Anda di halaman 1dari 12

Sindrom Ketergantungan akibat Narkotika, Psikotropika,

dan Zat Adiktif

Disusun oleh :
Kelompok II

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN JIWA
Hari/Tanggal Presentasi Kasus: 19 Februari 2016
Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta

Tanda Tangan
Nama
: Kelompok II
Dr. Pembimbing: dr. Carlamia, Sp.KJ & dr. Imelda I., Sp.KJ
NOMOR REKAM MEDIS
Nama Pasien
Nama Dokter yang Merawat
Masuk RS pada Tanggal
Rujukan/Datang Sendiri/Keluarga
Riwayat Perawatan

...
...

: 039xxx
: Tn. M. H. A.
: dr. C., Sp.KJ
: 6 Februari 2016
: diantar oleh kakak kandung pasien
: pernah dirawat dan 3 kali direhabilitasi

I. IDENTITAS
Nama (inisial)
: Tn. H
Tempat & Tanggal Lahir : Pare-pare, 7Maret 1994
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Suku Bangsa
: Bugis
Agama
: Islam
Pendidikan
: Kuliah Semester VI di STIMIK, Makasar
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status Perkawinan
: Belum menikah
Alamat
: Jl. Rapocini Raya, Makasar
II.

RIWAYAT PSIKIATRIK
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 16 Februari 2016 pukul14.30 WIB
dan tanggal 19 Februari 2016 pukul 14.00 WIB di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.
Anamnesis secara alloanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Februari 2016, jam 16.00 WIB
melalui telepon dengan ibu pasien.

A. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh kakak kandungnya karena sering marah-marah hingga datang
memberontak di kantor ibunya empat hari SMRS.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Dari alloanamnesis dengan ibu pasien, beberapa minggu SMRS pasien sering marahmarah dan meminta uang di rumah. Kebiasaan marah, suka berbohong, dan mengamuk
dikatakan oleh ibu pasien dimulai ketika pasien mengonsumsi NAPZA. Pasien suka
mengancam akan bunuh diri jika tidak diberi uang. Satu minggu SMRS, pasien mengamuk
minta uang di kantor sehingga ibunya merasa resah dan malu.
2

Lima hari SMRS pasien mengkonsumsi shabu bersama temannya sebelum berangkat
ke Jakarta. Sehari setelah tiba di Jakarta, pasien merasakan sakit pada sekujur tubuh dan
dibawa ke RSKO oleh kakak kandungnya.
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan keluarga maupun lingkungan
sosialnya karena saat mengonsumsi obat-obatan tersebut pasien mengatakan menjadi lebih
tenang. Orang tua pasien sebenarnya telah mengetahui perilaku pasien sejak awal tetapi
membiarkannya dengan alasan yang tidak diketahui. Kebiasaan marah-marah dan
mengamuk diluar rumah ini berlanjut sampai ke rumah sehingga keluarga merasa resah.
Riwayat trauma disangkal, adanya halusinasi auditorik/ visual/ penghidu/ taktil
disangkal, adanya riwayat gangguan waham menetap juga disangkal.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Gangguan Psikiatrik
Pasien belum pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya.
2. Riwayat Gangguan Medik
Pasien tidak pernah mengalami kejang, trauma kepala, atau ganggua fisik lain yang
menyebabkan perubahan perilaku. Riwayat rawat inap di rumah sakit di Makasar
karena kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan fraktur digiti manus II dekstra.
Pasien belum pernah menjalani pemeriksaan HIV dan hepatitis sebelumnya.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien pernah menggunakan rokok, alkohol, putaw, ganja, shabu, tramadol, inex,
alprazolam, dan suboxone. Pasien tidak pernah memakai heroin, kokain, metil dioksi
metamfetamin (MDMA), dan inhalan. Pasien pertama kali merokok saat Sekolah Dasar,
dengan jumlah 1-2 batang sekali merokok dengan frekuensi yang tidak tentu dalam satu
minggu. Biasanya pasien merokok saat sedang berkumpul dengan teman-temannya.
Setelah itu, pasien tidak pernah berhenti merokok sampai sekarang. Pemakaian rokok
terakhir adalah 1-2 bungkus per hari.
Pasien minum alkohol saat Sekolah Menengah Pertama sebanyak 1-2 botol yang
dikonsumsi bersama teman-temannya. Frekuensi minum alkohol tidak tentu dalam
seminggu. Jenis alkohol yang diminum berbagai macam, dari bir lokal sampai anggur
mahal dari diskotik. Pasien beberapa kali minum alkohol hingga mabuk namun
frekuensinya dalam sebulan tidak tentu.
Pasien menggunakan putaw pertama kali tahun 2005. Banyaknya putaw yang
dikonsumsi saat itu tidak diketahui karena pasien langsung mendapatkan bagiannya dari
temannya. Pasien menggunakan putaw hanya beberapa bulan kemudian menggantinya
dengan ganja dan shabu. Banyaknya ganja yang dikonsumsi saat itu sekitar 2-4 linting
sekali pakai bersama teman-temannya. Sedangkan shabu yang dikonsumsi sebanyak
g yang sampai beberapa hari SMRS dosisnya semakin bertambah.
3

