Anda di halaman 1dari 14

II.

I Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus jaringan endokrin yang dihubungkan di
tengah oleh suatu bagian sempit kelenjar, ismus, sehingga organ ini tampak
seperti dasi kupu-kupu. Tiroid menyekresikan dua macam hormon utama, yakni
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Triiodotironin kira-kira empat kali lebih kuat
daripada tiroksin, namun jumlahnya di dalam darah jauh lebih sedikit dan
keberadaannya di dalam darah jauh lebih singkat daripada tiroksin. Kedua hormon
ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Sekresi kelenjar tiroid
terutama diatur oleh hormon perangsang-tiroid (thyroid stimulating hormone
[TSH]) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Kelenjar tiroid juga
menyekresi kalsitonin, hormon yang penting bagi metabolisme kalsium.1,2

Gambar: Tiroid Manusia.


Sumber: Windasari L. Micron Medical Multimedia. Sistem Endokrin Metabolisme dan Nutrisi.
Jakarta: PT. Yapindo Jaya Abadi; 2015.

A. Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

Bahan baku untuk sintesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium. Tirosin
merupakan suatu asam amino yang dibentuk dalam jumlah memadai oleh tubuh.
Sebaliknya, iodium yang dibutuhkan untuk sintesis hormon tiroid harus diperoleh
dari makanan. Asupan iodium harian minimal yang dapat mempertahankan
fungsi tiroid normal adalah 130 pg pada orang dewasa.1,3
Gambar: Tahap-tahap Pembentukan Hormon Tiroid.
Sumber: Windasari L. Micron Medical Multimedia. Sistem Endokrin Metabolisme dan Nutrisi.
Jakarta: PT. Yapindo Jaya Abadi; 2015.

Langkah pembentukan hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin di


dalam koloid dengan tahapan berikut ini:1,2,3
1) Pompa iodida/Trapping lodide
Pada membran basal sel tiroid mempunyai kemampuan spesifik yaitu
memompa dan melakukan pengangkutan iodida dari darah ke koloid
kelenjar tiroid. Kecepatan proses ini dipengaruhi oleh konsentrasi
hormon TSH.2,3
2) Pembentukkan dan Sekresi Tiroglobulin
Di dalam folikel, RE dan kompleks golgi mensintesis dan menyekresi
tiroglobulin. Dimana 1 moelkul tiroglobulin mengandung 70 asam amino
tirosin. Tiroglobulin adalah substrat yang akan bergabung dengan
yodium untuk pembentukkan hormon tiroid.1,2
3) Oksidasi ion iodide
Untuk berikatan dengan asam amino tirosin, iodida harus diubah
menjadi iodium yang teroksidasi, Ditingkatkan oleh enzim peroksidase
yang menyediakan sistem yang kuat untuk mengok sidasi iodida.1,2
4) Organifikasi
Merupakan proses pengikatan iodium dengan tirosin di dalam
molekul tiroglobulin di dalam koloid. Sebelum berikatan, iodium akan
berasosiasi dengan enzim iodinase untuk mempercepat proses
organifikasi dengan tirosin. Pengikatan 1 iodium terhadap tirosin akan
menghasilkan monoiodotirosin (MIT); Pengikatan 2 iodium terhadap
tirosin akan menghasilkan diiodotirosin (DIT). Kemudian, terjadi proses
penggabungan antara molekul-molekul tirosin yang telah beriodium
untuk membentuk hormon tiroid. Pengg abungan satu MIT dengan satu
DIT akan menghasilkan Triiodotironin (T3); Penggabungan 2 DIT akan
menghasilkan Tiroksin (T4) (Antara 2 molekul MIT tidak terjadi
penggabungan).1,2
5) Penyimpanan tiroglobulin
Setelah disintesis, tiroglobulin akan menuju ke folikel dengan cara
endositosis. Hormon akan disimpan di folikel dalam jumlah yang cukup
untuk menyuplai tubuh dengan kebutuhan normal hormon tiroid selama
2-3 bulan. Oleh karena itu, apabila sintesis hormon terhenti, efek
fisiologis akibat defisiensi hormon tersebut belum tampak untuk
beberapa bulan.1,3
6) Pelepasan tiroglobulin
Permukaan apikal sel-sel tiroid menjulurkan pseudopodia
mengelilingi sebagian kecil keloid membentuk vesikel pinositik. Setelah
itu masuk ke bagian apeks sel-sel tiroid. Lisosom masuk ke apeks el
tiroid dan bergabung dengan vesikel-vesikel tadi membentuk vesikel
digestif dan mengandung enzim pencernaan dari lisosom.1,2.3
Protease yang ada di sekitar enzim akan mencernakan Tiroglobulin
dan melepaskan T3 dan T4 dalam bentuk bebas. T3 dan T4 akan
berdifusi melewati membran menuju pembuluh darah. Tirosin akan di
iodinasi dalam tiroglobulin dan dilepaskan dari sel tiroid tapi tidak di
sekresikan ke darah. Sedangkan, lodium dengan bantuan enzim
deiodinase dilepaskan dari tirosin menuju kelenjar tiroid dan membentuk
hormon tiroid tambahan. 1,2.3
B. Transpor Hormon Tiroid
Saat memasuki darah, lebih dari 99 persen tiroksin dan triiodotironin
segera berikatan dengan beberapa protein plasma, yang semuanya disintesis
oleh hati. Tiroksin dan triiodotironin ini terutama berikatan dengan globulin
pengikat-tiroksin, tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit dengan prealbumin
pengikat-tiroksin dan albumin.2,3

