Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FISIOLOGI EFEK HORMON TIROID

Kelenjar tiroid yang bentuknya mirip kupu-kupu, untuk memproduksi hormone


tiroksin yang berfungsi memelihara tingkat metabolisme jaringan yang optimal untuk
fungsi normal sel dan tubuh seutuhnya. Hormon tiroksin yang mengandung iodium
( I ) merangsang konsumsi O2 sel-sel tubuh, dan mengatur metabolisme lemak dan
karbohidrat yang diperlukan untuk pertumbuhan dan peerkembangan normal tubuh.
Hormon tiroksin relatif tidak esensial untuk kehidupan, tetapi ketiadaannya akan
menyebabkan kemunduran dan melambatnya proses mental dan fisik, individu
menjadi tidak tahan terhadap dingin, dan pada anak menyebabkan retardasi mental
dan kekerdilan. Sebaliknya, kelebihan (ekses) sekresi tiroksin akan menyebabkan
tubuh menjadi kurus, sering gugup, takikardia, tremor, dan kelebihan produksi panas
sehingga sering berkeringat.
Fungsi kelenjar tiroid dikontrol oleh hormon tropik TSH (thyroid stimulating
hormone atau thyrotropin) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Sebaliknya hormon tropik (Y: trophic = memberi makan) ini sekresinya juga
dikontrol sebagian oleh TRH (thyrotropin releasing hormon) yang disekresikan oleh
hipotalamus. Sebagian juga dikontrol melalui mekanisme umpan balik negatif oleh
hormon tiroksin bebas yang beredar di dalam darah yang menghambat kerja
hipofisis anterior dan hipotalamus. Melalui jalan ini, perubahan lingkungan dalam
dan lingkungan luar tubuh akan menyebabkan penyesuaian pada sekresi hormon
tiroksin yang berupa T4 (tetraiodotironin) dan T3 (triiodotironin). Kecuali memproduksi
tiroksin, kelenjar tiroid juga memproduksi hormon kalsitonin, suatu hormon yang
efeknya menurunkan kadar kalsium darah.
Kelenjar tiroid terdapat pada semua vertebrata. Pada mamalia, kelenjar tiroid
berasal dari penonjolan keluar (evaginasi) dasar faring. Duktus tiroglosus yang
kadang-kadang menetap pada orang dewasa menjadi bukti hal tersebut. Terdapat
dua lobus kelenjar tiroid yang terletak simetris di kanan-kiri trakea. Kedua lobus
dihubungkan oleh jembatan kecil yang melintang, yang disebut isthmus (Y: isthmos,
isthmus = leher atau bagian organ yang mengecil), yang kadang-kadang di tengah-
tengahnya terdapat jaringan tiroid, yaitu lobus piramidal yang berkembang dari
duktus tiroglosus.
Kelenjar tiroid mempunyai dua macam sel. Yang satu berupa sel C (Clear)
yang memproduksi hormon kalsitonin. Yang satu lagi berupa sel folikel yang menjadi
dinding folikel (acinus). Folikel atau acinus ini di dalamnya berisi bahan yang
terwarnai oleh proteinaseus berwarna merah jambu dan tercampur membetuk cairan
koloid. Bila kelenjar dalam keadaan tidak aktif, folikelnya besar dan koloidnya
banyak, serta sel-sel folikelnya gepeng. Bila kelenjar dalam keadaan aktif, folikelnya
kecil dan sel-selnya berbentuk kuboid atau kolumnar, serta batas-batas koloidnya
berlekuk-lekuk membentuk lakuna (ceruk) reabsorpsi. Mikrofili dan kanalikuli
berjuluran dari puncak sel-sel folikel ke koloid, Di dalam sel folikel banyak terdapat
retikulum endoplasma seperti halnya pada sel kelenjar yang lain dan juga terlihat
banyak tetes-tetes sekresi. Sel-sel folikel bertengger pada lamina basalis yang
memisahkannya dari kapiler berfenestrasi (fenestra = jendela).

