. Disfungsi endokrin terjadi
jika hormone dihasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit atau ketika responsivitas sel
sasaran terhadap hormone berkurang.

1.2 SKENARIO BBDM

Penglihatan Kabur dan Berkabut


Seorang perempuan usia 62 tahun datang ke klinik dengan keluhan pegal-pegal pada
tulang punggung. Keluhan dirasakan sejak 5 bulan yang lalu. Riwayat trauma
disangkat. Setelah dilakukkan pemeriksaan BMD, ditemukan adanya osteopenia. Pada
pemeriksaan laboratorium darah, ditemukan peningkatan kadar kalsium, peningkatan
kadar hormon paratiroid dan penurunan kadar 25(OH)D.

BAB II
ISI
2.1 TERMINOLOGI
1. Osteopenia
Pengurangan massa tulang akibat penurunan kecepatan sintesis osteoid hingga
tingkat yang tidak cukup lagi untuk mengkompensasi proses lisis normal tulang.
2. Pemeriksaan BMD
Serangkaian uji untuk mengukur kepadatan mineral tulang yang umumnya
berkorelasi dengan kekuatan tulang dan digunakan untuk mendiagnosis
osteoporosis.
2.2 IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana hubungan peningkatan hormon paratiroid dengan kadar kalsium
dalam darah?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan osteopenia?
3. Mengapa wanita cenderung lebih sering mengalami osteopenia dibanding laki-
laki?
4. Apa saja yang dapat menyebabkan peningkatan PTH?
2.3 BRAINSTORMING
2.3.1 Hubungan peningkatan PTH dengan kadar kalsium dalam darah :
Saat sekresi PTH meningkat, hal ini akan menyebabkan peningkatan
bone resorption oleh osteoklas yang akan mengakibatkan pelepasan
kalsium ke darah. Hal ini menyebabkan kadar kalsium darah akan
meningkat, sedangkan kalsium dalam tulang akan menurun.
2.3.2 Hal-hal yang dapat menyebabkan osteopenia :
 Memiliki massa tulang yang kurang padar secara genetic.
 Mengalami gangguan makan/asupan nutrisi yang tidak
mencukupi.
 Konsumsi rokok dan alkohol yang berlebihan.
 Menopause dini (usia kurang dari 45 tahun).
 Efek pengobatan (misal : steroid).
2.3.3 Wanita cenderung lebih tinggi mengalami osteopenia dibanding laki-
laki :
Hal ini berkaitan dengan beberapa faktor. Sejak semula, wanita
memiliki massa tulang yang lebih sedikit dan juga mengkonsumsi
kalsium yang lebih sedikit dibanding dengan laki-laki. Pada wanita,
kecepatan kehilangan massa tulang meningkat setelah menopause, saat
kadar estrogen turun yang dapat menyebabkan cepat hilangnya
kepadatan tulang. Sama halnya dengan saat masa kehamilan, jika asupan
kalsium tidak memenuhi, maka akan menyerap kalsium dari tulang.
2.3.4 Penyebab Peningkatan PTH :
a. Primer, terjadi ketika adanya kondisi lain yang langsung menyerang
kelenjar tersebut, sehingga menjadi bengkak dan menjadi overaktif.
Contoh : hiperplasia, tumor jinak kelenjar paratiroid.
b. Sekunder, terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang
menyebabkan peningkatan kadar kalsium dalam darah menurun
secara berkepanjangan, akibatnya kelenjar paratiroid terstimulasi
terus-menerus memproduksi PTH.
Contoh : defisiensi vitamin D
2.4 PENYUSUN PENJELASAN DALAM LANGKAH MENCARI SOLUSI
Stimulates Ca2+ release from bones

Regulation of serum phosphate

KELENJAR Releases Parathormone (PTH)


PARATIROID

Vitamin D Synthesis

Regulation of Serum Calcium


2.5 SASARAN BELAJAR
1. Mampu menjelaskan makroskopis kelenjar paratiroid.
2. Mampu menjelaskan fisiologi hormon paratiroid.
3. Mampu menjelaskan mikroskopis kelenjar paratiroid.
4. Mampu menjelaskan regulasi metabolisme kalsium dan vitamin D.
5. Mampu menjelaskan struktur vitamin D.