Gambar: Transpor Hormon Tiroid


Sumber: Windasari L. Micron Medical Multimedia. Sistem Endokrin Metabolisme dan
Nutrisi. Jakarta: PT. Yapindo Jaya Abadi; 2015.

Tiroksin dan Triiodotironin Dilepas Lambat ke Sel-Sel Jaringan. Oleh


karena besarnya afinitas protein pengikatplasma terhadap hormon tiroid,
maka hormon ini khususnya, tiroksin sangat lambat dilepaskan ke sel
jaringan. I(kira-kira setiap 6 hari, setengah dari jumlah tiroksin yang ada di
dalam darah dilepaskan ke dalam sel-sel jaringan, sedangkan setengah dari
triiodotironin oleh karena afinitasnya rendah dilepaskan ke dalam sel-sel
kirakira 1 hari. 2,3
Sesudah penyuntikan tiroksin dosis besar pada manusia, maka selama 2
sampai 3 hari tidak tampak efek pada laju metabolisme, sehingga hal ini
menggambarkan adanya periode laten yang lama sebelum terjadi aktivitas
tiroksin. Begitu aktivitas tiroksin dimulai maka secara progresif aktivitas itu
akan meningkat dan akan mencapai keadaan maksimum dalam waktu 10
sampai 12 hari.2,3
Sesudah itu, aktivitasnya menurun dengan waktu paruh kira-kira 15 hari.
Beberapa aktivitasnya akan menetap selama 6 minggu sampai 2 bulan
sesudahnya. Kerja triiodotironin timbul kira-kira empat kali lebih cepat
daripada kerja tiroksin, dengan periode laten yang sangat singkat yakni antara
6 sampai 12 jam dan aktivitas selular yang maksimal akan timbul dalam
waktu 2 sampai 3 hari. 2,3
Periode laten dan periode pemanjangan kerja hormon-hormon ini
disebabkan oleh pengikatan hormon ini dengan protein yang ada di dalam
plasma dan sel-sel jaringan. 2,3

C. Kontrol Fungsi

Untuk menyekresikan hormon tiroid dengan jumlah yang tepat,


diperluakn mekanisme umpan balik spesifik yang bekerja melalui
hipotalamus dan kelenjar hipofisis anterior untuk mengatur kecepatan sekresi
tiroid.3

Gambar: Pengaturan Hormon Tiroid


Sumber: Windasari L. Micron Medical Multimedia. Sistem Endokrin Metabolisme dan
Nutrisi. Jakarta: PT. Yapindo Jaya Abadi; 2015.

