OD Ulkus Kornea Ec
Bakterial
Disusun Oleh
Nurul Siti Khodijah
11.2018.146
Dosen Pembimbing
dr. Rossada Adiarti, Sp.M
1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN MATA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 58 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Bago Rt/Rw 02/02 Grobogan
Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2020
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis tanggal : 15 Januari 2020
Keluhan Utama : Mata kanan terasa merah dan nyeri 2 minggu SMRS
Keluhan Tambahan : Pandangan kabur , bercak putih di mata kanan, terasa ganjal dan
berair
Status Oftalmologis
Keterangan OD OS
1. VISUS
3. SUPERSILIA
6. KONJUNGTIVA BULBI
8. KORNEA
10. IRIS
11. PUPIL
Tensi Okuli N N
V.RESUME
Pasien perempuan usia 58 tahun dengan keluhan mata kanan merah dan terasa nyeri sejak 2
minggu SMRS. Pasien mengatakan awalnya mata pasien terkena sisir, lalu pasien mengucek-
ngucek matanya sehingga mata pasien merah, berair, serta nyeri, pasien sudah ke puskesmas dan
di beri obat tetes namun tidak ada perubahan. Beberapa hari kemudian mata semakin merah,
terdapat bercak putih, nyeri, gatal, silau jika melihat cahaya dan pengelihatan terasa semakin
kabur. 3 hari SMRS keluhan semakin memberat pasien menagatakan sulit membuka mata dan
teras pegal. Pasien tidak memilik riwayat alergi, DM, HT, operasi mata maupun trauma mata.
VIII. PENATALAKSANAAN
Medika Mentosa
Analsik 3x1tab
Giflox gtt/30menit
Thidim gtt/30menit
Gentamisin salep
Non- medikamentosa
FOLLOW UP
16 Februari 2020
S : Mata kanan terasa ganjel
O : tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, TTV dalam batas normal Mata :
konjungtiva hiperemis (+), flap konjungtiva (+)
A : OD post Konjungtival flap
P : Giflox gtt/30menit, Thidim gtt/30menit, Gentamicyn gtt/30menit,Inj Ceftriaxon
2x1g, Gentamisin 3x80mg, Ciprofloxacin 2x750mg, tutup kassa
17 Februari 2020
S: Mata kanan terasa ganjal
O: tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, TTV dalam batas normal
A: OD Post Flap Konjungtiva
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai
stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan
kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan
penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab kelainan
ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini terutama
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila terlambat
didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan
meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Insiden ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 juta per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa
kontak, dan kadang-kadang tidak diketahui penyebabnya.3
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam
tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan
ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar
0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan
kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi
sebesar
+ 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma
yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air
mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi
kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
III. DEFINISI
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.2,4
IV. EPIDEMIOLOGI
Spektrum Mikroba pathogen yang menjadi penyebab ulkus bervariasi pada
setiap populasi, namun beberapa penelitian di Asia melaporkan mikroba pathogen
yang menyebabkan keratitis bacterial adalah streptoccocus Pneumoniae. Pada
penelitian di india selatan,setengahnya disebabkan oleh jamur, yaitu Fusarium soo.
Penelitian yang dilakukan oleh Gonzales dan kawan-kawan melporkan insiden ulkus
kornea di Madurai India Selatan adalah 113 tiap 100.000 atau 10 kali lebih banyak
disbanding di Amerika Serikat. Diperkirakan 840.000 orang tiap tahunnya di India di
diagnosa ulkus kornea . Laporan dari laussane, Switzerland selama tahun1997 hingga
1998 menyebutkan factor risiko keratitis yaitu pemakaian lensa kontak, blefaritis,
trauma, xeropthalmia, keratopati, dan kelainan palpebral. Bakteri yang didapat berupa
Sthapylococcus epidermidis, Sthapylococcus aureus, Streptococcus pneumonia,
streptococcus sp, Pseudomonas, Moraxella, Serratia, Corynebacterium, dan
Haemophilus influenza.3
V. PATOFISIOLOGI
Kornea adalah jaringan yang avaskuler, hal ini menyebabkan pertahanan
pada waktu peradangan tak dapat segera datang seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Dengan adanya defek atau trauma pada kornea,
maka badan kornea, wandering cells, dan sel-sel lain yang terdapat pada stroma
kornea segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh
darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi di perikornea. Proses
selanjutnya adalah terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear, yang mengakibatkan timbulnya infiltrat yang tampak sebagai
bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas tak jelas dan permukaan tidak licin.
