Anda di halaman 1dari 14

Mekanisme dan Pusat Pengaturan Refleks Saliva pada Sistem Pencernaan

Disusun oleh :

1. Thya Fitriani 102012398

2. Sigit Deswanto 102013258

3. Tresy Kalawa 102013276

4. Herlin Indah Bangalino 102014022

5. Aldesy Yustika Indriani 102014076

6. Louis Hendri 102014097

7. Hersi Khansa Alifah 102014164

8. Alexander Yosua Santoso 102014179

9. Nur Amira Amalina Mohammad Zulkifli 102014228

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

1
Abstrak

Sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan
ke dalam lingkungan internal tubuh. Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan. Saluran
cerna terbagi menjadi dua yaitu saluran cerna atas dan saluran cerna bawah. Saluran cerna atas
terdiri dari mulut, faring, esofagus, dan lambung. Secara mikroskopis ciri – ciri saluran cerna
atas dibedakan bedasarkan fungsinya sehingga terjadi perubahan epitel dari rongga mulut sampai
ke lambung. Organ – organ pencernaan tambahan salah satunya adalah kelenjar saliva. Saliva
diproduksi oleh galandula parotis, glandula submandibularis, glandula sublingualis. Sekresi liur
dapat ditingkatkan oleh dua jenis refleks liur, refleks liur sederhana dan terkondisi. Refleks liur
sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan di rongga mulut berespons terhadap
keberadaan makanan sedangkanpada refleks liur terkondisi atau didapat, saliva terjadi tanpa
stimulasi oral. Hanya berpikir, melihat, mencium, atau mendengar pembuatan makanan yang
lezat memicu saliva melalui refleks ini.

Kata kunci: saluran cerna atas, saliva, refleks saliva

Abstract

The digestive system is moving nutrients, water, and electrolytes from the food we ingest into the
body's internal environment. The digestive system consists of the digestive tract. Gastrointestinal
tract is divided into two upper gastrointestinal tract and lower gastrointestinal tract. Upper
gastrointestinal tract consists of the mouth, pharynx, esophagus, and stomach. Microscopic
characteristics - traits distinguished bedasarkan upper gastrointestinal function resulting in a
change epithelium of the oral cavity to the stomach. Organ - additional digestive organs one of
which is a salivary gland. Saliva is produced by galandula parotid, submandibular gland,
sublingual gland. The secretion of saliva can be enhanced by two types of reflex saliva, saliva is
simple and conditioned reflexes. Simple saliva reflex occurs when chemoreceptors and receptors
in the oral cavity press responds to the presence of food sedangkanpada conditioned reflex or
obtained saliva, saliva occurs without oral stimulation. Just think, see, smell, or hear of making
delicious food triggers saliva through this reflex.

Keywords: upper gastrointestinal tract, saliva, saliva reflex

2
Pendahuluan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air, dan elektrolit dari
makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang ditelan merupakan
sumber energi atau bahan bakar yang esensial. Bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk
menghasilkan ATP untuk melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi, misalnya
transpor aktif, kontraksi, sintesis, dan sekresi. Makanan juga merupakan sumber bahan baku
untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh. Tindakan makan tidak secara otomatis
menyebabkan molekul – molekul jadi yang ada di makanan tersedia bagi sel tubuh sebagai
sumber bahan bakar atau bahan baku. Makanan mula-mula harus dicerna, atau diuraikan secara
biokimia, menjadi molekul – molekul kecil sederhana yang dapat diserap dari saluran cerna
kedalam sistem sirkulasi untuk didistribusikan ke sel – sel.

