MASTOCYTOSIS
Oleh:
Nurul Siti Khodijah
11.2018.146
Pembimbing:
Dr. Antoni Miftah, Sp.KK
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Sel mast merupakan sel progenitor pluripoten yang dihasilkan dari sumsum
tulang berbentuk agranuler. Setelah berpindah ke jaringan, sel mast imatur
membentuk morfologi granular tipikal. KIT (c-kit) merupakan reseptor Tirosin
Kinase tipe III dari protoonkogen-c yang terletak pada kromosom 4q12, dan
memiliki fungsi penting dalam diferensiasi sel mast. Mutasi pada c-kit
memainkan peran penting pada beberapa bentuk mastositosis. Mutasi somatik
pada codon 816 c-kit menyebabkan substitusi asam amino dan aktivasi konstitutif
KIT dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan sel mast yang terus
menerus. Mutasi pada kodon ini sangat sering pada orang dewasa dengan
mastositosis. Pada aktivasi mutasi pada codon 560 memiliki karakteristik pada
beberapa pasien dewasa dengan mastocytosis. Sedangkan aktivasi mutasi c-kit
didapatkan pada anak-anak dengan mastocytosis.3
Lesi pada cutaneus mastocytosis memiliki ciri yang sangat khas dan dapat
dibedakan dengan gangguan kulit lain. Urtikaria pigmentosa dapat dibedakan
dengan lesi urtikaria dengan adanya tambahan lesi hiperpigmentasi. Terkadang
terdapat bulla pada anak dengan mastositosis. Oleh karena itu, diagnosa
bandingnya seperti impetigo bullosa, pemfigus bullosa, nekrolisis epidermal
toksik. Sedangkan pada mastositosis dewasa, dapat didiagnosa banding dengan
3
lentigo dan nevi melanositik atipikal. Mastositosis juga dapat didiagnosa pada
pasien tanpa lesi kutaneus dengan gejala pengeluaran mediator sel mast, seperti
pada ulkus peptikum, hepatomegali, splenomegali, limfadenopati, dan
abnormalitas pembuluh darah perifer. Pada pasien dewasa tanpa lesi kutaneus
dapat didiagnosa banding dengan feokromositoma.4,5
2.2. Epidemiologi
Insidensi mastositosis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Rata
rata sebagian besar terjadi pada anak-anak dengan 60-80% terjadi pada usia
pertama kehidupan. Mastositosis kongenital sangat jarang terjadi dengan
prevalensi sekitar 18-31% kasus pada anak-anak. Mastositosis dapat terjadi baik
pada laki-laki maupun perempuan, tidak ada kecenderungan pada salah satu jenis
kelamin, dan dapat dialami oleh semua ras. Sebagian besar pasien yang
mengalami mastositosis tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami hal
yang sama, namun terdapat kecenderungan untuk mengalami mastositosis apabila
seseorang tersebut adalah kembar identik.1,2
2.3. Klasifikasi 5
4
kasus dengan hanya kelainan pada kulit. Sedangkan SM merupakan kriteria yang
terbanyak dan tersering ditemukan pada dewasa, dimana beberapa pasien
memberikan gambaran dermatology hanya dengan satu lesi akan memberikan
berbagai variasi dan tergolong pada infiltrasi organ oleh sel mast.5
2.4. Etiologi
5
2.6. Penegak Diagnosa
Anamnesis
Tanda dan gejala pada mastocytosis dapat ditemukan keluhan seperti gatal
dan nyeri pada bagian abdomen, nausea, mual, muntah, serta diare, palpitsi,
pusing, bahkan pingsan. Keluhan seperti demam, keringat pada malam hari,
malaise, penurunan berat badan, nyeri tulang, nyeri ulu hati, serta masalah dengan
mental (gangguan kognitif) seringkali ditemukan pada mastocytosis systemic
(SM). 3
Pemeriksaan Fisis
6
Gambar 2. Mastositoma pada telapak kaki anak (1)
Gambar 3. Urtikaria pigmentosa pada orang dewasa dengan Indolent systemic mastocytosis.