1) TSH meningkatkan sekresi tiroid


Pemberian TSH memulai proteolisis tiroglobulin, yang dalam 30
menit akan menyebabkan pelepasan T3 dan T4 ke dalam darah. Efek
pemberian TSH disebabkan oleh pengaktifan second messenger
(CAMP) dalam sel. Di awali dengan pengikatan TSH dengan reseptor
spesifik TSH dan mengaktifkan adenil siklase, meningkatkan
pembentukan CAMP. cAMP sebagai second messenger
mengaktifkan protein kinase dan menyebabkan banyak fosforilasi di
seluruh sel. Sehingga timbul peningkatan sekresi hormone tiroid.3
2) Sekresi TSH diatur oleh TRH
Sekresi TSH diatur oleh hormon pelepas tirotropin (TRH) yang
disekresikan oleh ujung-ujung saraf didalam eminensia mediana
hipotalamus. TRH kemudian diangkut ke hipofisis anterior lewat
darah porta hipotalamus. hipofisis. TRH mempengaruhi sel-sel
kelenjar hipofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH. 3
Diawali dengan pengikatan TRH di dalam membran sel hipofisis.
lkatan ini mengaktifkan sistem second messenger fosfolipase di
dalam sel-sel hipofisis untuk menghasilkan fosfolipase C dan
akhirnya menyebabkan pelepasan TRH. 3
3) Efek rangsangan dingin dan neurogenik lain pada sekresi Tiroid
Salah satu rangsangan yang dapat meningkatkan kecepatan
sekresi TRH dan TSH adalah dengan memaparkan seekor binatang
pada rasa dingin. Disebabkan oleh eksitasi pusat hipotalamus untuk
pengaturan temperature tubuh. Reaksi emosional dapat
mempengaruhi sekresi TRH dan TSH. 3
4) Efek umpan balik
Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan
menurunkan sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Bila kecepatan
sekresi hormon tiroid meningkat, maka kecepatan sekresi TSH akan
menurun bahkan sampai nol. Mekanisme umpan balik juga berfungsi
untuk menjaga konsentrasi hormone tiroid bebas dalam sirkulasi
darah tetap berada pada konsentrasi yang hampir normal. 3

D. Efek Hormon Tiroid

Efek umum hormone tiroid adalah untuk mengaktifkan transkripsi inti


sejumlah besar gen. oleh karena itu, sebenarnya disemua sel tubuh, sejumlah
besar enzim protein, protein structural, protein transport dan zat lainnya akan
disinstesis. Hasil akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas
fungsional diseluruh tubuh.3,4

Gambar: Efek Hormon Tiroid


Sumber: Windasari L. Micron Medical Multimedia. Sistem Endokrin Metabolisme dan
Nutrisi. Jakarta: PT. Yapindo Jaya Abadi; 2015.