Struktur Makroskopis

Rongga Mulut ( Cavum Oris)

Mulai dari rima oris dan berkahir di isthmus faucium. Selain merupakan permulaan
sistem pencernaan juga berfungsi sebagai rongga yang dilalui udara pernapasan dan juga penting
untuk pembentukan suara. Terbagi dalam vestibulum oris dan cavum oris proprium. Vestibulum
oris merupakan daerah diantara buccae di sebelah luar dan gigi geligi dengan processus
alveolarisnya di sebelah dalam. Buccae merupakan daerah diantara angulus oris sampai tepi
m.masseter sedangkan gigi geligi terletak pada processus alveolaris yang dilapisi oleh selaput
lender dan mendapat pendarahan dari cabang-cabang a.facialis rr.alveolaris superiors dan a.infra
orbitalis r.alveolaris superior anterior untuk gigi geligi atas dan a.alveolaris inferior cabang
a.facialis untuk gigi geligi bawah. Di sebelah depan dari rongga mulut ada labium (bibir) yang
saling berhubungan di sudut kanan dan kiri pada angulus oris. Selaput lender melapisi
vestibulum oris di sebelah dalam. Di garis tengah terdapat suatu lipatan yang menghubungkan
bibir dengan processus alveolaris dan dinamakan frenulum labii suprioris et inferioris.
Perdarahan oleh aa.labialis superiors et inferiors, cabang a.facialis dan a.temporalis superficialis.
Persarafan kulit wajah oleh cabang-cabang n.trigeminus V dan otot-otot wajah oleh cabang-
cabang n.facialis. Cavum oris proprium, batas-batasnya adalah disebelah anterior dan samping
terdapat arcus dentalis dengan processus alveolarisnya, di sebelah atas oleh palatum durum et

3
molle, sebelah bawah oleh diafragma oris, sebelah belakang oleh isthmus faucium dan isinya
lidah. Isthmus faucium adalah hubungan antara rongga mulut dan oropharynx. Bila mulut dibuka
akan tampak dua lengkung yaitu arcus palatoglossus di depan yang lebih ke lateral dan arcus
palatopharyngeus di belakang yang lebih ke medial. Diantara kedua arcus tersebut terdapat sinus
tonsillaris, di dalam mana terletak tonsilla palatine (amandel). Pendarahan oleh a.tonsillaris
cabang a.facialis dan dipersarafi oleh plexus tonsillaris yang terbentuk dari n.IX dan n.X.1

Lidah terutama terdiri atas otot-otot yang dibedakan menjadi otot ekstrinsik yang berfungsi
mengerakkan lidah dan otot intrinsik yang merubah bentuk lidah. Otot-otot ekstrinsik adalah
m.genioglossus, m.hyoglossus, m.styloglossus dan m.salatoglossus sedangkan otot-otot intrinsik
adalah m.verticalis, m.longitudinalis superior et inferior serta m.transversalis. Semua otot
ekstrinsik dan intrinsic (motorik) dipersarafi oleh n.hypoglossus kecuali m.palatoglossus yang
dipersarafi oleh n.glossopharyngeus. Sedangkan sensoriknya 2/3 anterior untuk sensible oleh
n.lingualis dan pengecap oleh chorda tympani (n.VII) dan bagian 1/3 posterior bagian sensibel
oleh n.IX dan X pengecap oleh n.IX. Kelenjar-kelenjar ludah pada mulut terbagi atas 3 yaitu:
glandula parotis, submandibularis dan glandula lingualis. Glandula sublingualis merupakan
saluran keluar paling kecil. Pada glandula submandibularis terdapat ductus whartoni dan pada
glandula parotis terdapat ductus parotidius stenonlanus (stensen) yang merupakan papilla
salivaria setinggi molar atas ke-2. Terdapat 4 otot pengunyah pada mulut yang melekatkan
mandibula pada basis crania yaitu m.masseter, m.temporalis, m.pterygoideus lateralis dan
m.pterygoideus medialis. Persarafan otot-otot ini oleh n.mandibularis (portio minor n.trigemini
V3).2

Oesophagus

Oesophagus berupa pipa yang berotot (panjangnya sekitar 25 cm) dan terbentang antara
faring dan gaster. Oesophagus mengikuti lengkungan columna vertebralis sewaktu melintas ke
kaudal lewat leher dan mediastinum posterius. Menembus diaphragma tepat sebelah kiri dari
bidang median. Oesophagus bermuara pada cardia ventriculi setinggi cartilago costalis VII di
sebelah kiri dan vertebra T10 atau T11. Bagian distal oesophagus dikelilingi plexus
oesophagealis, dalam abdomen tertutup oleh peritoneum pada bagian ventral dan lateralnya.
Bagian abdominal oesophagus yang pendek, memperoleh darah arterial melalui arteri gastrica
sinistra, cabang truncus coeliacus yang melintas kekiri, dan arteri phrenica inferior sinistra.