Ketika pasien tidak bisa mengkonsumsi ganja atau shabu, pasien mengkonsumsi
tramadol tablet 50 mg sebanyak 10-15 butir per sekali minum, subutex tablet 8 mg.
Selain itu pasien juga mengonsumsi alprazolam 1 mg sebanyak 5 tablet. Frekuensi
konsumsi terhadap tramadol dan alprazolam dikatakan oleh pasien setiap hari.
Pasien pernah mendapatkan perawatan medis untuk masalah pemakaian tramadol
pada tahun 2010. Ada riwayat rehabilitasi untuk masalah ketergantungan zat yang
dialami pasien.
Pasien mengatakan bahwa hampir semua NAPZA yang pernah dicoba selalu
menimbulkan efek ketergantungan, rasa nagih, kesulitan menahan keinginan untuk
ngobat, dan pasien juga mengatakan bahwa ada peningkatan dosis bertahap pada
setiap kali konsumsi, terutama putaw dan shabu.
Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Perkembangan Prenatal dan Perinatal
Dari alloanamnesis dengan ibu, pasien dilahirkan secara normal pervaginam, usia
kehamilan cukup bulan, saat lahir pasien langsung menangis. Selama hamil, persalinan,
dan menyusui tidak ada gangguan yang terjadi pada ibu pasien.

2. Riwayat Perkembangan Kepribadian


a. Riwayat masa kanak-kanak (0-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal sesuai dengan anak seusianya.
Menurut ibu pasien, anaknya aktif, jarang rewel, dan saat pulang sekolah pasien
lebih sering bermain didalam rumah.
b. Riwayat masa kanak akhir dan remaja (12-18 tahun):
Menurut ibu pasien, pasien terlihat lebih pendiam dibandingkan saudaranya. Pasien
selalu mendapat apa yang ia inginkan. Pada masa inilah pasien mulai banyak teman
bergaul sehingga lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah. Pasien mulai
mengenal dan mengonsumsi rokok, putaw, dan minuman keras pada usia SMP.
Pasien juga sering ikut tawuran, dengan alasan ikut-ikutan dan rasa tertantang.
Keluarga di rumah merasa pasien menjadi lebih tertutup, sering marah-marah dan
mengamuk. Menurut keluarganya, perubahan sikap pada pasien ini mencerminkan
perilaku seorang pemakai obat-obatan terlarang.
c. Riwayat Pendidikan
Pasien sering bolos sekolah dan hanya hadir saat hendak mengikuti Ujian
Nasional.Pasien mengaku pernah dikeluarkan dan pindah sekolah 2 kali saat SMA,
karena ketahuan minum-minuman keras dan merokok di lingkungan sekolah.
3. Riwayat Pekerjaan
4