Kemudian dapat terjadi kerusakan epitel, infiltrasi, peradangan dan terjadilah ulkus
kornea. Ulkus kornea dapat menyebar ke permukaan atau masuk ke dalam stroma.
Kalau terjadi peradangan yang hebat, tetapi belum ada perforasi ulkus, maka toksin
dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar dengan melalui
membrana Descemet, endotel kornea dan akhirnya ke camera oculi anterior
(COA). Dengan demikian iris dan badan siliar meradang dan timbullah kekeruhan di
cairan COA disusul dengan terbentuknya hipopion (pus di dalam COA). Hipopion ini
steril, tidak mengandung kuman. Karena kornea pada ulkus menipis, tekanan intra
okuler dapat menonjol ke luar dan disebut keratektasi. Bila peradangan terus
mendalam, tetapi tidak mengenai membrana Descemet dapat timbul tonjolan pada
membrana tersebut yang disebut Descemetocele atau mata lalat. Bila peradangan
hanya di permukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh dengan tidak
meninggalakan sikatrik. Pada peradangan yang dalam penyembuhan berakhir dengan
terbentuknya sikatrik, yang dapat berbentuk nebula yaitu bercak seperti awan yang
hanya dapat dilihat di kamar gelap dengan cahaya buatan, makula yaitu bercak putih
yang tampak jelas di kamar terang, dan leukoma yaitu bercak putih seperti porselen
yang tampak dari jarak jauh. Bila ulkus lebih dalam lagi bisa mengakibatkan
terjadinya perforasi. Adanya perforasi membahayakan mata oleh karena timbul
hubungan langsung dari bagian dalam mata dengan dunia luar sehingga kuman dapat
masuk ke dalam mata dan menyebabkan timbulnya endoftalmitis, panoftalmitis dan
berakhir dengan ptisis bulbi. Dengan terjadinya perforasi cairan COA dapat mengalir
ke luar dan iris mengikuti gerakan ini ke depan sehingga iris melekat pada luka
kornea yang perforasi dan disebut sinekia anterior atau iris dapat menonjol ke luar
4
melalui lubang perforasi tersebut dan disebut iris prolaps yang menyumbat fistel
VI. ETIOLOGI 1,4,5,6
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis
yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat
khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,
dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,
variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga
biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah
yang tercemar.
b. Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat
destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali
antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida
dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak
epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel
yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan
lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas
dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin Adari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh
tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU
(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi
ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik
yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning- kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung
dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan
dakriosistitis.
Gambar 5.a Ulkus Kornea Dendritik Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi
dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.
Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita leukemia
akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren
terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori
yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan
autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh
permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral.
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.
Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid
Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
Gambar 9. Pewarnaan gram ulkus kornea fungi
Gambar 10 a.Pewarnaan gram ulkus kornea Gambar 10 b.Pewarnaan gram ulkus kornea
herpes simplex herpes zoster
Gambar 11. a Pewarnaan gram ulkus kornea bakteri Gambar 11. b Pewarnaan gram ulkus kornea
akantamoeba
X. PENATALAKSANAAN 4,6,7
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar
tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung
penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,
sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis,
dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok,
gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
Sulfas atropine sebagai salep atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
- Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
- Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
- Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga
mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi
midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru
Skopolamin sebagai midriatika.
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain
tetapi jangan sering-sering.