4
penyaluran balik darah venosa terjadi melalui vena gastrica sinistra ke dalam sistem pembuluh
balik portal, dan melalui vena azygos ke dalam sistem pembuluh balik sistemik. Limfe
disalurkan ke dalam nodi lymphoidei gastrici sinistri. Pembuluh limfe eferen dari nodi
lymphoidei gastrici sinistri terutama mengalir ke nodi lymphoide coeliaci. Persarafan
oesophagus berasal dari kedua truncus vagalis (rami gastrici anteriores dan rami gastrici
posteriores), kedua truncus sympaticus, nervus splanchnicus major dan nervus splanchnicus
minor, dan dari plexus saraf sekeliling arteria gastrica sinistra dan arteria phrenica inferior.2

Lambung (Gaster)

Gaster tertutup oleh peritoneum, kecuali pada lintasan pembuluh darah sepanjang
curvature gastrica dan pada daerah kecil di sebelah dorsal ostium cardiacum. Kedua lembar
omentum minus meluas, mengelilingi gaster dan melepaskan diri pada curvature gastrica major
sebagai omentum majus. Permukaan ventral gaster bersentuhan dengan diaphragma, lobus
hepatis sinister, dan dinding abdomen ventral. Palungan lambung (stomach bed), tempat rebah
gaster pada sikap telentang dibentuk oleh dinding dorsal bursa omentalis dan struktur yang
terdapat antara dinding tersebut dan dinding abdomen dorsal. Arteri – arteri gaster berasal dari
truncus coeliacus dan cabangnya, yaitu: (1) Arteria gastrica sinistra, berasal dari truncus
coeliacus dan melintas dalam omentum minus ke cardia, lalu membelok secara tajam untuk
mengikuti curvature gastrica minor dan beranastomosis dengan arteri gastrica dextra. (2) Arteri
gastrica dextra, mengikuti curvatura gastrica major untuk beranastomosis dengan arteria gastrica
sinistra. (3) Arteri gastroepiploica dextra, merupakan cabang arteri gastroduodenalis dan
melintas ke kiri sepanjang curvature gastric major, lalu mengadakan anastomosis dengan arteri
gastro-omentalis (epiploica) sinistra. (4) Arteri gastro-omentalis (epiploica) sinistra berasal dari
arteri splenica (lienalis) dan beranastomosis dengan arteri gastro-omentalis dextra. (5) Arteriae
gastricae breves, berasal dari ujung distal arteri splenica dan menuju ke fundus. Vena – vena
gaster mengikuti arteri – arteri yang sesuai dalam hal letak dan lintasan. Vena gastrica dextra dan
vena gastrica sinistra mencurahkan isinya ke dalam vena portae hepatis, dan venae gastricae
breves dan vena gastro-omentalis yang membawa isinya ke dalam vena splenica yang bersatu
dengan vena mesenterica superior untuk membentuk vena portae hepatis. Vena gastro-omentalis
dextra bermuara dalam vena mesenterica superior. Persarafan gaster parasimpatis bersal dari

5
truncus vagalis anterior dan truncus vagalis posterior serta cabangnya. Persarafan simpatis
berasal dari N. splanchnicus throcalis dan ganglion plexus celiacus.1,2

Struktur Mikroskopis

Mulut

Rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapis tanduk. Sel – sel
permukaanya mempunyai inti, dengan sedikit granul keratin di dalamnya. Pada bagian bibir
dapat diamati peralihan antara epitel tanpa lapisan tanduk menjadi epitel berlapis tanduk. Lamina
propria berpapil, serupa pada dermis kulit, dan menyatu dengan submukosa yang mengandung
kelenjar – kelenjar liur kecil secara difus. Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan
palatum mole, yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum, membran
mukosa melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka dengan
banyak kelenjar mukosa dalam submukosanya.3