Pasien sempat memiliki warung internet (warnet) dan warung kopi sekitar tahun 2007
yang dikelola bersama dengan kakak kandungnya.Karena pasien sudah mulai
mengonsumsi narkoba sejak tahun 2005, usaha tersebut berangsur-angsur menurun dan
akhirnya tidak berjalan lagi.
4. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam, namun pasien mengatakan jarang sholat sejak kanak-kanak
dan tidak terlalu fasih membaca Alquran. Saat bulan puasa pasien mengaku puasanya
tidak penuh (selang-seling) dan sholatnya juga tidak lima waktu. Saat ada acara
keagamaan di keluarga besar pasien juga mengatakan tidak pernah datang.
5. Kehidupan Sosial dan Perkawinan
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga inti jarang ada masalah besar.Hanya
sesekali pasien merasa bahwa kakak tertuanya menuntut terlalu banyak, sehingga pasien
merasa tertekan.
Dari aloanamnesis dengan ibu pasien, dikatakan bahwa semenjak ayah pasien
meninggal, tugas dan tanggung jawab keluarga di pegang penuh oleh kakak kandung
tertua pasien, semenjak itulah pasien merasa bahwa kakaknya terlalu banyak menuntut
dan dirasa mengekang kebebasan pasien.Ibu pasien juga mengatakan ada perubahan
perilaku semenjak pasien mengonsumsi NAPZA dan obat-obatan, seperti suka mabukmabukan, pulang larut malam, sering berbohong, bahkan pernah memaksa untuk
memberi uang tanpa alasan yang jelas.
Pasien mengatakan belum menikah dan saat ini memiliki pacar, yang bekerja sebagai
pramugari. Pasien mengaku pernah melakukan hubungan seks dengan salah seorang
pasangannya.
Ketika ada masalah pasien mengaku lebih sering bercerita kepada teman-temannya,
dan dari teman-teman di pergaulannya yang memperkenalkan rokok, putaw, dan
minuman keras kepada pasien saatusia11 tahun.
Saat ini tidak ada permasalahan pada kehidupan sosial pasien. Hubungan pasien
dengan teman di lingkungan MPE baik.
6. Riwayat Keluarga(Skema pohon keluarga)

Ayah
Kandung (Alm)
Pasien

Ibu Kandung

5
Saudara Kandung

Pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara. Ayah pasien sudah meninggal.
Saat ini ibu pasien bekerja sebagai pegawai negeri pemerintah provinsi Makasar. Pasien
merasa tidak dekat dengan orangtuanya dan kurang diperhatikan. Pasien lebih banyak
menceritakan masalahnya dengan teman-temannya. Pasien cukup akur dengan saudara
kandungnya yang lain. Tidak ada riwayat gangguan jiwa dalam keluarga sebelumnya.

III.

STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien tampak sesuai dengan usianya. Perawakan berisi dan kulit sawo matang. Saat
diwawancara pasien berpakaian sederhana dengan kaos hitam dan celana pendek.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologis
b. Kesadaran psikiatrik

: Kompos mentis
: Tampak tidak terganggu

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


-

Sebelum wawancara: Pasien terlihat tenang dan aktif berbincang dengan teman-

teman.
Selama wawancara: Pasien duduk sedikit gelisah, aktif bercerita, kooperatif sambil

menghisap rokok.
Sesudah wawancara: Pasien langsung menghampiri teman-temannya.

4. Sikap terhadap Pemeriksa


Pasien bersikap kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara

: Pasien kooperatif dalam menjawab

semua pertanyaan, berbicara spontan, nada suaranya normal.


b. Gangguan Berbicara
: Tidak terdapat gangguan bicara.
B. Alam Perasaan (Emosi)
1. Suasana Perasaan (Mood): Euthyme
2. Afek Ekspresi Afektif
a. Arus
: Koheren
b. Stabilisasi
: Stabil
c. Kedalaman
: Dangkal
d. Skala diferensiasi
: Luas
e. Keserasian
: Serasi
6

f.
g.
h.
i.