A. Ratusan makula seperti lentigo terlihat pada punggung orang dewasa. Jika diusap dengan kuat
lesi ini akan menjadi urtikasi, pruritus yang eritem dan timbul. B. jarak dekat (1)
7
tertentu, seperti toluidine atau giemsa, antibody monoclonal yang mengenali
triptase sel mast atau CD117 (KIT). Penemuan metabolit dan mediator sel mast
dalam sirkulasi dapat memberikan bukti tidak langsung mastositosis dan
pengukurannya dapat berguna pada pasien tanpa lesi kutaneus.
Kriteria Mayor adalah adanya infiltrat tebal multifokal sel mast di sumsum
tulang dan organ ekstrakutan lainnya. Sedangkan Kriteria Minor terdiri dari:
1) Lebih dari 25% sel mast pada pewarnaan aspirasi sumsum tulang atau biopsi
jaringan berbentuk kumparan atau morfologi atipikal
2) Deteksi mutasi kodon 816 c-kit dalam darah, sumsum tulang atau jaringan
lesi
3) Sel mast di sumsum tulang, darah dan jaringan lesi lainnya memiliki CD25
atau CD2 dengan CD117
4) Nilai total triptase lebih dari 20ng/mL
8
2.8. Diagnosa Banding 5,6
1. Urticaria
2. Scabies Nodular
Lesi bulosa
1. Impetigo bulosa
2. Epidermolisis bulosa
3. Gigitan laba-laba/arthtropoda
1. Nevus Kongenital
2. Xanthogranuloma juvenile
3. Pseudolimfoma
2.9. Penatalaksanaan
Non Farmakologi
Penatalaksanaan yang umumnya dilakukan yaitu menghindari factor
pencetus yang dapat degranulasi sel mast, berdasarkan symptomatic, dan penting
untuk mendeteksi dini gangguan sistemik. Tetapi hingga saat ini, tidak ada
pengobatan mengenai mastocytosis, dan tidak dapat diprediksi untuk onset atau
komplikasi hematology atau riwayat keluarga.7
9
Farmakologi
1. Antihistamin
2. Kortikosteroid
3. Disodium cromolyn
4. Bisphosphonate
5. UV light irridation
6. Ephineprine
7. Leukotrine antagonis
2.10. Prognosa
10
BAB 5
KESIMPULAN
Insidensi mastositosis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Rata rata
sebagian besar terjadi pada anak-anak dengan 60-80% terjadi pada usia pertama
kehidupan. Mastositosis kongenital sangat jarang terjadi dengan prevalensi sekitar
18-31% kasus pada anak-anak. Mastositosis dapat terjadi baik pada laki-laki
maupun perempuan, tidak ada kecenderungan pada salah satu jenis kelamin, dan
dapat dialami oleh semua ras. Sebagian besar pasien yang mengalami mastositosis
tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami hal yang sama, namun terdapat
kecenderungan untuk mengalami mastositosis apabila seseorang tersebut adalah
kembar identik.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Tharp, M.D. Mastocytosis. In: Goldsmith L.A., Katz S.I., Gilchrest B.A.,
Paller A.S., Leffell D.J., Wolff K., editors. Fitzpatrick’s Dermatology In
General Medicine. 8th ed. New York: McGrawHill; 2012. p.1809-18
2. Burns, Tony. Breathnach, Stephen. Cox, Neil. Griffiths, Christospher, editors.
Mastocytosis. Rook’s Textbopok of Dermatology 8th ed. Volume 1. United
Kingdom; 2010. P22.30-22.36
3. James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Andrews’ Diseases of The Skin
Clinical Dermatology. 10th Ed. Canada: Elsevier; 2006. p. 605-8.
4. Helalat, M. Adult Onset Cutaneous Mastocytosis. A case report. Department
of Dermatology, King Hussein Medical Center. 2005; 12(2); 57-59
5. Sev’er A., Sibbald R.G., Arville, C.D. Thousand Faces of Mastocytosis:
Mistaken Medical Diagnoses, Patient Suffering & Gender Implications.
University of Toronto; 2009: 84-110
6. Bilgili, S.G., Karadag A.S., Takci Z., Calka O., Kosem M. Comparison of
cutaneous mastocytosis with onset in children and adults. Turkish Journal of
Medical Sciences. 2014:44; 504-10
7. Andersen, C.L, Kristensen, T.H, Severinsen, M.T, Moller, M.B. Systemic
mastocytosis – a systematic review. Danish Medical Jurnal. Dasn Med J 59/3
March 2014; p.1-6
12