Esofagus
Esofagus adalah suatu tabung muskular yang pendek yang mukosanya terdiri dari atas
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, jaringan ikat longgar di dalamnya adalah kelenjar
kardia di dalam lamina propia yang menghasilkan mukus esophagus dan serat otot polos yang
tersusun memanjang dari tunika muskularis mukosa. Tunika submukosa esofagus ini terdiri atas
jaringan ikat padat kolagen yang tidak beraturan dan di antaranya ada serat – serat elastin.
Tunika muskularis eksterna dari esofagus terdiri atas lapisan sirkular sebelah dalam dan lapisan
longitudinal sebelah luar. Kedua lapisan ini di sepertiga bagian atas adalah otot skelet, yang
terdapat disepertiga bagian tengah adalah otot skelet dan otot polos, sedangkan yang terdapat di
sepertiga bagian bawah adalah otot polos. Esofagus berfungsi menghantarkan bolus makanan
dari faring ke dalam lambung.4

Lambung (Gaster)

Lambung adalah organ endokrin – eksokrin campuran yang mencerna makanan dan
mensekresi hormon. Ia adalah bagian saluran cerna yang melebar, dengan fungsi utama
menambahkan cairan asam pada makanan yang masuk, mengubahnya melalui aktivitas otot
menjadi massa kental (khimus), dan melanjutkan proses pencernaan yang telah dimulai dalam

6
rongga mulut dengan menghasilkan enzim proteolitik pepsin. Ia juga membentuk lipase lambung
yang menguraikan trigliserida dengan bantuan lipase lingual. Pada pengamatan makroskopis
dapat dibedakan 4 daerah yaitu kardia, fundus, korpus dan pilorus. Bagian fundus dan korpus
memiliki struktur mikroskopik indentik, sehingga secara histologis hanya ada 3 daerah. Mukosa
dan submukosa lambung yang tidak diregangkan tampak berlipat – lipat memanjang yang
disebut rugae. Bila lambung sedang terisi makanan, maka lipatan ini akan merata.

 Kardia
Kardia adalah sabuk melingkar sempit selebar 1,5-3 cm pada peralihan anatara
esofagus dan lambung. Lamina propianya mengandung kelenjar kardia tubular simpleks
atau bercabang. Bagian terminal kelenjar ini banyak sekali bergelung dan sering dengan
lumen lebar. Hampir semua sel sekresi menghasilkan mukus dan lisozim, tetapi terlihat
beberapa sel parietal ( yang menghasilkan HCl).
 Fundus & Korpus
Lamina propria daerah ini terisi kelenjar lambung (fundus) tubular bercabang, 3-7
di antaranya bermuara pada dasar sumur lambung. Penyebaran sel – sel epitel pada
kelenjar lambung tidak merata. Bagian leher terdiri atas sel – sel prakembang dan sel
mukosa leher, sedangkan bagian dasar (atau badan) kelenjar mengandung sel parietal
(oksintik), sel zimogen (chief cell), dan sel enteroendokrin. (1) Sel induk : ditemukan
pada bagian leher namun hanya sedikit, berupa sel silindris rendah dengan inti lonjong
dekat basis sel. Hanya sedikit atau tidak ada granul mukosa di dalam sitoplasma. (2) Sel
mukosa leher berkelompok atau terdapat satu – satu di antara sel parietal di bagain leher
kelenjar lambung. Meskipun sel mukosa, mereka memiliki ciri morfologis dan histokimia
yang menyebabkan sekret mukosanya berbeda dari yang berasal dari sel mukosa epitel
permukaan. (3) Sel parietal (okstinsik) : terutama terdapat dalam belahan atas kelenjar
lambung, sel – sel parietal lebih jarang di bagian basal kelenjar. Mereka berupa sel bulat
atau berbentuk piramid, dengan satu inti bulat di pusat, dengan sitoplasma yang sangat
eosinofilik.
 Pilorus
Pilorus memiliki sumur – sumur lambung yang dalam, tempat bermuara kelenjar
– kelenjar pilorus tubular. Kelenjar ini serupa dengan kelenjar bagian kardia. Namun