2.6 PENYAMPAIAN HASIL BELAJAR MANDIRI


2.6.1 Makroskopis Kelenjar Paratiroid
2.6.2 Fisiologi Hormon Paratiroid
2.6.3 Mikroskopis Kelenjar Paratiroid
Pada preparat, terlihat 2 sel fungsional pada Glandula
Parathyroid, yaitu :
a. Chief Cell
 Sel ini sudah ada sejak lahir dan terus bertahan,
merupakan sel paling banyak di kelenjar ini.
 Ukuran sel ini kecil dengan inti di tengah bulat,
dan sitoplasmanya bersifat sedikit asidofilik,
sehingga dengan pewarnaan HE tampak merah
muda.
 Sel terkecil dari semua sel jaringan endokrin.
 Fungsi : sekresi parathormone.
b. Oxyphil Cell
 Sel ini timbul mulai usia sekitar 7 tahun/pada saat pubertas.
 Berukuran lebih besar daripada chief cell, namun populasinya
lebih sedikit dari chief cell.
 Tersebar diantara chief cell dan sitoplasmanya merah muda
pucat.
 Inti relatif lebih kecil.
 Fungsi : masih belum diketahui.

2.6.4 Regulasi Metabolisme Kalsium dari Vitamin D


2.6.5 Vitamin D
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan sasaran belajar yang telah dicari dari berbagai sumber yang
valid, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kelenjar paratiroid berasal dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ke
3 dan 4. Berjumlah 4 buah, tepatnya di posteroinferior dan posterosuperior
(posterior kelenjar tiroid). Vaskularisasi kelenjar paratiroid didapatkan dari
arteri tiroid superior et inferior atau dari anastomose antara pembuluh darah
superior dan inferior.
2. Hormon parathormone merupakan hormon peptida yang disekresikan oleh
glandula paratiroid. Hormon ini bersama dengan vitamin D3 (1,25-
dyhidroxycholecalciferol) dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dipengaruhi kadar kalsium plasma. Sekresi PTH meningkat
apabila kadar kalsium plasma menurun dan sekresi PTH akan menurun apabila
kadar kalsium plasma meningkat. Terdapat 2 macam kelainan pada kelenjar
paratiroid, yaitu hiperparatiroidisme dan hipoparatiroidisme.
3. Secara mikroskopis, terdapat 2 sel fungsional pada kelenjar paratiroid, yaitu
Chief cell dan Oxyphil cell. Chief cell berfungsi untuk sekresi parathormone,
sedangkan fungsi oxyphil cell belum didefinisikan.
4. Efek keseluruhan PTH adalah meningkatkan konsentrasi Ca2+ plasma (dan,
karenanya, ECF keseluruhan) sehingga mencegah hipokalsemia. Jika PTH
tidak ada sama sekali, kematian timbul dalam beberapa hari, biasanya akibat
asfiksia karena spasme hipokalsemik otot-otot pernapasan. Oleh efeknya pada
tulang, ginjal, dan usus, PTH meningkatkan kadar Ca plasma saat kadar tersebut
mulai turun sehingga dalam keadaan normal hipokalsemia dan segala efeknya
dapat dicegah.
5. Vitamin D terbagi atas dua jenis, yaitu vitamin D2 (ergocalciferol) dan vitamin
D3 (cholecalciferol). Vitamin D dapat diseintesis oleh tubuh di kulit, sehingga
tidak sepenuhnya masuk dalam kriteria vitamin. Fungsi utama vitamin D yang
utama adalah untuk homeostasis kalsium dengan menjaga konsentrasi kalsium
dalam plasma. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan penyakit ricket dan
kelebihan vitamin D dapat mengakibatkan kontraksi otot jantung yang
menyebabkan hipertensi dan kalsinosis (pembentukan endapan kapur pada
jaringan lunak).

3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa fakultas kedokteran, tentunya penting bagi kita untuk
mengetahui metabolisme kalsium dalam tubuh kita, mengingat kalsium merupakan
mineral utama dalam tubuh kita. Juga kita perlu untuk memahami mengenai
kelainan yang berhubungan dengan metabolisme kalsium dan juga vitamin D, dan
tentunya dengan membaca referensi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

1. Williams PL. Parathyroid Glands. Dalam Gray’s Anatomy. Edisi 28. London
: Churchill Livingstone. 1995 : 1897-8.
2. Sherwood, L. The Peripheral Endocrine Glands. Dalam : Human Physiology.
8th ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012 : 766-775.
3. Gartner LP, Hiatt JL. Buku Ajar Berwarna Histologi. Edisi 3. Philadelphia :
Saunders Elsevier. 2013.
4. Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Weil PA. Harper’s
Illustrater Biochemistry. 30th ed. New York : Mc Graw-Hill Education. 2015.
5. Hypercalcemia-Overview [Internet]. Mayo Clinic. 2017 [cited 26 February
2018]. Available from : http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/hypercalcemia/home/ovc-20316711

Anda mungkin juga menyukai