Efek hormon tiroid


Secara umum hormon tiroid berfungsi merangsang konsumsi oksigen,
sehingga efeknya terutama sekunder oleh peningkatan konsumsi oksigen itu. T 3 dan
T4 masuk ke dalam sel dan terikat pada reseptor terhadap hormon tiroid (TR).
Kompleks hormon-reseptor kemudian mengikat DNA melalui ikatan zinc finger dan
meningkatkan atau kadang-kadang menurunkan ekspresi berbagai macam gen yang
menyandikan enzim yang mengatur fungsi sel. Jadi reseptor hormon tiroid yang
terdapat dalam nukleus sel merupakan anggota dari superfamili faktor transkripsi
nukleus yang sensitif terhadap hormon.
Terdapat dua macam gen TR pada manusia, yaitu gen reseptor  pada
kromosom 17 dan gen reseptor  pada kromosom 3. Masing-masing dapat
membentuk dua macam mRNA. Jadi ada TR 1 dan TR2, serta TR1 dan TR2. TR2
hanya terdapat di otak, sedang yang lain tersebar secara luas di seluruh tubuh.
TR2 berbeda dengan TR yang lain karena TR2 ini tidak mengikat T3 dan
fungsinya belum jelas. TR mengikat DNA sebagai monomer, homodimer dan
heterodimer dengan reseptor nukleus yang lain, terutama dengan reseptor retinoid
X.
T3 umumnya mempunyai efek 3 – 4 kali lebih kuat dan lebih cepat
dibandingkan T4. Hal ini disebabkan karena ikatan antara T 3 dengan protein kurang
kuat, sebaliknya ikatan dengan TR lebih kuat. RT3 bersifat inert.

Efek kalorigenik hormon tiroid


T4 dan T3 meningkatkan konsumsi oksigen hampir semua jaringan yang
secara metobolik aktif. Beberapa pengecualian yaitu pada otak, testis, uterus,
kelenjar limfe, limpa, dan hipofisis anterior orang dewasa. T4 menekan konsumsi
oksigen hipofisis anterior mungkin karena T 4 justru berrfungsi menghambat sekresi
TSH,
Meningkatnya taraf metabolisme jaringan oleh suntikan T 4 mempunyai masa
laten beberapa jam, dan efeknya dapat sampai 6 hari atau lebih. Beberapa efek
kalorigenik hormon tiroid disebabkan karena metabolisme asam lemak yang
dimobilisasi oleh hormon tsb. Juga karena hormon tiroid meningkatkan aktivitas Na +-
K+-ATPase yang terikat membran sel.

Efek sekunder akibat kalorigenesis


Bila pada orang dewasa laju metabolisme naik karena T 4 dan T3, ekskresi
nitrogen naik. Ini menunjukkan katabolisme protein atau lemak meningkat. Bila
asupan makanan tidak naik, maka protein dan lemak endogen akan dikatabolisme
dan individu akan turun beratnya. Pada anak-anak yang menderita hipotiroid, dosis
kecil hormon tiroid akan menyebabkan imbangan nitrogen posistif karena rangsang
pertumbuhan yang ditimbulkannya, sedang dosis besar akan menimbulkan
katabolisme protein seperti pada orang dewasa. K + yang dbebaskannya pada saat
katabolisme protein akan meningkat di kemih dan juga ada ekskresi asam urat.
Bila taraf metabolisme naik, kebutuhan akan vitamin meningkat sehingga
sindrome kekurangan vitamin dapat muncul. Hormon tiroid diperlukan untuk konversi
karoten menjadi vitamin A. Hal ini dapat menyebabkan penimbunan karoten di darah
(karotenemia) pada penderita hipotiroid sehingga kulit penderita akan berwarna
kekuningan. Kekuningan karena karotenemia dapat dibedakan dengan jaundice
karena pada karotenemia sklera mata tidak kuning.
Kulit umumnya mengandung bermacam-macam protein yang berkombinasi
dengan polisakaride, asam hialuronat, dan asam sulfat kondroitin. Pada
hipotiroidisme, zat-zat tersebut berakumulasi dan merangsang terjadinya retensi air
sehingga menimbulkan kesan bengkak (myxedema). Bila hormon tiroid diberikan,
protein dimetabolisme dan terjadi diuresis sampai miksedema sembuh.
Sekresi air susu akan berkurang pada hipotiroid dan meningkat oleh hormon
tiroid. Hal ini sering dimanfaatkan oleh pabrik susu. Hormon tiroid tidak merangsang
metabolisme uterus, tetapi esensial untuk proses menstruasi normal dan fertilitas.
Efek pada sistem kardiovaskuer
Dosis tinggi hormon tiroid cukup kuat untuk meningkatkn produksi panas
ekstra untuk meningkatkan suhu tubuh, yang selanjutnya meningkatkan aktivitas
penyebaran panas tubuh. Tahanan perifer berkurang karena vasodilatasi pembuluh
darah kulit, dan ini meningkatkan reabsorpsi Na + dan air dan selanjutnya
meningkatkan volume darah. Curah jantung meningkat oleh kerja langsung hormon
tiroid dan katekolamin pada jantung. Dengan demikian tekanan nadi dan frekuensi
jantung meningkat serta waktu sirkulasi memendek.
Di dalam miosit, T3 tidak dibentuk, tetapi T 3 dari peredaran darah masuk ke
miosit , berkombinasi dengan reseptornya di nukleus dan menimbulkan rangsangan
atau menghambat ekspresi beberapa gen. Gen yang diaktifkan termasuk gen untuk
-miosin heavy chain, Ca2+ ATPase retikulum sarkoplasma, reseptor -adrenergik,
protein-G, Na+-K+ATPase, dan kanal ion K + tertentu. Gen yang dihambat termasuk
gen untuk -miosin heavy chain, fosfolamban (PLN, suatu protein integral yang
mengatur pompa Ca2+ pada otot jantung dan otot rangka), dua jenis adenilil siklase,
reseptor T3 di nukleus, dan penukar (exchanger) Na+-Ca2+. Hasil akhirnya yaitu
meningkatnya frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung.
Di dalam otot jantung terdapat dua isoform myosin heavy chain (MHC), yaitu
-MHC dan -MHC. Keduanya disandikan oleh dua gen yang sangat homolog yang
pada manusia berlokasi berurutan pada lengan pendek kromosom 17. Setiap
molekul miosin berisi dua heavy chain dan dua pasang light chain. Miosin yang
mengandung -MHC aktivitas ATPasenya lebih kecil dibandingkan miosin yang
mengandung -MHC. Pada orang dewasa, -MHC predominan di atrium dan
jumlahnya meningkat oleh hormon tiroid. Ekspresi gen -MHC dihambat dan gen -
MHC ditingkatkan pada hipotiroid.

Efek pada sistem saraf


Pada hipotiroidisme, pikiran lambat dan protein cairan otak meningkat
kadarnya. Hormon tiroid akan mengembalikannya ke normal. Dosis tinggi hormon
tiroid akan meningkatkan proses mental, dan dapat menyebabkan cepat marah dan
gelisah. Secara umum pada orang dewasa aliran darah otak, konsumsi glukose dan
oksigen normal baik pada hipo-maupun hipertiroid. Namun demikian pada orang
dewasa hormon tiroid masuk ke dalam sel-sel otak dan terdapat pada substansi
kelabu di banyak tempat di berbagai lokasi otak. Lagi pula astrosit di otak mengubah
T4 menjadi T3, dan terjadi peningkatan yang tajam aktivitas reseptor dopamin D 2
setelah tiroidektomi dan kembali ke normal 4 jam setelah sekali pemberian T 3 lewat
vena. Beberapa efek hormon tiroid pada otak mungkin sekunder terhadap
peningkatan kepekaan terhadap katekolamin yang meningkakan aktivitas RAS
(reticular activating system).
Hormon tiroid sangat berpengaruh pada perkembangan otak. Bagian otak
yang perkembangannya sangat dipengaruhi yaitu korteks serebri dan basal ganglia,
dan juga koklea (alat pendengaran). Akibatnya bila terjadi defisiensi hormon tiroid
pada saat perkembangan dapat terjadi retardasi mental, rigiditas sistem motorik, dan
mutisme karena tuli.
Hormon tiroid juga berpengaruh pada refleks. Waktu reaksi refleks regang
memendek pada hipertiroid dan memanjang pada hipotiroid. Pemeriksaan refleks
lutut sering dilakukan untuk menilai fungsi tiroid, tetapi refleks juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.

Kaitannya dengan katekolamin


Kerja hormon tiroid dan katekolamin norepinefrin dan epinefrin berkaitan
sangat intim. Epinefrin meningkatkan taraf metabolisme, merangsang sistem saraf,
dan menimbulkan rangsangan pada sistem kardiovaskuler seperti halnya hormon
tiroid, meskipun efeknya hanya sebentar. Demikian juga norepinefrin. Pada tikus,
toksisitas terhadap katekolamin sangat meningkat setelah pemberian T4. Meskipun
kadar katekolamin plasma normal pada hipertiroid, efek terhadap sistem
kardiovaskuler, tremulousness (gemetaran), dan banyak keringat oleh hormon
tiroid dapat dikurangi dengan simpatektomi dan oleh obat-obat yang menghambat
reseptor -adrenergik. Dengan demikian propranolol dan -blocker yang lain
digunakan secara luas untuk pengobatan tirotoksikosis dan pada eksaserbasi
hipertiroidisme yang disebut badai tiroid (thyroid storm suatu kondisi yang
mengancam nyawa dan harus dibawa ke UGD). Meskipun demikian -bloker
merupakan inhibitor lemah terhadap perubahan T 4 mnjadi T3 di luar kelenjar tiroid
dan dengan demikian hanya menmbulkan sedikit penurunan T 3 plasma, dan juga
terhadap efek lain hormon tiroid.

Efek pada otot rangka


Pada hampir semua pasien hipertiroid terjadi kelemahan otot (miopati
tirotoksik). Bila hipertiroid berat dan lama, miopatinya dapat berat juga. Miopati ini
mungkin disebabkan karena meningkatnya katabolisme protein. Hormon tiroid juga
mempengaruhi ekspresi gen MHC seperti halnya pada otot jantung, namun efek
yang ditimbulkannya kompleks dan hubungannya dengan miopati belum diketahui.
Hipotiroidisme juga menimbulkan kelemahan otot, kramp, dan kekakuan otot.

Efek pada metabolisme karbohidrat


Hormon tiroid meningkatkan absorpsi karbohidrat di usus, efek yang mungkin
tidak bergantung kepada efek kalorigenik. Pada hipertiroidisme, glukose plasma
meningkat dengan cepat setelah makan kartbohidrat, kadang-kadang bahkan
melebihi transport maksimum ginjal. Turunnya juga cepat.

Efek pada metabolisme kolesterol


Hormon tiroid menurunkan kadar kolesterol darah. Kadar kolesterol turun
sebelum taraf metabolisme naik, yang menyatakan bahwa efek ini tidak bergantung
kepada perangsangan penggunaan oksigen. Menurunnya kadar kolesterol darah
disebabkan karena pembentukan reseptor LDL di hati yang meningkatkan
pengambilan kolesterol oleh hati dari darah. Dalam hal ini dapat dipikirkan
pembuatan analog hormon tiroid yang menurunkan kolesterol darah tetapi tidak
meningkatkan metabolisme.

Efek pada pertumbuhan


Hormon tiroid esensial untuk petumbuhan dan pematangan otot rangka. Pada
anak-anak penderita hipotiroid, pertumbuhan tulang lambat dan penutupan epifisis
tulang terlambat. Pada keadaan tidak adanya hormon tiroid, sekresi hormon
pertumbuhan juga dihambat, dan hormon tiroid juga memperkuat efek hormon
pertumbuhan pada jaringan.
Percobaan pada kecebong (anak katak) yang diberi T 4 dan T3 mengalami
metamorfose lebih awal dan menjadi katak kerdil. Kecebong hipotiroid tidak pernah
tumbuh menjadi katak sama sekali.

Pengaturan fungsi tiroid


Kelenjar tiroid diatur terutama oleh variasi kadar TSH (thyroid stimulating
hormone = thyrotropin) hipofisis yang beredar. Sekresi TSH meningkat oleh hormon
hipofisiotropik TRH (thyrotropin releasing hormone) yang diproduksi oleh
hipotalamus, dan dihambat oleh T4 dan T3 bebas yang beredar dalam darah melalui
mekanisme umpan balik negatif. Efek T 3 diperkuat oleh produksi T 3 dalam
sitoplasma sel-sel kelenjar hipofisis oleh 5’-D2 yang terdapat di dalamnya. Pada
percobaan hewan, sekresi TSH juga ditingkatkan oleh dingin, dan dikurangi oleh
hangat.
TSH manusia merupakan glukoprotein yang mengandung 211 gugus asam
amino, ditambah heksose, heksosamin, dan asam sialat. TSH terdiri dari 2 subunit,
yaitu  dan . Subunit  disandikan oleh gen di kromosom 7 dan subunit  oleh gen
di kromosom 1. Subunit  dan  kemudian digandengkan nonkovalen di tirotrop.
TSH- identik dengan subunit  dari LH, FSH, dan hCG-. Spesifisitas fungsi TSH
ditentukan oleh subunit , Struktur TSH bervariasi dari spesies ke spesies, tetapi
TSH mamalia aktif secara biologi pada manusia.
Waktu paruh TSH manusia sekitar 60 menit. TSH dirombak terutama di ginjal
dan sebagian kecil di hati. Sekresinya berfluktuasi, mulai meningkat sekitar pukul 9
malam, mencapai puncaknya sekitar tengah malam, dan menurun pada siang hari.
Laju sekresi rata-rata sekitar 110 g/d dan kadar dalam plasma rata-rata sekitar 2
U/ml.
Karena subunit  TSH sama dengan subunit  hCG, maka kadar yang tinggi
hCG dapat merangsang reseptor tiroid. Pada tumor plasenta, kadart hCG dapat
sangat tinggi sehingga dapat menimbulkan hipertiroidisme ringan.

Efek TSH pada tiroid


Bila kelenjar hipofisis diangkat, maka fungsi tiroid menurun dan kelenjarnya
mengalami atrofi. Bila kemudian diberi TSH, fungsi TSH dirangsang kembali.
Beberapa menit setelah penyuntikan TSH, terjadi peningkatan pengikatan iodide,
sintesis T4, T3, iodotirosin, sekresi tiroglobulin ke dalam koloid, dan endositosis
koloid. Peningkatan pengambilan iodide dalam beberapa jam, aliran darah juga
meningkat. Pemberian TSH dalam jangka lama menimbulkan hipertrofi dan
peningkatan berat kelenjar. Pembesaran kelenjar tiroid disebut goiter (gondok).
TSH bekerja melalui reseptor TSH yang khas sebagai reseptor serpentin dan
bekerja mengaktifkan adenilil siklase melalui protein G s. Phospholiase C juga
diaktifkan.

Sistem utusan kedua (second messenger system)


Molekul sinyal yang dikeluarkan/disekresikan keluar dari sel dan bekerja dari
luar sel merupakan first messenger. First messenger ini bekerja melalui reseptor,
baik yang terdapat di membran sel maupun yang terdapat di dalam sel/nukleus.
Hormon merupakan salah satu first messenger.
Di dalam sel terdapat molekul sinyal yang meneruskan rangsangan first
messenger yang mengaktifkan reseptor dalam membran/sel ke protein sasaran atau
ke suatu faktor transkripsi yang terdapat di dalam sel yang berfungsi segbagai
efektor. Molekul sinyal yang terdapat di dalam sel didefinisikan sebagai second
messenger atau utusan kedua.
Ada beberapa sistem utusan kedua, dia antaranya yaitu cAMP, cGMP,
phospholipase C (PLC), diacylglycerol (DG), inositol 1,4,5-triphosphat (IP 3), dan
Ca2+. Secara langsung atau melalui serangkaian reaksi kimia di dalam sel, utusan
kedua ini meneruskan rangsangan ke efektor yang biasanya berupa protein/enzim
atau faktor transkripsi gen. Zat kimia yang terlibat reaksi kimia di dalam sel antara
utusan kedua dan efektor ada yang menyebutnya sebagai third messenger, fourth
messenger, dsb.
Efektor utusan kedua dapat berupa kanal ion di membran sel atau di struiktur
membran di dalam sel, enzim tertentu, atau faktor transkripsi. Reaksi yang dapat
terjadi yang dialami efektor tadi di antaranya reaksi fosforilasi, hidrolisis, dsb., yang
menyebabkan efektor tadi menjadi aktif. Kalau itu kanal ion, kanal ion yang waktu
istirahat tertutup setelah dirangsang menjadi terbuka, atau sebaliknya kalau waktu
istirahat terbuka menjadi tertutup. Reaksi sel oleh terangsangnya efektor tadi dapat
terjadi potensial aksi kalau itu sel saraf atau sel otot, dan selanjutnya terjadi
penjalaran impuls atau kontraksi otot. Kalau itu enzim, maka enzim mengaktifkan
fungsi sel tertentu. Ca2+ ion misalnya dapat menimbulkan proses eksositosis pada
ujung akson atau pada sel kelenjar. Kalau efektornya berupa faktor transkripsi, maka
akan menggiatkan gen untuk membuat mRNA dan membuat protein tertentu, dsb.

Calcitonin
Hormon lain kelenjar tiroid yaitu kalsitonin. Kalsitonin diproduksi oleh sel
parafolikular atau sel C (clear cell) yang terdapat di sela-sela folikel kelenjar tiroid.
Kalsitonin manusia merupakan molekul yang terdiri atas 32 gugus asam amino
dengan berat molekul 3500. Gene yang membentuk kalsitonin ini juga membuat
tidak hanya satu mRNA tetapi beberapa mRNA, sehingga protein yang dihasilkan
ada beberapa dan disebut sebagai calcitonin gene related peptide (CGRP). Pada
manusia ada CGRP- dan CGRP-, yang ternyata dibentuk oleh dua macam gen
(gen-nya sendiri-sendiri). Kalsitonin dari spesies lain juga mempunyai 32 asam
amino, tetapi ada beberapa perbedaan. Kalsitonin ikan salmon menarik perhatian
dunia kedokteran karena efeknya pada manusia lebih kuat dari kalsitonin manusia
sendiri.
Sekresi kalsitonin meningkat bila kelenjar tiroid diperfusi dengan larutan
berkadar Ca2+ tinggi. Pengukuran kalsitonin darah dengan imunoesei menunjukkan
bahwa kalsitonin tidak diekskresi sebelum kadarnya di dalam darah mencapai 9,5
mg/dl. Di atas kadar itu, kadar kalsitonin plasma berbanding langsung dengan kadar
kalsium plasma. Agonis reseptor -adrenergik, dopamin, estrogen, gastrin, CCK,
glukagon, dan sekretin merangsang sekresi kalsitonin. Gastrin mempunyai efek
rangsangan yang paling kuat. Kalsitonin manusia mempunyai waktu paruh sekitar 10
menit.
Reseptor serpentin (GPCR) untuk kalsitonin terdapat pada tulang dan ginjal.
Kalsitonin menurunkan kadar Ca 2+ dan fosfat dalam darah. Efek ini terjadi dengan
menghambat resorpsi tulang. Efek ini bersifat langsung. Kalsitonin menghambat
fungsi osteoklas in vitro. Kalsitonin juga meningkatkan ekskresi Ca 2+ melalui kemih.
Fungsi kalsitonin pada orang dewasa belum seluruhnya diketahui. Pada
thyroidektomi tidak tampak tanda-tanda defisiensi kalsitonin asal kelenjar parathyroid
utuh. Para ilmuwan dengan demikian menduga bahwa kalsitonin berfungsi penting
pada saat pertumbuhan dan menyusui. Pada saat itu diperlukan pertumbuhan tulang
sehingga Ca2+ lebih banyak tertimbun di tulang. Dalam hal ini fungsi osteoklat perlu
lebih dihambat.
IMUNOLOGI

Anda mungkin juga menyukai