7
pada bagian pilorus ditentukan sumur – sumur panjang dan kelenjar – kelenjar pendek
bergelung jadi kebalikan dari yang terdapat pada bagian kardia. Kelenjar ini
mengeluarkan mukus, dan cukup banyak enzim lisozim. Sel gastrin (yang melepaskan
gastrin) tersebar di antara sel – sel mukosa dari kelenjar pilorus. Gastrin yang
merangsang pengeluaran asam oleh sel parietal dari kelenjar lambung. Sel enteroendokrin
lain mengeluarkan somatostatin, yang menghambat penglepasan hormon lain termasuk
gastrin.4,5

Mekanisme Pencernaan

Mulut

Pintu masuk ke saluran pencernaan adalah melalui mulut atau rongga oral. Lubang
berbentuk bibir berotot yang membantu memperoleh, mengarahkan dan menampung makanan di
mulut. Langit-langit yang membentuk atap lengkung rongga mulut memisahkan mulut dari
saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan mengunyah atau mengisap
berlangsung bersamaan. Ke arah depan mulut, palatum terdiri dari tulang membentuk palatum
durum dan ke arah belakang mulut, palatum tidak memiliki tulang dan disebut palatum mole. Di
bagian belakang dekat tenggorokan, terdapat uvula yang berperan mentup saluran hidung ketika
kita menelan. Lidah berfungsi untuk memandu makanan di dalam mulut sewaktu kita
mengunyah dan menelan.

Mastikasi/mengunyah

Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah menguyah, motilitas mulut yang
melibatkan pengirisian, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan oleh gigi. Gigi
tertanam kuat di dan menonjol dari tulang rahang. Bagian gigi yang terlihat dilapisi oleh email,
struktur paling keras di tubuh. Email terbentuk sebelum gigi tumbuh, oleh sel – sel khusus yang
lenyap sewaktu gigi muncul. Gigi atas dan bawah biasanya pas satu sama lain ketika rahang
menutup. Oklusi ini memungkinkan makanan digiling dan dihancurkan di antara permukaan
gigi. Fungsi mengunyah adalah (1) untuk menggiling dan memecahkan makanan menjadi
potongan – potongan yang lebih kecil sehingga makanan mudah ditelan dan untuk meningkatkan
luas permukaan makanan yang akan terkena enzim, (2) untuk mencampur makanan dengan liur,
dan (3) untuk merangsang kuncup kecap. Tindakan mengunyah dapat volunteer, tetapi sebagian

8
besar mengunyah selama makan adalah refleks ritmik yang dihasilkan oleh pengaktifan otot
rangka rahang, bibir, pipi, dan lidah sebagai respons terhadap tekanan makanan pada jaringan
mulut. Otot pengunyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial kelima. Gerakan
mengunyah dapat dirangsang oleh: perangsangan formatio retikularis dekat pusat batang otak
untuk pengecapan dan perangsangan area di hipotalamus, amigdala, dan korteks serebri dekat
area sensoris untuk pengecapan dan penghidu.6

Saliva (liur)

Sekresi yang berkaitan dengan mulut, terutama dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar liur
utama yang terletak di luar rongga mulut yaitu glandula parotis, glandula submandibularis,
glandula lingualis, dan mengeluarkan liur melalui duktus pendek ke dalam mulut. Liur memulai
pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amylase liur, suatu enzim yang menguraikan
polisakarida menjadi maltose, liur juga mempermudah proses menelan dengan membasahi
partikel makanan sehingga partikel – partikel tersebut menyatu. Liur memiliki sifat antibakteri,
selain itu liur berfungsi dalam higiene mulut dengan membantu menjaga mulut dan gigi bersih,
dan bikarbonat menetralkan asam untuk membantu mencegah karies gigi. Secara rerata, sekitar 1
sampai 2 liter liur dikeluarkan setiap hari, berkisar dari laju basal spontan terus menerus sebesar
0,5 ml/mnt. Sekresi basal liur yang terus – menerus tanpa rangsangan yang jelas ditimbulkan
oleh stimulasi konstan tingkat rendah oleh ujung – ujung saraf parasimparis yang berakhir
dikelenjar liur. Sekresi basal ini penting untuk menjaga mulut dan tenggorakan selalu basah.
Selain sekresi terus menerus tingkat rendah ini, sekresi liur dapat ditingkatkan oleh dua jenis
refleks liur, refleks liur sederhana dan terkondisi.6,7