Pengendalian Impuls : Cukup baik


Ekspresi
: Wajar
Dramatisasi
: Tidak ada
Empati
: Dapat dirasakan

C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
4. Derealisasi

:Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

D. Sensorium dan Kognitif (Fungsi Intelektual)


1. Taraf Pendidikan
: Tamat Sekolah Menengah Kejuruan, saat ini pasien tercatat
2.
3.
4.
5.

sebagai mahasiswa aktif semester 6 di STIMIK Makasar


Pengetahuan Umum
: Cukup
Kecerdasan
: Sesuai dengan tingkat pendidikan
Konsentrasi & Kalkulasi : Cukup baik
Orientasi
a. Waktu : Kurang baik (pasien tidak bisa menyebutkan umur orang tuanya, pasien

lupa tahun pemakaian dan peralihan NAPZA)


b. Tempat : Baik
c. Personal : Baik (pasien tahu sedang berbicara dengan pemeriksa)
6. Daya Ingat
a. Tingkat
Jangka panjang : Buruk (pasien tidak dapat menyebutkan umur orang tuanya,
tidak ingat kapan peralihan NAPZA, tidak ingat beberapa nama teman-teman

terdekat semasa SMA)


Jangka pendek : Cukup baik (pasien dapat mengingattayangan televisi yang

ditonton tadi pagi)


Segera
: Cukup baik (pasien dapat mengulangi apa yang disampaikan

oleh pemeriksa)
b. Gangguan
: Tidak ditemukan
7. Pikiran Abstraktif
: Baik
8. Visuospasial
: Baik
9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri

: Baik (pasien dapat melakukan aktivitas sehari-

hari)
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktifitas
: Baik, inkoherensi (-), flight of ideas (-)
b. Kontinuitas
: Baik, menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan
c. Hendaya Bahasa : Tidak ditemukan
2. Isi Pikir
a. Preokupasi dalam pikiran: Tidak ada
7

b. Waham : Tidak ada


c. Obsesi : Tidak ada
Fobia : Tidak ada
d. Gagasan rujukan
: Tidak ada
F. Gagasan pengaruh

: Tidak ada

G. Pengendalian Impuls : Baik, selama wawancara pasien dapat menilai orang dengan subjek
sekitar dengan baik
H. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial : Baik
2. Uji Daya Nilai
: Baik
3. Daya Nilai Realitas : Baik
I. Tilikan
Tilikan 5
J. Reliabilitas
Dapat dipercaya

IV.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Internus
1. Keadaan Umum
: Baik
2. Kesadaran
: Kompos mentis
3. Tensi
: 110 / 70 mmHg
4. Nadi
: 80 kali / menit
5. Suhu Badan
: 36,5C
6. Frekuensi Pernafasan
: 20 kali / menit
7. Sistem kardiovaskular, respiratorius, gastrointestinal, muskuloskeletal, urogenital: Tidak
dilakukan
8. Sistem Muskuloskeletal : Tidak dilakukan
9. Sistem Urogenital
: Tidak dilakukan
B. Status Neurologik
1. Saraf Kranial (I-XII)
2. Gejala Rangsang Meningeal
3. Mata
4. Pupil
5. Oftalmoskopi
6. Motorik
7. Sensibilitas
8. Sistem Saraf Vegetatif
9. Fungsi Luhur
10. Gangguan Khusus

V.

: Tidak dilakukan
: Tidak dilakukan
: CA-/-, SI-/: Isokor, diameter 3mm
: Tidak dilakukan
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
: Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
8

VI.

