Anda di halaman 1dari 7

SINDROM NEFROTIK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


KKPMT II

Oleh :
Anneke Septia N.
Ita Nurjanah
Santi Anggraeni
Trianan Handayani

P2.06.37.0.15.002
P2.06.37.0.15.021
P2.06.37.0.15.033
P2.06.37.0.15.038

JURUSAN DIII PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2016
SINDROM NEFROTIK
A. Anatomi dan Fisiologi

Manusia memiliki sepasang ginjal yaitu ginjal kanan dan ginjal kiri.
Posisi ginjal kanan sedikit lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal
kanan tertekan oleh organ hati. Dua ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan
daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis.,
cairan limfatik, suplay saraf, dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal
ke kandung kemih, tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal
dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur
dalamnya yang rapuh
1. Gambar Normal

Gambar 1: Ginjal Normal


2. Gambar Abnormal

Gambar2: Ginjal Abnormal (terkena sindrom nefrotik)


B. Definisi
Menurut Baughman (2000), nefrotik sindrom merupakan kelainan
klinik yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, edema, dan
hiperkolesterolemia. Sedangkan menurut Sowden (2002), nefrotik sindrom
adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

glomerolus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteinuria,


hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema.
Nefrotik sindrom adalah keadaan klinis dan biokimia yang melibatkan
peningkatan permeabilitas glomeruli. Dapat terjadi berkaitan dengan berbagai
penyakit ginjal. Tanda khas penyakit ini adalah edema, proteinuria,
hipoalbumenia, dan hiperlipidemia (sacharin, 1994)
C. Patofisiologi
1. Tanda dan Gejala
a. Penumpukan cairan atau edema, terutama disekitar mata serta kaki dan
pergelangannya. Penumpukan ini juga dapat memicu kenaikan berat
badan.
b. Perubahan pada urine. Karena mengandung protein yang tinggi, urine
biasanya akan berbuih.
c. Rentan terkena infeksi. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya
jumlah antibody dalam darah.
d. Gangguan pencernaa. Seperti mual, serta muntah dan diare.
e. Penurunan kondisi kesehatan, misalnya kelelahan dan tidak nafsu
makan.
2. Perjalanan Penyakit
Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan osmotik
plasma dan peningkatan hidrostatik, yang mengakibatkan terjadinya
akumulasi cairan dalam rongga intestinal dan rongga abdomen.
Penurunan volume cairan vaskuler menstimuli

sistem

reninangiotensin yang mengakibatkan disekresinya hormon antidiuretik


(ADH) dan aldosteron, yang mengakibatkan reabsorbsi natrium (Na) dan
air sehingga mengalami peningkatan dan akhirnya menambah volume
intravaskuler.

D. Prosedur diagnostic
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan sampel urine
Pemeriksaan sampel urin menunjukkan adanya proteinuri (adanya
protein di dalam urine)
b. Pemeriksaan darah
1) Hipoalbuminemia, dimana kadar albumin kurang dari 30 gram/liter.
2) Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat), khususnya
peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), yang secara umum
bersamaan dengan peningkatan VLDL.
c. Pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin, yang berguna untuk
mengetahui fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum
diketahui secara jelas, yaitu :
a. Biopsi ginjal (jarang dilakukan pada anak-anak).
b. Pemeriksaan electrophoresis).penanda auto-immune (ANA, ASOT, C3,
cryglobulins, serum
E. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Diuretik yang berfungsi untuk membuang cairan yang berlebihan dari
dalam tubuh melalui urine.
b) Obat antikoagulan yang digunakan untuk menurunkan resiko
penggumpalan darah.
c) Cyclophosphamide dapat bermanfaat bagi pasien yang sering kambuh
steroid sensitif sindrom nefrotik. Komplikasi yang terkait termasuk
penekanan sumsum tulang, rambut rontok, azoospermia, sistitis
hemoragik, keganasan, mutasi, dan infertilitas.
d) Steroid untuk menangani peradangan atau glomerulonephritis
perubahan minimal.
e) Immunosupressive yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dan
menekan respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh.
2. Non Famakologi
1) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak.
Rujukan ke bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama
pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.

2) Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma


atau albumin konsentrat.
3) Berantas infeksi.
4) Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.
5) Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema
anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau
mengganggu aktivitas. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat
antihipertensi.
6) Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14
hari setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan
apakah penderita mengalami remisi spontan atau tidak.

F. Terminologi Medis
N
o
1.

2.

Istilah

Prefix

Proteinuria

Hiperkolesterolemi
a

Hiper
(Kelebihan
)

3.

4.

Glomerulonefritis

Hiperlipidemia

Hiper
(Kelebihan

Root
Protein
(Protein)
Uria
(Urin)
Kolesterol
(Kolesterol)
Emia
(Darah)
Glomerul
(Glomerolus
)
Nefr
(Ginjal)
Lipid
(Lemak)
Emia

Suffix

V
-

Arti
Adanya
protein

di

dalam urin
Kelebihan
kolesterol
di

Itis
(Radang
)

dalam

darah
Peradangan
pada
glomerolus
dan ginjal
Kelebihan
lemak

)
5.

Hipertensi

(Darah)

Hiper
(Kelebihan

Tensi
(Tekanan

darah)

dalam
-

darah
Kelebihan
tekanan
darah

G. Kode Penyakit Sesuai ICD 10, Kode Tindakan Sesuai ICD 9-CM
1. Sindrom Nefrotik
a. Lead term : Syndrome
b. ICD Volume 3 (604) Syndrome continued - nephrotic (congenital) (see
also Nephrosis) N04.c. ICD Volume 1 (605) N04 Nephrptic Syndrome
d. Kode Akhir: N04.X
2. Biopsi Ginjal
a. Lead term : Biopsy
b. ICD 9 CM Index : (278) Biopsy
Biopsy joint structure- ---Cont.
Kidney 55.23
c. ICD 9 CM Tabular (147) 55.23 Closed [percutaneous] [needle] biopsy
of kidney. Endoscopic biopsy via existing nephrostomy, nephrotomy,
pyelostomy, or
pyelotomy
d. Kode Akhir: 55.23
3. Diuretic
a. Lead term: Diuretic
b. ICOPIM index: (1-10) Diuretic NEC 7 449
c. ICOPIM Tabular List: (6-34) 7 449 Diuretic, not otherwise specified
d. Kode Akhir: 7 - 449
4. Cyclophosphamide
a. Lead term: Cyclophosphamide
b. ICOPIM index: (1-8) Cyclophosphamide 6-310
c. ICOPIM Tabular List: (6-10)
6-310 Alkylating drugs,
myeloproliferative
Busulfan
Cyclophosphamide
Chlorambucil
d. Kode Akhir: 6-310
5. Corticosteroid / Steroid
a.
Lead term : Corticosteroid
b.
ICOPIM index Corticosteroid
c.
ICOPIM Tabular List (6-8) 6-209 Other
Corticosteroid
d.

Kode Akhir: 6-209

6. Immunosupressive
a.

Lead term:

Immunosupressive
b.

ICOPIM index: (1-14)


Immunosupressive drug 6-315

c.

ICOPIM Tabular List: (6-

11) 6-315 immunosupressive drug


d.
H. Daftar Pustaka
Admin.

(2012).

Sindrom

Nefrotic.

Kode Akhir: 6-315


[Online].

Tersedia:

https://

dokterindonesiaonline.com/tag/sindrom-nefrotik.html.[09 April 2016].


Admin. (2012). Sindrom Nefrotik Gejala, penyebab dan mengobati.
[Online]. Tersedia: http://www.alodokter.com/sindrom-nefrotic.html.
[09 April 2016]
Nursalam dan Fransisca B.B., (2008) Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika
Suharyanto, Toto dan Abdul Madjid. (2008) Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Trans Info
Media

Anda mungkin juga menyukai