OLEH : KELOMPOK 1
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Praktik Kimia Klinik 3 tentang Thyroid Stimulating Hormone
yang diberikan kepada kami.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Kimia Klinik
3 yang diampu oleh dr. Renta Dewi S.,SP.PK Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dr. Renta Dewi S.,SP.PK
yang telah membantu kami baik secara moral dan materi. Kami juga berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyumbangkan pikiran serta ide sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca terkait
materi Praktik Kimia Klinik 3. Namun, terlepas dari itu, kami menyadari makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Endokrin
Sistem endokrin terdiri dari organ, atau jaringan di dalam organ, yang menyekresi produk
selular mereka ke aliran darah. Produk sel sel endokrin adalah hormone, yang mengeluarkan
pengaruhnya pada jaringan tubuh yang jauh dari tempat asalnya. Organ atau jarigan endokrin
mayor terdiri dari hipotalamus, kelenjar hipofisis posterior dan anterior, kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid, korteks adrenal dan, medula adrenal, sel pulau Langerhans, ovarium, testes dan
plasenta.
TSH menyebabkan perubahan dramatis pada morfologi tiroid. Respon awal TSH adalah
inkorporasi vesikel eksositotik ke dalam membran sel pada apical pole sel folikuler yang
diikuti dengan cepat oleh pembentukan proyeksi sitoplasmatik dan mikrovili. Jumlah
proyeksi sitoplasmatik berhubungan dengan kadar TSH. Setelah rangsangan, sel folikuler
menjadi kolumner dan diisi oleh droplet koloid. Koloid luminal kemudian menjadi
berkurang, yang menyebabkan folikel menjadi kolaps. Sistem sitoskeletal, termasuk miosin,
aktin, tropomiosin, kalmodulin, profilin, dan tubulin, berperan dalam proses ini.
Metabolisme iodin
Aksi TSH terakhir adalah produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Proses ini dimulai
dengan transkripsi gen tiroglobulin. Jumlah transkripsi dan stabilitas mRNA ditingkatkan
oleh TSH. Thyroid stimulating hormone merangsang pengambilan iodin dan organifikasi.
Thyroid-stimulating hormone kemudian berperan dalam penyimpanan tiroglobulin yang
sudah diiodinisasi di dalam koloid luminal dan menstimulasi hidrolisis yang menyebabkan
pelepasan gugus asam amino, termasuk T3 dan T4
2.7 Patologi
Penyakit tiroid sangat penting karena sebagian besar dapat diatasi dengan terapi medis
atau bedah Penyakit penyakit tersebut mencakup penyakit yang menyebabkan pelepasan
berlebihan hormon tiroid (hipertiroidisme), de fisiensi hormon tiroid (hipotiroidisme), dan
lesi massa di tiroid. Mula-mula kita akan membahas konsekuensi klinis gangguan fungsi
tiroid, kemudian berfokus pada penyakit penyakit yang menyebabkan gangguan ini.
2.7.1 Hipertiroidisme
Hipertiroidisme, juga disebut tirotoksikosis, dapat disebabkan oleh adenoma tiroid
funsional atau gondok multinodular, namun penyebab terseringnya adalah penyakit autoimun
lain, yang disebut penyakit graves. Ini disebabkan oleh stimulasi tiroid oleh antibody yang
menyerupai TSH, berikatan dengan reseptor TSH pada permukaan sel epithelial tiroid dan
menginduksinya untuk melepaskan hormone tiroid. Kelenjar tiroid biasanya tersebar membesar,
dapat diinfiltrasi ooleh limfosit, dan menyekresi hormone tiroid meskipun produksi TSH oleh
hipofisis ditekan oleh tingginya kadar hormone tiroid sirkulasi. Penyakit graves dicirikan dengan
tiga gejala : perluasan gondok, oftalmopati, dan dermopati. Penyakit ini umumnya terjadi pada
pasien yang berusia antara 20 dan 40 tahun, 10 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pria.
Manifestasi hipertiroidisme merefleksikan peningkatan aktivitas metabolik : peningkatan
frekuensi jantung dan palpitasi , penurunan berat badan meski pun nafsu makan meningkat, kulit
memerah, dan intoleransi terhadap panas, tremor, hiperaktivitas, diare, insomnia, peningkatan
pergantian tulang, dan manifestasi psikiatrik seperti ketidakstabilan emosi dan ansietas.