Refleks liur sederhana dan terkondisi

Refleks liur sederhana terjadi ketika kemoreseptor dan reseptor tekan di rongga mulut
berespons terhadap keberadaan makanan. Pada pengaktifan, reseptor – reseptor ini menghasilkan
impuls serat – serat saraf aferen yang membawa informasi kepusat liur, yang terletak di medulla
batang otak, seperti semua pusat otak yang mengontrol aktivitas pencernaan. Pusat liur,
selanjutnya mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar liur untuk
meningkatkan sekresi liur. Pada refleks liur terkondisi atau didapat, saliva terjadi tanpa stimulasi

9
oral. Hanya berpikir, melihat, mencium, atau mendengar pembuatan makanan yang lezat memicu
saliva melalui refleks ini. Semua orang pernah mengalami liur menetes ketika mengantisipasi
sesuatu yang lezat untuk dimakan. Ini dalah respons yang dipelajari berdasarkan pengalaman
sebelumnya. Sinyal yang berasal dari luar mulut dan secara mental dikaitkan dengan kenikmatan
makan bekerja melalui korteks serebri untuk merangsang pusat liur di medulla.

Pusat liur mengontrol derajat pengeluaran liur melalui saraf otonom yang menyarafi kelenjar
liur. Tidak seperti sistem saraf otonom di tempat lain di tubuh, respons simpatis dan parasimpatis
di kelenjar liur tidak antagonistik. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis meningkatkan
sekresi liur tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanismenya berbeda. Stimulasi parasimpatis,
yang memiliki efek dominan dalam sekresi liur, menghasilkan liur yang segera keluar, encer,
jumlahnya banyak, dan kaya enzim. Stimulasi simpatis sebaliknya, menghasilkan liur dengan
volume terbatas, kental, dan kaya mukus. Karena stimulasi simpatis menghasilkan lebih sedikit
liur maka mulut terasa lebih kering dari pada biasanya selama keadaan – keadaan dimana sistem
simpatis dominan, misalnya dalam situasi stress. Sekresi air liur satu – satunya sekresi
pencernaan yang seluruhnya berada dibawah kontrol saraf.6

Faring dan Oesophagus

Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esophagus adalah menelan atau deglutition.
Menelan dimulai ketika suatu bolus atau bola makanan secara sengaja di dorong oleh lidah ke
bagian belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di
faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medulla. Menelan dimulai
secara volunter tetapi setelah dimulai, proses tersebut tidak bisa dihentikan. Tahap menelan
dibagi atas dua macam yaitu tahap orofaring dan tahap esophagus. Tahap orofaring berlangsung
sekitar 1 detik dan berupa perpindahan bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke esophagus.
Saat masuk faring sewaktu menelan, bolus harus diarahkan di dalam esophagus dan dicegah
masuk ke saluran lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain makanan harus
dicegah untuk kembali ke mulut dengan cara selama menelan posisi lidah menekan langit-langit
keras, dicegah masuk ke hidung dengan cara uvula terangkat sehingga saluran hidung tertuur,
dan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi faring dan penutupan erat pita suara melintasi
lubang faring atau glottis. Karena saluran pernapasan tertutup sementara saat menelan,
pernapasan terhambat secara singkat sehingga individu tidak mencoba melakukan usaha yang

10
sia-sia untuk bernapas. Kontraksi otot-otot faring akan mendorong bolus ke dalam esophagus.
Esophagus dijaga kedua ujungnya oleh sfingter yang berbentuk cincin yang mencegah lewatnya
benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esophagus atas adalah sfingter faringoesophagus
dan sfingter esophagus bawah yaitu sfingter gastroesophagus. Sfingter faringoesophagus
menjaga pintu masuk esophagus agar tetap tertutup untuk mencegah masuknya sejumlah besar
udara ke esophagus dan lambung saat bernapas. Apabila sfingter ini tidak ada maka saluran
pencernaan akan menerima banyak gas yang dapat menyebabkan eructation atau bersendawa
yang berlebihan. Selama menelan sfingter tersebut berkontraksi sehingga sfingter terbuka dan
bolus dapat lewat ke dalam esophagus. Setelah bolus berada dalam esophagus, sfingter
faringoesopagus menutup, saluran pernapasan terbuka, dan bernapas dapat lembali dilakukan dan
tahap orofaring selesai.