1) Efek pada Kelenjar Endokrin Lain


Meningkatnya hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi
beberapa kelenjar endokrin lain, tetapi hormon ini juga meningkatkan
kebutuhan jaringan terhadap hormon ini. Contoh, meningkatnya sekresi
hormon tiroksin, meningkatkan laju metabolisme glukosa di seluruh
bagian tubuh sehingga meningkatkan kebutuhan insulin yang diekskresi
oleh pankreas. Selain itu, hormon tiroid meningkatkan sebagian besar
aktivitas metabolisme yang berkaitan dengan pembentukan tulang dan
berakibat pada peningkatan kebutuhan hormon paratiroid.1,4
Hormon tiroid juga meningkatkan kecepatan inaktivasi hormon
glukokortikoid adrenal oleh hati. Keadaan ini menyebabkan timbulnya
peningkatan umpan balik produksi hormon adrenokortikotropik (ACTH)
oleh kelenjar hipofisis anterior sehingga juga meningkatkan kecepatan
sekresi glukokortikoid oleh kelenjar adrenal. 1,4
Efek Hormon Tiroid pada Fungsi Seksual. Agar dapat timbul fungsi
seksual yang normal, dibutuhkan sekresi tiroid yang normal. Pada pria,
berkurangnya hormon tiroid menyebabkan hilangnya libido, sebaliknya,
sangat berlebihnya hormon ini sering kali menyebabkan impotensi. Pada
wanita, kekurangan hormon tiroid sering kali menyebabkan timbulnya
menoragia (darah menstruasi berlebihan) dan polimenore (frekuensi
menstruasi lebih sering). 1,4
Namun, yang cukup mengherankan, pada beberapa wanita lain,
kekurangan hormon ini menimbulkan periode menstruasi yang tak teratur
dan bahkan kadang dapat timbul amenore. Seorang wanita hipotiroid,
seperti halnya pada pria, cenderung mengalami penurunan libido yang
sangat besar. Sesuatu yang lebih membingungkan lagi adalah pada
wanita yang menderita hipertiroidisme biasanya menderita oligomenore,
yang berarti sangat berkurangnya perdarahan, dan kadang timbul
amenore. Kerja hormon tiroid pada gonad tidak dapat dibatasi pada suatu
fungsi tertentu namun mungkin disebabkan oleh suatu kombinasi
pengaruh metabolisme langsung pada gonad dan juga melalui kerja
umpan balik perangsangan serta penghambatan melalui hormon hipofisis
anterior yang mengendalikan fungsi-fungsi seksual.4
2) Efek Hormon Tiroid pada Pertumbuhan
Hormon tiroid mempunyai efek yang umum dan spesifik terhadap
pertumbuhan. Pada manusia, efek hormon tiroid terhadap pertumbuhan
lebih nyata terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Pada pasien
hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat terbelakang. Pada
pasien hipertiroidisme, sering kali terjadi pertumbuhan tulang yang
sangat berlebihan, sehingga anak tadi menjadi lebih tinggi daripada anak
lainnya. Akan tetapi, tulang juga menjadi matang lebih cepat dan
epifisisnya sudah menutup pada usia yang relatif muda, sehingga durasi
pertumbuhan menjadi lebih singkat dan tinggi badan saat dewasa
mungkin malah lebih pendek.4
Pengaruh penting hormon tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun
pertama kehidupan pascalahir. Bila janin tidak dapat menyekresi hormon
tiroid dalam jumlah cukup, maka pertumbuhan dan pematangan otak
sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat terbelakang dan
otak tetap berukuran lebih kecil daripada normal. Bila tidak diberi
pengobatan yang spesifik dengan hormon tiroid selama beberapa hari
atau beberapa minggu sesudah dilahirkan, maka anak akan mengalami
keterbelakangan mental yang menetap selama hidupnya. Kelainan ini
akan dibicarakan secara lebih lengkap di bab ini.4
3) Efek Hormon Tiroid pada Metabolisme
a. Stimulasi pada Metabolisme Karbohidrat.

Hormon tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme


karbohidrat, termasuk penggunaan glukosa yang cepat oleh sel,
meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukogenesis, meningkatkan
kecepatan absorpsi dari saluran cerna, dan bahkan juga meningkatkan
sekresi insulin dengan hasil akhirnya adalah efeknya terhadap
metabolisme karbohidrat. Semua efek ini mungkin disebabkan oleh
naiknya seluruh enzim akibat hormon tiroid. 1,4

b. Stimulasi pada Metabolisme Lemak.

Pada dasarnya semua aspek metabolisme lemak juga ditingkatkan di


bawah pengaruh hormon tiroid. Secara khusus, lipid secara cepat
diangkut dari jaringan lemak, yang menurunkan cadangan lemak tubuh
lebih besar dibandingkan dengan hampir seluruh elemen jaringan lain.
Hormon tiroid juga meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di
dalam plasma dan sangat mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh
sel. 1,4

c. Efek pada Plasma dan Lemak Hati.

Peningkatan hormon tiroid menurunkan konsentrasi kolesterol,


fosfolipid, dan trigliserida dalam darah, walaupun sebenarnya hormon
ini juga meningkatkan asam lemak bebas. Sebaliknya, penurunan sekresi
tiroid sangat meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserida plasma serta hampir selalu menyebabkan pengenda- pan
lemak berlebihan di dalam hati. Peningkatan jumlah lipid yang
berlebihan dalam sirkulasi darah pada pasien hipotiroidisme yang lama
sering kali dihubungkan dengan timbulnya aterosklerosis berat, 1,4
Salah satu mekanisme penurunan konsentrasi kolesterol plasma oleh
hormon tiroid adalah dengan meningkatkan kecepatan sekresi kolesterol
secara bermakna di dalam empedu sehingga meningkatkan jumlah
kolesterol yang hilang melalui feses. Suatu mekanisme yang mungkin
terjadi untuk meningkatkan sekresi kolesterol yaitu peningkatan jumlah
reseptor lipoprotein densitas rendah yang diinduksi oleh hormon tiroid di
sel-sel hati, yang mengarah kepada pemindahan lipoprotein densitas
rendah yang cepat dari plasma oleh hati dan sekresi kolesterol dalam
lipoprotein ini berikutnya oleh sel-sel hati. 1,4

d. Peningkatan Kebutuhan Vitamin

Oleh karena hormon tiroid meningkatkan jumlah berbagai enzim


tubuh dan karena vitamin merupakan bagian penting dari beberapa
enzim atau koenzim, maka hormon tiroid meningkatkan kebutuhan
vitamin. Dengan demikian, bila sekresi hormon tiroid berlebihan maka
dapat timbul defisiensi vitamin relatif, kecuali bila pada saat yang sama
kenaikan kebutuhan vitamin itu dapat dicukupi. 1,4

Peningkatan Laju Metabolisme Basal. Oleh karena hormon tiroid


meningkatkan metabolisme sebagian besar sel tubuh, maka kelebihan
hormon ini kadang akan meningkatkan laju metabolisme basal setinggi
60 sampai 100 persen di atas nilai normalnya. Sebaliknya, bila tidak ada
hormon tiroid yang dihasilkan, maka laju metabolisme basal menurun
sampai hampir setengah nilai normal. Gambar 76-6 menunjukkan
perkiraan hubungan antara suplai hormon tiroid per harinya dan laju
metabolisme basal. Untuk mendapatkan laju metabilis- me basal yang
sangat tinggi dibutuhkan hormon dalam jumlah yang sangat banyak. 1,4

e. Penurunan Berat Badan.

Peningkatan produksi hormon tiroid yang sangat tinggi hampir selalu


menurunkan berat badan, dan penurunan hormon tiroid yang sangat
besar hampir selalu meningkatkan berat badan; efek-efek tersebut tidak
selalu timbul; karena hormon tiroid juga meningkatkan nafsu makan,
dan ini mungkin merupakan upaya penyeimbangan terhadap perubahan
laju metabolisme. 1,4

4) Efek Hormon Tiroid pada Sistem Kardiovaskular


a. Peningkatan Aliran Darah dan Curah Jantung.

Meningkatnya metabolisme jaringan mempercepat pemakaian


oksigen dan memperbanyak pelepasan jumlah produk akhir metabolisme
dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi di sebagian besar
jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah. Kecepatan aliran
darah di kulit terutama meningkat karena kebutuhan untuk pembuangan
panas dari tubuh meningkat. Sebagai akibat meningkatnya aliran darah,
maka curah jantung juga akan meningkat, sering kali meningkat sampai
60 persen atau lebih di atas normal bila terdapat kelebihan hormon tiroid
dan turun sampai hanya 50 persen dari normal pada keadaan
hipotiroidisme yang berat.4

b. Peningkatan Frekuensi Denyut Jantung.

Frekuensi denyut jantung lebih meningkat di bawah pengaruh


hormon tiroid daripada perkiraan peningkatan curah jantung. Oleh karena
itu, hormon tiroid tampaknya mempunyai pengaruh langsung pada
eksitabilitas jantung, yang selanjutnya meningkatkan frekuensi denyut
jantung. Efek ini sangat penting sebab frekuensi denyut jantung
merupakan salah satu tanda fisik yang sangat peka sehingga para klinisi
harus dapat menentukan apakah produksi hormon tiroid pada pasien itu
berlebihan atau berkurang.4

c. Peningkatan Kekuatan Jantung.

Peningkatan aktivitas enzimatik yang disebabkan oleh peningkatan


produksi hormon tiroid tampaknya juga meningkatkan kekuatan jantung
bila sekresi hormon tiroid sedikit berlebih. Keadaan ini analog dengan
meningkatnya kekuatan jantung yang terjadi pada pasien demam ringan
dan selama melakukan kerja fisik. Namun bila hormon tiroid meningkat
tajam, maka kekuatan otot jantung akan ditekan akibat timbulnya
katabolisme yang berlebihan dalam jangka lama. Sesungguhnya,
beberapa pasien tirotoksikosis yang parah dapat meninggal karena
timbulnya dekompensasi jantung sekunder akibat kegagalan miokard dan
akibat peningkatan beban jantung karena meningkatnya curah jantung.4

d. Tekanan Arteri Normal.