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan
juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1, 2,
5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti biotik
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi sekunder analgetik
bila terdapat indikasi. Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,
interferon inducer. Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena
dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik
terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan pada ulkus
yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti
ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma
adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
Gambar 7.Ulkus kornea perforasi, jaringan iris keluar dan menonjol, infiltrat pada kornea ditepi perforasi.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea yang
menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
2. Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
3. Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.
XI. PENCEGAHAN 7
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata
setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali
timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.
XII. KOMPLIKASI 7
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
XIII. PROGNOSIS 3,8
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea
bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan serta
timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan yang lama
mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan
penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian terapi
yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel epitel yang
dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus
superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang pertama, tetapi pada
ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblas dapat membentuk
jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
BAB III
ANALISA KASUS
Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan mata kanan merah
dan nyeri dirasakan setelah terkena sesuatu saat sedang bekerja, selain itu terdapat keluhan
mata merah, berair, pengelihatan kabur, muncul bercak putih, gatal. Dari anamnesis diatas
sesuai dengan gejala pada ulkus kornea, yaitu gejala subjektif: eritema pada kelopak mata dan
konjungtiva, sekret mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair,
bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri dan gejala Objektif yaitu: hilangnya
sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat, hipopion. Hal ini sesuai dengan teori yaitu
pada ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapat trauma yang merusak epitel kornea.
Pada kasus ini, pasien mengaku jika mata kanan pasien terasa perih dan merah setelah terkena
sisir saat menyisir rambut, lalu pasien mengucek-ucek matanya. Epitel kornea merupakan
sawar yang mudah bagi mikroorganisme masuk ke dalam kornea. Begitu terdapat cedera pada
kornea, stroma yang avaskular, dan membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai
organisme seperti bakteri, amuba, dan jamur. Menurunnya pengelihatan disebabkan karena
kornea merupakan jaras pengelihatan, nyeri yang dialami pasien terjadi karena kornea
memiliki banyak serabut nyerii, baik lesi dangkal ataupun dalam pada kornea menimbulkan
rasa sakit dan fotofobia. Selain itu fotofobia juga dapat terjadi akibat kontraksi iris yang
meradang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus menurun, pada konjungtiva didapatkan sekret, pada
kornea didapatkan keruh, ulkus,perdarahan subkonjungtiva pada coa keruh dan didapatkan
hipopion. Hal ini sesuai dengan teori pada ulkus kornea dimana pada ulkus didapatkan injeksi
konjungtiva, injeksi siliar, sekret, visus menurun, infiltrat tergantung pada jenis penyebabnya.
Pada penegakan diagnosa dapat dilakukan tes fluoresensi, uji placido, uji sidel, goresan kornea
sesuai dengan teori.Namun gambaran klinis tidak dapat digunakan dalam mencari etiologi
mikroorganisme penyebab terjadinya ulkus, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum
diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika. Pada kasus ini pasien memiliki lesi yang
menunjukan ke arah infeksi bakteri dimana terdapat ulkus berwarna abu-abu. Untuk itu,
diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui organisme yang mungkin ada.
Untuk penatalaksanaan pada ulkus kornea dapat diberikan antibiotik, antijamur, antiviral,
analgesik, sulfas atropin. Pada kasus ini diberikan antibiotik, analgesik dan karena diduga
ulkus kornea ec bakterial. Namun pemberian obat-obatan ini tidak menyelesaikan masalah.
Sehingga diputuskan untuk dilakukan terapi pembedahan yaitu Conjungtival Flap.
Prognosis ulkus kornea dipengaruhi oleh mekanisme terjadinya ulkus, tingkat keparahan, cepat
lambatnya diberi pertolongan dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus yang sudah luas
memerlukan waktu penyembuhan yang tidak sebentar, hal ini terjadi karena jaringan kornea
avaskular sehingga memerlukan waktu yang lama dalam beregenerasi. Semakin tinggi tingkat
keparahan dan lambatnya mendapat pertolongan dapat menimbulkan komplikasi dan prognosis
lebih buruk.
DAFTAR PUSTAKA