Pemeriksaan penunjang dilakukan pada tanggal 5 Februari 2016


HEMATOLOGI
LED
: 7 mm/jam (P<10, W<20)
Hemoglobin
: 15.1 g/dl (P 13,2-17,3 ; W 11,7-15,5)
Leukosit
: 9.200 sel/ul (P 3600-10.600; W 3600-11.000 )
Hematokrit
: 42 vol% (P 40-52; W 35-47)
Trombosit
: 370 ribu sel /ul (150-440)
Eritrosit
: 4.99 juta sel/ul (P 4,4-5,9; W 3,8-5,2)
HITUNG JENIS LEUKOSIT
Basofil
: 0% (0-1)
Eosinofil
: 1% (2-4)
Batang
: 3% (3-5)
Segmen
: 60% (50-70)
Limfosit
: 31% (25-40)
Monosit
: 5% (2-8)
KIMIA DARAH
Fungsi Hati
SGOT/AST
: 40 U/L (P<50 W<35)
SGPT/ALT
: 97 U/L (P<50 W<35)
Karbohidrat
Glukosa sewaktu: 88 mg/dl
(<180)
Drug test (dilakukan pada tanggal 6 Februari 2016 pk 18.50)
Benzodiazepine
: negatif
Cannabis
: negatif
Opiat
: negatif
Amphetamine
: negatif
Meth-Amphetamine
: negatif
MDMA
: negatif
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa pasien Tn. MHA, laki-laki, usia 21 tahun, suku Bugis, belum menikah,
profesi mahasiswa, dan bertempat tinggal di Makasar. Pasien dibawa oleh kakak kandungnya
ke RSKO dengan keluhan utama sering marah-marah hingga datang memberontak ke kantor
ibunya empat hari SMRS. Keluarga merasakan perubahan sikap dan perilaku pasien semenjak
beberapa tahun terakhir, yang diduga karena memakai obat-obatan terlarang. Selain itu, pasien
juga mudah terpancing emosi. Pasien pernah di rehabilitasi tiga kali di Makasar, namun tidak
terdapat perubahan sikap dan perilaku. Pasien suka mengancam akan bunuh diri jika tidak
diberi uang. Beberapa hari SMRS, pasien mengamuk minta uang di kantor sehingga ibunya
merasa resah dan malu.
Lima hari SMRS pasien mengkonsumsi shabu bersama temannya sebelum berangkat ke
Jakarta. Sehari setelah tiba di Jakarta, pasien merasakan sakit pada sekujur tubuh dan dibawa
ke RSKO oleh kakak kandungnya. Pasien diketahui pernah menggunakan rokok, alkohol,
putaw, ganja, shabu, tramadol, inex, alprazolam, dan suboxone. Zat yang teratur dipakai oleh
9

pasien adalah ganja, shabu, dan tramadol. Pasien menggunakan ganja, shabu, dan tramadol
semenjak tahun 2005, dan menjadi semakin aktif memakai setelah ayahnya meninggal.
Pemakaian zat terakhir adalah shabu dan tramadol, sekitar tiga hari SMRS.
Pasien mengatakan bahwa hampir semua NAPZA yang pernah dicoba selalu menimbulkan
efek ketergantungan, rasa nagih, kesulitan menahan keinginan untuk ngobat, dan pasien
juga mengatakan bahwa ada peningkatan dosis bertahap pada setiap kali konsumsi, terutama
putaw dan shabu.
Hasil pemeriksaan status mental didapatkan orientasi waktu yang kurang baik, daya ingat
jangka panjang menurun, tilikan berada pada derajat 5.
VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Susunan diagnostik ini berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna dengan urutan evaluasi
multiaksial, sebagai berikut:
A. Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan sebagai:
1.