Setelah pemberian hormon tiroid, tekanan arteri rata-rata biasanya


dapat berada di kisaran normal. Oleh karena terdapat peningkatan aliran
darah melalui jaringan di antara 2 denyut jantung, maka tekanan nadi
menjadi sering meningkat, bersama dengan kenaikan tekanan sistolik
sebesar 10 sampai 15 mmHg pada hipertiroidisme, dan tekanan diastolik
akan turun dalam jumlah yang sama.4

e. Peningkatan Pernapasan.

Meningkatnya laju metabolisme akan meningkatkan pemakaian


oksigen dan pembentukan karbon dioksida; efek-efek ini mengaktifkan
semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan kedalaman
pernapasan.4

f. Peningkatan Motilitas Saluran Cerna.

Selain meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan, seperti yang


telah dibicarakan, hormon tiroid meningkatkan kecepatan sekresi getah
pencernaan dan pergerakan saluran cerna. Oleh karena itu,
hipertiroidisme sering kali menyebabkan diare, sedangkan kekurangan
hormon tiroid dapat menyebabkan konstipasi. 4

g. Efek Rangsang pada Sistem Saraf Pusat.

Pada umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir,


tetapi juga sering menimbulkan disosiasi pikiran, dan sebaliknya,
berkurangnya hormon tiroid akan menurunkan fungsi ini. Pasien
hipertiroid cenderung menjadi sangat cemas dan psikoneurotik, seperti
kompleks ansietas, kecemasan yang sangat berlebihan, atau paranoia. 4

h. Efek pada Fungsi Otot.

Sedikit peningkatan hormon tiroid biasanya menyebabkan otot


bereaksi dengan kuat, namun bila jumlah hormon ini berlebihan, maka
otot-otot malahan menjadi lemah akibat berlebihannya katabolisme
protein. Sebaliknya, kekurangan hormon tiroid menyebabkan otot sangat
lamban, dan otot tersebut berelaksasi dengan perlahan setelah kontraksi. 4

i. Tremor Otot.

Salah satu gejala yang paling khas dari hipertiroidisme adalah


timbulnya tremor halus pada otot. Tremor ini bukan merupakan tremor
kasar seperti yang timbul pada penyakit Parkinson atau pada waktu
menggigil, sebab tremor ini timbul dengan frekuensi cepat yakni 10
sampai 15 kali per detik. Tremor ini dengan mudah dapat dilihat dengan
cara menempatkan sehelai kertas di atas jari-jari yang diekstensikan dan
perhatikan besarnya getaran kertas tadi. Tremor ini dianggap disebabkan
oleh bertambahnya kepekaan sinaps saraf di daerah medula yang
mengatur tonus otot. Tremor ini merupakan cara penting untuk
memperkirakan tingkat pengaruh hormon tiroid pada sistem saraf pusat. 4

j. Efek pada Tidur.

Oleh karena efek yang melelahkan dari hormon tiroid pada otot dan
sistem saraf pusat, maka pasien hipertiroid sering kali merasa lelah terus-
menerus; tetapi karena efek eksitasi dari hormon tiroid pada sinaps,
timbul kesulitan tidur. Sebaliknya, somnolen yang berat merupakan
gejala khas hipotiroidisme, disertai dengan waktu tidur yang berlangsung
selama 12 sampai 14 jam sehari. 4
SUMBER:

1) Sherwood L. Introduction to Human Physiology. 8 th ed.  CA, United


States: EGC; 2012. 722 p.
2) Guyton A.C, Hall J.E. Textbook of Medical Physiology. 12 th ed.
Singapura: Elsevier; 2014. 907 p.
3) Windasari L. Micron Medical Multimedia. Sistem Endokrin Metabolisme
dan Nutrisi. Jakarta: PT. Yapindo Jaya Abadi; 2015.
4) Ganong W.F. Review of Medical Physiology. 24th ed. New York: EGC;
2003. 339-50 p.

Anda mungkin juga menyukai