Gelombang peristaltik mendorong makanan melewati esophagus. Terdapat gelombang peristaltik


primer yang berlangsung 5-9 detik dan dikontrol oleh pusat menelan melalui persarafan vagus.
Gelombang peristaltik primer terjadi jika bolus tidak besar, namun jika bolus besar atau lengket
saat tertelan, sehingga tidak dapat terdorong ke lambung oleh gelombang peristaltik primer
menimbulkan gelombang peristaltik sekunder yang diperantai oleh pleksus saraf intrinsic di
tempat peregangan. Gelombang ini tidak melibatkan pusat menelan dan saraf vagus. Sfingter
gastroesopagus mencegah refluks isi lambung sewaktu menelan untuk mempertahankan sawar
antara esophagus dan lambung sehingga mengurangi refluks isi lambung yang asam ke
esophagus. Di esophagus tidak ada pencernaan dan penyerapan makanan, namun ada sekresi
mukus.8

Lambung ( Gaster)

Motilitas lambung bersifat kompleks dan dikontrol oleh beberapa factor yaitu pengisian
lambung, penyimpanan lambung, pencampuran lambung dan pengosongan lambung. Pengisian
lambung: jika kosong, lambung memiliki volume sekitar 50 ml namun dapat mengembang
sampai mencapai sekitar 1 liter sehingga menimbulkan ketegangan pada dinding lambung dan
meningkatkan tekanan intralambung. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini
disebut relaksasi reseptif yang meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume
makanan tambahan dengan hanya sedikit mengalami peningkatan tekanan. Relaksasi reseptif
dipicu oleh tindakan makan dan diperantai oleh saraf vagus. Fungsi terpenting lambung adalah

11
menyimoan makanan yang masuk sampai makanan dapat disalurkan ke usus halus dengan
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan penyerapan yang optimal. Penyimpanan makanan
di lambung berlangsung di daerah korpus tempat kontraksi peristaltik yang sedemikian lemah
untuk mencampur makanan karena tipisnya lapisan otot. Pencampuran makanan berlangsung di
antrum yang berotot tebal akibat kontraksi peristaltik yang kuat. Pengosongan lambung
dipengaruhi oleh faktor-faktor di lambung maupun di duodenum. Peningkatan volume dan
fluiditas kimus (bolus yang sudah bercampur dengan secret lambung) dalam lambung cenderung
mempercepat pengosongan isi lambung. Factor duodenum yaitu faktor dominan yang
mengontrol pengosongan lambung, cenderung menunda pengosongan isi lambung sampai
duodenum siap untuk menerima dan mengolah kimus. Faktor-faktor spesifik di duodenum yang
menunda pengosongan lambung dengan menghambat aktivitas peristaltik lambung adalah lemak,
asam, hipertonisitas, dan peregangan.6

Pencernaan karbohidrat tidak terjadi di lambung tapi di inferior bolus makanan dengan adanya
amilase air liur. Pencernaan protein dimulai di antrum lambung tempat peristaltik yang kuat
mencampur aduk makanan dengan getah lambung. Campuran makanan dan getah lambung
tersebut berupa cairan kental yang disebut kimus. Sekresi lambung ke dalam lumen lambung
mencakup HCL yang mengaktifkan pepsinogen menyebabkan denaturasi protein dan mematikan
bakteri, pepsinogen yang jika telah diaktifkan memulai pencernaan protein, mucus yang
membentuk lapisan pelindung untuk membantu sawar mukosa lambung sehingga mampu
menampung isi lumennya yang keras tanpa ia sendiri ikut tercerna dan faktor intrinsic, yang
berperan dalam penyerapan vitamin B12, suatu konstituen esensial untuk membentuk sel darah
merah. Lambung juga mengeluarkan hormone gastrin ke dalam darah yang berperan dominan
dalam mengatur sekresi lambung. Histamine, suatu stimulan lambung yang kuat dan secara
normal tidak disekresikan, dilepaskan ke lambung sewaktu terjadi pembentukan ulkus.

