Anda di halaman 1dari 5

REFERAT

Abses Peritonsil
Patofisiologi

Patologi abses peritonsil belum diketahui penyebab pastinya, namun dari banyak teori
yang diterima adalah kemajuan (progression) dari episode tonsillitis eksudatif pertama menjadi
peritonsilitis dan kemudian terjadi pembentukan abses yang sebenarnya. Abses peritonsil terjadi
di Ruang Potensial Peritonsil yang terletak diantara pilar anterior tonsil, pilar posterior tonsil,
tonsil palatina, dan m.superior pharyngeal constrictor. Abses peritonsil biasanya merupakan
komplikasi dari akut tonsilitis berulang atau yang tidak ditangani secara tepat sehingga infeksi
menyebar ke daerah sekitar tonsil (peritonsilar) dan juga Kelenjar Weber. Akibat dari
penyebaran tersebut, palatum mole terlihat membengkak.1
Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena
itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini, sehingga
tampak palatum mole membengkak. Abses peritonsil juga dapat terbentuk dibagian inferior
namun jarang. 2
Perjalanan penyakit ini dapat terbagi menjadi beberapa tahapan atau stadium. Pada
stadium awal (stadium infiltrat) palatum mole tampak pembengkakan dan hiperemis. Selanjutnya
akan terjadi supurasi yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi lunak. Pembengkakan dari
palatum mole juga menyebabkan uvula dan tonsil terdorong ke arah kontralateral.1
Peradangan yang terus terjadi juga dapat menginfeksi m.pterigoid interna sehingga
menimbulkan trismus.1
Jika Kelenjar Weber juga ikut terinfeksi, dapat terjadi selulitis. Infeksi yang terus
berlangsung dapat mengakibatkan nekrosis jaringan dan terbentuknya kumpulan pus atau abses
di Kelenjar Weber. Abses yang terbentuk dapat pecah secara spontan dan memungkinkan
terjadinya aspirasi ke paru.1

Gejala dan Tanda


Pasien umumnya datang dengan riwayat sakit tenggorokan dan demam selama 4-5 hari,
dengan gejala tambahan odinofagia (nyeri saat menelan), otalgia (nyeri telinga) unilateral pada
sisi yang sama dengan odiofagia, muntah, foetor ex ore (mulut berbau), hipersalivasi, “hot potato
voice” yaitu perubahan suara yang khas pada abses peritonsil, trismus (sulit membuka mulut),
serta pembengkakan kelenjar submandibula dengan nyeri tekan.3
Gambar 4. Abses Peritonsil

Diagnosis
Diagnosis utama abses peritonsilar adalah berdasarkan pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan palatum mole yang tampak membengkak, menonjol kedepan,
dan teraba fluktuasi. Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral. Pembengkakan ,
hiperemis, dan dislokasi dari tonsil ke arah media dan inferior, serta dapat juga ditemukan
adanya detritus pada tonsil.1
Pungsi dari abses dan insisi juga dapat dilakukan untuk konfirmasi dari diagnosis.1

Gambar 5. Drainase pada Abses Peritonsil


Tatalaksana
Tatalaksana stadium awal atau stadium infiltrasi diberikan antibiotik (penisilin atau
klindamisin), obat-obatan simptomatik, serta kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin
pada leher.1
Bila sudah ditemukan abses, dapat dilakukan pungsi kemudian insisi untuk mengeluarkan
nanah pada daerah abses. Tempat insisi ialah pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar
uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit.1

Gambar 6. Lokasi insisi pada daerah abses

Prosedur emergency tonsillectomy sebenarnya kurang dijadikan pilihan sebagai terapi


utama karena dibutuhkan anestesi secara general, dan kemungkinan terjadinya post-operative
hemorrhage. Namun demikian pada pasien yang sudah diterapi dengan drainase abses, resiko
terjadinya abses peritonsil yang berulang masih tinggi. Oleh karena itu dianjurkan untuk
dilakukan tonsilektomi 2-3 bulan setelah menderita abses peritonsil.4
Tonsilektomi yang dilakukan bersama-sama dengan tindakan drainase abses disebut
tonsilektomi a’chaud. Bila dilakukan 3-4 hari sesudah drainase abses disebut tonsilektomi
a’tiede. Bila dilakukan 4-6 minggu setela drainase abses disebut tonsilektomi a’froid.1
Pada umumnya tonsilektomi dilakukan 2-3 minggu setelah drainase abses, saat infeksi
sudah tenang.1
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada abses peritonsil adalah ; Abses yang pecah
secara spontan dan dapat mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, dan piemia (septikemia). 1
Dapat juga terjadi penjalaran infeksi dari Ruang Potensial Peritonsillar menuju Ruang Potensial
Retrofaringeal sehingga mengakibatkan infeksi pada mediastinum. 3 Selain itu, bila terjadi
penjalaran infeksi ke daerah intrakranial, dapat menyebabkan trombus sinus kavernosus,
meningitis, dan abses otak.1
Dapus
1. Fachruddin D. Abses leher dalam. Dalam: Iskandar M, Soepardi AE editor. Buku ajar
ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi ke 7. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.
2017:p. 202
2. Efiaty AS, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala, dan Leher. Edisi VII. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2017.
3. Raharjo SP. Penatalaksanaan Angina Ludwig. Jurnal Dexa Media. Januari-Maret 2014;
Vol.21.

4. Abshirini H, Alavi SM, Rekabi H, Ghazipur A, Shabab M. Predisposing factors for the
complications of deep neck infection. The Iranian J of otorhinolaryngol 2015;22 (60):
139-45.

Anda mungkin juga menyukai