Gangguan jiwa, karena dapat ditemukan adanya:


a. Hendaya dan distress, terutama pada fungsi keluarga, lingkungan sosial dan
pendidikan.
b. Ada gangguan memori yang menyebabkan pasien kesulitan mengingat, seperti
umur orang tua, beberapa nama teman-teman semasa sekolah.
c. Ada ledakan emosi yang tak stabil, berdasarkan aloanamnesis dengan ibu
pasien, dimana pasien menjadi sering marah-marah bila keinginannya tidak
dipenuhi.

2. Gangguan jiwa ini merupakan GMNO karena:


a. Tidak ada gangguan kesadaran dan neurologi
b. Tidak ditemukan penyakit organik yang diduga berkaitan dengan penggunaan
zat
B. Axis II
Diagnosis aksis II pada pasien ini adalah ciri kepribadian emosional tak stabil, yang kami
duga sebagai tipe impulsif, dimana terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak
secara impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan ketidakstabilan emosional. Misalnya dalam kasus ini yang kami temukan adalah pasien yang sering
10

marah-marah, memberontak, dan mengancam ingin bunuh diri jika keinginannya tidak
dipenuhi segera.
C. Axis III
Tidak terdapat gejala ekstrapiramidal dan terdapat riwayat kondisi medik umum (riwayat
rawat inap karena mengalami kecelakaan).
D. Axis IV
Masalah dengan lingkungan sosial: Pasien lebih sering menghabiskan waktu bersama
teman-temannya dibandingkan keluarga. Sering pula pasien merasakan adanya tekanan
dalam keluarga terutama dari kakak kandung pertama.
Masalah pendidikan : Pasien sering bolos sekolah dan sering ikut tawuran.
E. Axis V
Skala GAF 60-51 yaitu gejala sedang, disabilitaas sedang. Pada kasus ini, beberapa gejala
tampak oleh karena reaksi terhadap stress dari keluarga (semenjak kematian ayahnya,
pasien merasa seperti mendapat tekanan dari kakak pertama), dan pengaruh lingkungan
pertemanan.
VIII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I:
F10.2. Sindrom Ketergantungan
F 10. 21. Kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yang terlindung (seperti dalam
rumah sakit, komuniti terapeutik, lembaga pemasyarakatan, dll).
F 10.22. Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan atau dengan pengobatan
zat pengganti (ketergantungan terkendali) (misalnya dengan methadone, penggunaan
nicotine gum atau nicotine patch).

Aksis II: F 60.3. Gangguan kepribadian emosional tak stabil


Aksis III: tidak ditemukan diagnosis aksis
Aksis IV: Masalah berkaitan dengan keluarga, lingkungan sosial dan masalah pendidikan
Aksis V: GAF 60-51

IX.

PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

X.

DAFTAR PROBLEM
A. Organobiologik: Terdapat banyak bekas sayatan pada bagian dalam lengan kanan pasien.
B. Psikiatri
: Mood dan afek serasi, tilikan derajat 5
C. Psikososial
: Relasi dengan keluarga, pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman
pengguna NAPZA

XI.

TERAPI

11

Farmakoterapi:
- Suboxone tab 2x4mg (dosis perlahan diturunkan)
- Clozapin tab 1x25mg diberikan untuk efek sedasi dan mengatasi gejala kecemasan
Nonfarmakoterapi
1. Psikoedukasi mengenai:
- Adiksi zat kepada pasien dan orang tuanya. Informasi yang diberikan berupa terkait
dengan etiologi penyebab gangguan, faktor risiko mengalami gangguan, gejala yang
-

dialami, dampak dari gangguan, dan penatalaksaannya.


Rencana pengobatan terhadap pasien, baik psikofarmaka maupun non psikofarmaka.
Infomasikan secara rinci kepada orang tuanya, dan kepada pasien sesuaikan dengan
pemahamannya. Informasi yang diberikan berupa tujuan pengobatan, efek samping obat
yang dapat muncul dan penatalaksanaannya jika muncul, serta penatalaksaan jangka

panjang.
2. Psikoterapi suportif
3. Rehabilitasi

12

Anda mungkin juga menyukai