Baik motilitas maupun sekresi lambung berada di bawah mekanisme kontrol yang kompleks
yang melibatkan tidak saja gastrin tetapi juga respon vagus dan saraf intrinsik serta hormon
enterogastron (sekretin, kolesistokinin, dan gastric inhibitory peptide) yang disekresikan oleh
mukosa usus halus. Di lambung tidak terjadi penyerapan zat gizi apapun, namun sudah terjadi
penyerapan alcohol dan aspirin.9

Peranan Enzim dalam Mekanisme Pencernaan

12
1. Mulut
Pada mulut selain terjadi pencernaan mekanik terjadi pula mekanisme pencernaan secara
kimiawi, yaitu dengan bercampurnya makanan yang telah dikunyah dengan air liur yang
mengandung amilase. Enzim ini berfungsi untuk mengubah amilum menjadi maltosa.
Selain itu enzim ini juga berfungsi unutk membunuh kuman yang masuk bersamaan
dengan makanan.
2. Lambung
Di dalam lambung makanana dari kerongkongna dicerna oleh dinding lambung. Pada
proses ini, lambung mengeluarkan getah lambung yang mengandung :
 Renin berguna untuk mengubah susu menjadi kasein
 Pepsin, berguna untuk mengubah protein menjadi pepton
 Asam (HCL) berguna membunuh kuman yang masuk bersaa dengan makanan dan
membantu melunakan makanan yang keras dalam lambung serta mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.6

Hormon Saluran Pencernaan

Di dalam mukosa bagian – bagian tertentu saluran cerna terdapat sel – sel kelenjar
endokrin yang, pada stimulasi yang sesuai, mengerluarkan hormon ke dalam darah. Tiga hormon
pencernaan yang utama adalah gastrin dari mukosa lambung serta sekretin dan kelosistekinin
(CCK) dari mukosa duodenum. Gastrin dibebaskan terutama sebagai respon terhadap adanya
produk protein di lambung, efeknya adalah meningkatkan pecernaan protein. Sekretin
dibebaskan terutama sebagai respon terhadap keberadaan asam di duodenum, dan efeknya adalah
menetralkan asam. Kolesistokinin terutama di bebaskan terhadap respons terhadap adanya
produk lemak di duodenum dan efeknya adalah mengoptimalkan kondisi untuk pencernaan
lemak. Hormone – hormone pencernaan ini diangkut oleh darah ke bagian alin saluran
pencernaan tempat hormone bekerja.6

Kesimpulan

Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar utama yang terletak di luar rongga mulut
yaitu glandula parotis, glandula submandibularis, glandula lingualis. Peningkatan sekresi saliva
dapat dilakukan melalui refleks saliva sederhana dan refleks saliva terkondisi. Refleks saliva

13
rekondisi kondisi saliva terjadi tanpa stimulasi oral jadi apabila hanya mencium bau makanan
yang enak dapat memicu peningkatan sekresi saliva.

Daftar pustaka

1. Snell R S. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2012.h.188-93.
2. Moore KL, Agur AMR. Anatomi Klinis dasar. Jakarta: Hipokrates;2002.
3. Geneser F. Atlas berwarna histology. Batam: Binarupa Aksara; 2007: h.98.
4. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Histologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2004:h.281.
5. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi ke-5. Batam: Binarupa aksaraa;
2007: h.98
6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta:EGC;2011.h.648-
57.
7. F7 Stevy B. Najoan, Billy J. Kepel, Dinar A. Wicaksono.Jurnal e-GiGi (eG), Volume 2,
Nomor 2, Juli-Desember 2014.
8. Ganong WF. Buku ajar fisiologi. Edisi ke-22. Jakarta: EGC; 2008.
9. Silvertborn DU. Fisiologi manusia. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai