BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelenjar Tiroid
2.1.1 Anatomi
Glandula thyroidea terdiri atas lobus kiri dan kanan yang dihubungkan
oleh isthmus yang sempit. Setiap lobus berbentuk seperti buah avokad, dengan
puncaknya ke atas sampai linea oblique cartilaginis thyroidea dan basisnya
terdapat dibawah, setinggi cincin trachea ke-4 atau ke-5. Glandula thyroidea
merupakan organ yang dibungkus oleh selubung yang berasal dari lamina
pretrachealis. Selubung ini melekatkan kelenjar ini ke larynx dan trachea. Juga
sering didapatkan lobus piramidalis, yang menjalar ke atas dari isthmus, biasanya
ke kiri garis tengah. Lobus ini merupakan sisa jaringan embrionik tiroid yang
teringgal pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian anterior di hipofaring. Bagian
atas dari lobus ini dikenal sebagai pole atas dari kelenjar tiroid, dan bagian bawah
disebut sebagai pole bawah. Suatu pita fibrosa atau muskular sering
menghubungkan lobus piramidalis dengan os hyoideum; jika ia muskular disebut
sebagai m. levator glandulae thyroidea.4
20 mm, dan ketebalannya 2-6 mm. Ukuran lobus lateral dari pole superior ke
inferior sekitar 4 cm. Lebarnya 15-20 mm, dan ketebalan 20-39 mm. Kelenjar
tiroid terletak antara fascia colli media dan fascia prevertebralis. Di dalam
ruangan yang sama terdapat trakea, esophagus, pembuluh darah besar, dan saraf.
Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan fascia pretrachealis dan melingkari 2/3
bahkan sampai 3/4 lingkaran. 4
A. carotis communis, vena jugularis interna, dan nervus vagus terletak
bersama di dalam suatu ruang tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus recurrens
terletak di dorsal sebelum masuk ke laring. Nervus phrenicus dan truncus
simphatikus tidak masuk ke dalam ruang antara fasia media dan prevertebralis.
Limfe dari kelenjar tiroid terutama dicurahkan ke lateral, ke dalam nodus
limfonodi cervicalis profunda. Beberapa pembuluh limfe berjalan turun ke nodus
limfonodi paratracheales. Seluruh tiroid dibungkus oleh suatu lapisan jaringan
yang dinamakan true capsule. Sedangkan ekstensi dari lapisan tengah fasia
servicalis profundus yang mengelilingi tiroid dinamakan false capsule atau
surgical capsule. Seluruh arteri dan vena, plexus limphaticus dan kelenjar
paratiroid terletak antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum Berry menjadi
penghubung di bagian posterior antara kedua kapsul tersebut. Ligamentum Berry
menjadi penghubung di bagian posterior antara kedua lobus tiroid. Arteri
thyroidea superior dekstra dan sinistra, dan kedua arteri thyroidea inferior dekstra
dan sinistra memberikan vaskularisasi untuk tiroid. Kadang kala dijumpai arteri
thyroidea, cabang truncus brachiocephalica. Sistem vena berjalan bersama
arterinya, persarafan diatur oleh nervus recurrens dan cabang dari nervus
laryngeus superior, sedangkan sistem limfatik yang penting menerima aliran limfe
tiroid terdiri dari pembuluh limfe superior yang menerima cairan limfe dari
pinggir atas isthmus, sebagian besar permukaan medial lobus lateral, dan
permukaan ventral dan dorsal bagian atas lobus lateral dan pembuluh limfe
inferior yang menerima cairan limfe dari sebagian besar isthmus dan bagian
bawah lobus lateral. 4
Pada pembedahan tiroid penting memperhatikan jalan arteri pada pool atas
kanan dan kiri, karena ligasi tinggi pada arteri tersebut dapat mencederai n.
4
2.1.2 Histologi
Kelenjar tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel
kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan jaringan ikat. Folikel-
folikel tiroid dibatasi oleh epitel cuboid dan lumennya terisi oleh koloid. Kelenjar
tiroid mengandung 2 tipe sel utama yaitu thyroid follicular cells dan C cells
(parafollicular cells). 4
2.1.3 Fisiologi
Kelenjar tiroid merupakan salah satu dari beberapa kelanjar endokrin yang
dimiliki manusia. Kelenjar tiroid memproduksi triiodothyronine (T3) dan
thyroxin (T4). Kemampuan kelenjar tiroid dalam mensekresikan T3 dan T4
sangat berhubungan dengan hypothalamic-pituitary axis. sistem ini berawal dari
sekresi tirolibelin (TRH) dari hipotalamus yang selanjutnya akan menuju
reseptornya di hipofisis anterior dan menyebabkan sekresi tirotropin (TSH). TSH
akan berikatan dengan G-protein pada folikuler sel kelenjar tiroid yang akan
menyebabkan terjadinya produksi dan sekresi T3 dan T4. Selain melalui
5
2.2 Etiopatofisiologi
Secara garis besar gangguan akibat hormon tiroid terbagi menjadi dua
yaitu hipertiroidisme dan hippotiroidisme. Hipertiroid adalah suatu kondisi
dimana kelenjar tiroid yang hiperaktif yang mengakibatkan peningkatan hormon
tiroid secara berlebih, dan apabila produksi kurang atau tidak dihasilkan hormon
tiroid maka akan terjadi kondisi hipotiroid. Kondisi hipertiroid di sebabkan oleh
berbagai faktor di antaranya:
2.2.1 Hipertiroid
1. kondisi autoimun
Seluruh sistem pertahanan tubuh pasti akan mengalami pengenalan terhadap self
antigen. Kesalahan pengenanlan terhadap self antigen menyebabkan timbulnya
kondisi autoimun. Pada kondisi tersebut TSHR memiliki kesamaan terhadap
reseptor hormon lain diantaranya LH (7-85%) dan FSH (20-85%). Thyiroid
stimulating antibody (TSab) memiliki kemampuan menyerupai Thyroid
stimulating hormone. Sehingga ikatan keduanya tersebut dapat mengaktivasi
kelenjar tiroid untuk memproduksi T3 dan T4. Pada kondisi TSHR yang normal
kondisi di atas tidak akan terjadi. Sehingga kemampuan TSab tersebut
menyebabkan kondisi hipertiroid akibat ikatan yang terjadi menstimulasi produksi
T3 dan T4 secara terus menerus.9
Kondisi infeksi pada kelenjar tiroid dapat terjadi akibat virus diantaraya:
influenza, adenovirus, coxsackie, mumps dll. Infeksi yang terjadi akan
menyebabkan terjadinya inflamasi pada kelenjar tiroid akan menyebabkan
gangguan terhadap kelenjar tersebut. Pada fase destruksi dimana terjadi kerusakan
pada folikel akibat adanya proses inflamasi hal ini dapat menyebabkan
8
terlepasnya Tiroglobulin dan hormon tiroid pada pembulu darah. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hormon tiroid pada sirkulasi yang
menyebabkan terjadinya kondisi hipertiroid sementara. Beberapa minggu setelah
kondisi tersebut tiroid berkurang dalam penyimpanannya dan timbulah fase
hipotiroidisme yang di tandai dengn peningkatan THS dan rendahnya T3 dan T4.
Kondisi ini dapat kembali membaik saat proses inflamasi berakhir dan kelenjar
tiroid mulai berfungsi secara normal.10
3. keganasan
Ca tiroid merupakan bentuk keganasan yang paling umum pada sistem endokrin.
Tumor ganas yang berkembang dari sel folikular epitel diklasifikasikan
berdasarkan pemeriksaan histologi. Beberapa jenis tumor seperti papilari tiroid
cancer, folikular tiroid cancer, biasanya dapat disembuhkan dan prognosisnya baik
pada pasien yang teridentifikasi lebih awal. Lain halnya dengan anaplastic tiroid
cancer memiliki agresifitas dan hampir tidak merespon pada penatalaksanaan.10
Regulasi pertumbuhan tiroid dipengaruhi oleh growth faktor dan sitokin. Pada
kondisi kegansan kelenjar tiroid TSH reseptor di ekspresikan lebih banyak dan
masih memiliki efek normalnya. Hal ini mengakibatkan kelenjar tiroid dapat
mengikat TSH lebih banyak yang memungkinkan peningktan sekresi hormon
tiroid.10
4 kehamilan
9
Pada saat ibu hamil terdapat beberapa kondisi yang daat meningkatkan
sekresi hormon tiroid diantaranya: peningkatan HCG pada trimester pertama. Hal
ini akan menyebabkan stimulasi TSHR yang akan meningkatkan ikatannya
dengan TSH. Peningkatan estrogen pada kondisi awal kehamilan menyebabkan
peningkatan TBG yang akan membantu pengikatan hormon tiroid pada kondisi
hamil.10
Hormon tiroid memiliki kemampuan dalam meningkatkan metabolisme
basal, merangsang lipolisis, meningkatkan kontraktilitas jantung dan frekuensi
denyut jantung, meningkatkan motilitas usus, merangsang eritropoesis,
meningkatkan perkembangan fisik dan mental. Pada kondisi hipertiroid akan
menyebabkan terjadinya peningkatan suhu tubuh. Kondisi ini didasari oleh
kemampuan hormon tiroid dalam meningkatkan metabolisme basal melalui
peningkatan aktivitas NaKATPase dan penggunaan oksigen. Peningkatan
metabolisme basal juga di imbangi oleh mekanisme glikogenolisis dan
glukoneogenesis yang akan meningkatkan konsentrasi gula darah. Akibatnya
pasien cenderung berkeringat dan lebih menyukai suasana yang dingin (intoleransi
panas). Ini terjadi karena pada kondisi hipertiroid metabolisme basal akan
ditingkatkan hingga dua kali lipat yang juga akan meningkatkan penggunan
oksigen sehingga terjadi hiperventilasi.7
Kemampuan hormon tiroid dalam menstimulasi lipolisis menyebabkan
terjadinya penurunan berat badan juga manyebabkan hiperlipidemi yang dapat
mencetuskan diabetes mellitus. Hormon tiroid mampu meningkatkan sintesis
protein namun juga menyebabkan proteolisis yang berlebih sehingga menurunkan
masa otot. Hal ini bersinergi dengan penurunan berat badan akibat peningkatan
metabolisme basal. Hormon tiroid juga mampu mensensitisaisi katekolamin
(terutama menigkatkan reseptor-). Hal ini menyebabkan peningkatan
kontraktilitas jantung hingga terjadi takikardi. Kondisi hipertiroid memicu
terjadinya tremor hal ini terjadi akibat dari meningkatnya eksitabilitas
neuromuskular. Kondisi hipertiroid pada graves disease dapat menyebabkan
gejala has berupa graves ofthalmopathy, yaitu kondisi dimana bola mata tampak
lebih menonjol keluar. Hal ini disebabkan oleh perbesaran otot eksternal bola
mata dan penambahan lemak pada bagian retrobulber. Reaksi tersebut muncul
10
akibat adanya respon autoimun yang yang terjadi secara langsung ataupun secara
cross-reactive antara autoantigen tiroid-orbit.7,9
2.2.2 Hipotiroidisme
1. Hipotiroidisme akibat Kelainan kongenital
Perkembangan kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berbagai faktor transkripsi genetik
diantaranya adalah Tiroid Transcription Factor (TTF) 1, TTF-2, Pairedhomeobox-
8 (PAX-8). Dalam kombinasinya gen tersebut mengatur ekspresi pada penyusunan
dan perkembangan sel pada kelenjar thyroid yang memiliki efek pembentukan
Thyroglobulin, Thyroid Peroxidase, Sodium iodide symporter, Tiroid Stimulating
Factor reseptor (TSH-R). Mutasi yang terjadi pada kode genetik atau faktor
transkripsi tersebut dapat menyebabkan tidak terbentuknya kelenjar tiroid secara
utuh dan menyebabkan kondisi dysgenesis kelenjar tiroid dan tidak terbentuknya
hormon tiroid sehingga dapat menimbulkan kondisi yang disebut kongenital
hipotiroidisme. Kongenital hipotiroidisme sering terjadi (1 dari 4000 kelahiran)
dan kebanyakan tidak diketahui penyakit yang mendasari timbulnya kondisi
tersebut.10
11
TSH receptor
Ket: Tidak
terbentuk
atas sel T CD4+ dan CD8+ yang teraktivasi dan juga sel B. Kerusakan pada sel
tiroid dimediasi oleh sel CD8+ yang bersifat sitotksik melalui mekanisme nekrosis
yang diinduksi perforin atau apoptosis yang diinduksi oleh grenzyme B. Selain
itu, sel T juga memproduksi sitokin proinflamasi seperti Tumor Nekrosis Faktor
(TNF), IL-1, dan interferon sehingga menyebabkan kerusakan pada kelenjar tiroid
lebih besar lagi. Selain pada sel tiroid, kerusakan juga dialami oleh TSH reseptor,
Tiroglobulin, dan tiroidperoksidase sehingga sintesa hormon tiroid menjadi
terganggu. Penyakit yang bersangkutan dengan kondisi ini diantaran adalah
Hashimotos atau goitrous thyroiditis dan atrophic thyroiditis.10
3. Central hipotiroidisme
Hipotiroidisme tipe sentral disebabkan oleh adanya gangguan pada axis
hipotalamus-pitutari. Beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah:
1. Adenoma Pituitary
2. Tumor hipotalamus
3. Hipofisitis
4. Resisteni TRH
5. Defisiensi TRH
- Intoleransi dingin
- sulit berkonsentrasi
- gerakan lamban
- Konstipasi
- kulit kasar, rambut rontok
3. Eutiroidisme :
-
pasien datang berobat karena keluhan kosmetik atau ketakutan
akan keganasan. Biasanya penderita tidak mengalami keluhan
karena tidak ada hipo atau hipertiroidisme.5,11