Peningkatan aktivitas metabolic yang dikaitkan dengan hipertiroidisme lama kelamaan dapat
memicu terjadinya gagal jantung, degenerasi otot (miopati tirotoksik), dan fraktur tulang.
Oftalmopati dan dermopati penyakit graves tidak terlihat dalam kondisi lain yang
menyebabkan hipertiroidisme. Perubahan mata disebabkan oleh pembengkakan jaringan lunak
orbit mata, menyebabkan penonjolan mata (eksoftalmos) dan kelemahan otot mata. Perubahan
kulit terdiri dari penebalan local yang meninggi pada kulit bagian depan tungkai, yang disebut
miksedema pratibial.
Pengukuran kadar hormone tiroid dan TSH dalam darah digunakan untuk mendiagnosis
hipertiroidisme. Terapi hipertiroidisme dapat melibatkan obat-obatan untuk menekan fungsi
tiroid atau mengurangi jaringan tiroid dengan bedah pengangkatan atau pemberian iodin
radioaktif. Karena iodin secara selektif diambil oleh jaringan tiroid, kerusakan radioaktif yang
ditimbulkan oleh iodin radioaktif dapat dengan aman dibatasi pada tiroid.
2.7.2 Hipotiroidisme
Hipotiroidisme jauh lebih sering disebabkan oleh penghancuran atau atrofi kelenjar tiroid
dibandingkan oleh defisiensi produksi hormon penstimulasi tiroid (TSH) oleh hipofisis. Produksi
hormon tiroid memerlukan iodin, suatu suplemen diet yang penting. Defisiensi iodin adalah
penyebab umum terjadinya hipertiroidisme di seluruh dunia. Di Amerika Serikat penyebab
teruumum hipotiroidisme adalah proses autoimun yang disebut tiroiditis hashimoto, yaitu
limfosit secara bertahap menghancurkan sel epitelial tiroid. Limfosit terutama menyerang tiroid
menggunakan antibodi yang dihasilkan untuk melawan antigen toroid seperti Tiroglobulin dan
tiroid peroksidase, protein yang digunakan dalam sintesis hormon tiroid. Limfosit membanjiri
tiroid dan membentuk agregat dan folikel limfoid yang menonjol. Dalam stadium awal tiroiditis
hashimoto kelenjar tiroid biasanya membesar secara simetris tetapi mempertahankan fungsi
normalnya ketika sel-sel tiroid dihancurkan mereka digantikan oleh Fibrosis dan tanda dan gejala
hipotiroidisme secara bertahap terjadi.
Hasil hipotiroidisme serupa apapun penyebab penyakitnya. Karena kerja normal hormon
tiroid adalah menstimulasi metabolisme seluler, defisiensi tiroid menghasilkan perlambatan
metabolisme. Pasien memiliki Respon muskular yang lambat, termasuk bicara lambat dan refleks
tumpul, konstipasi, dan perlambatan frekuensi jantung ; mereka seringkali teraba dingin,
mendapat pertambahan berat badan, rambut rontok dan kulit pucat, rambut kering dan kulit
kering. Pasien dengan hipotiroidisme berkepanjangan dapat membentuk deposit
Mokopolisakarida di kulit, otot dan visera, menghasilkan edema seperti donat yang disebut
miksedema. Diagnosis hipotiroidisme dicurigai dari temuan klinis dan dikonfirmasi dengan satu
atau lebih uji laboratorium yang mengindikasin rendahnya kadar hormon tiroid sirkulasi dan
peningkatan kadar TSH.
Penyakit lain yang menyebabkan hipotiroidisme termasuk kondisi inflamasi atau kondisi
infeksius yang jarang, obat-obatan seperti aminodaron atau litium yang mengganggu penggunaan
iodin normal oleh tiroid, penyakit genetik yang mempengaruhi sintesis hormon tiroid, atau
penghancuran tiroid secara sengaja dengan cara medis atau bedah untuk mengatasi
hipertiroidisme atau kanker. Keparahan hipotiroidisme sangat beragam di antara pasien, dan
diagnosis bergantung pada pertimbangan cermat data laboratorium dan observasi klinis. Dalam
Sebagian besar kasus hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyebab, tetapi
terapi penggantian/terapi sulit dengan hormon tiroid efektif dalam mempercepat metabolisme
pasien dan membatasi gejala.
PENUTUP
Kesimpulan