Anda di halaman 1dari 4

Tugas CBD

Periode 29 Juni-1 Agustus 2020

Pembimbing : dr.Nino Widjayanto,SpS

Nama Mahasiswa : Nurul Siti Khodijah 112018146

1. Perbedaan cauda equine dan conus medularis?

• Sindroma konus medularis: Cedera pada regio torakolumbar dapat menyebabkan sel
saraf pada ujung medula spinalis rusak, menjalar ke serabut kortikospinal, dan radiks
dorsaliss lumbosakral disertai disfungsi upper motor neuron (UMN) dan lower motor
neuron (LMN).
• Sindrom kauda ekuina: Sindrom ini disebabkan akibat dislokasi tulang atau ekstrusi
diskus pada regio lumbal dan sakral, dengan radiks dorsalis kompresi lumbosakral
dibawah konus medularis. Pada umumnya terdapat disfungsi bowel dan bladder,
parestesi, dan paralisis.
2. Patella dan achiless dipersarafi oleh apa?
Patella dipersarafi oleh radix L3-L4 dan Achilles dipersarafi Radix L5-S1
3. System sensorik ada apa saja?
SENSASI KINESTETIK (Kinesthetic Sensitivity) :
 Merupakan sensibilitas proprioseptif
 Reception of body - parts position and movement
 Informasi tentang postur, posisi, lokasi, dan gerak tubuh yang didapat karena adanya
stimulasi mekanis terhadap persendian dan otot
 Proses fisiologi sensasi kinestetik : gerak sendi, dan otot sinyal diterima reseptor →
ganglion spinale → radiks posterior medulla spinalis → lalu naik sebagai funiculus
grasilis dan funiculus cuneatus → berakhir di nucleus Goll → berganti menjadi neuron
sensoris ke-2 → menyilang ke sisi lain medulla spinalis → menuju thalamus di otak →
berganti menjadi neuron sensoris ke-3 → menuju ke korteks somatosensorik di girus
postsentralis (lobus parietalis).
SENSASI TAKTIL (Cutaneous Sensitivity) :
 Merupakan sensibilitas eksteroseptif
 Kepekaan kulit terhadap sentuhan (rabaan), tekanan, suhu, dan nyeri
 Diaktifkan oleh stimulus mekanis atau stimulus thermal
 Proses fisiologi sensasi taktil : rasa nyeri, raba, tekan, suhu sinyal diterima reseptor →
dibawa ke ganglion spinale → melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla
spinalis → berganti menjadi neuron sensoris ke-2 → lalu menyilang ke sisi lain medulla
spinalis → membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus →
menuju thalamus di otak → berganti menjadi neuron sensoris ke-3 → menuju korteks
somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus parietalis).

SENSASI GABUNGAN (Combined Sensation)


 Perasaan tubuh yang mempunyai sifat diskriminatif dan tiga dimensi
 Melibatkan komponen kortikal (otak lobus parietal) untuk menganalisis dan mensintesis
tiap jenis perasaan
 Contoh sensasi gabungan :
 Rasa diskriminasi ; rasa ini melibatkan kemampuan taktil dari kulit, dan terdiri
dari : diskriminasi intensitas (kemampuan menilai kekuatan stimulus, seperti
tekanan benda ke permukaan kulit), dan diskriminasi spasial atau diskriminasi
dua titik (kemampuan membedakan lokasi atau titik asal rangsang).
 Barognosia ; kemampuan untuk mengenal berat benda yang dipegang.
 Stereognosia ; kemampuan untuk mengenal bentuk benda dengan meraba,
tanpa melihat.
 Topognosia (topostesia) ; kemampuan untuk melokalisasi tempat dari rasa raba.
 Grafestesia ; kemampuan untuk mengenal huruf atau angka yang ditulis pada
kulit, dengan mata tertutup.
4. Perbedaan inkontinensia dan retensi urine?
 Hiperrefleksi detrusor merupakan keadaan yang mendasari timbulnya frekuensi,
urgensi dan inkontinens sehingga kurang dapat menilai lokasi kerusakan
(localising value) karena hiperrefleksia detrusor dapat timbul baik akibat
kerusakan jaras dari suprapons maupun suprasakral. Pada penderita dengan lesi
neurologis antara pons dan medulla spinalis bagian sakral, (Disinergia detrusor-
sfingter) DDS dapat menimbulkan berbagai derajat retensi meskipun pada
umumnya hiperrefleksia detrusor yang lebih sering timbul.
 Retensi dapat juga timbul akibat gangguan kontraksi detrusor seperti pada lesi
LMN. Retensi juga dapat timbul akibat kegagalan untuk memulai refleks miksi
seperti pada lesi susunan saraf pusat. Meskipun hanya sedikit kasus dari lesi
frontal dapat menimbulkan retensi, lesi pada pons juga dapat menimbulkan
gejala serupa.
 Inkontenensia urine dapat timbul akibat hiperrefleksia detrusor pada lesi
suprapons dan suprasakral. sering dihubungkan dengan frekuensi dan bila jaras
sensorik masih utuh, akan timbul sensasi urgensi. Lesi LMN dihubungkan dengan
kelemahan sfingter yang dapat bermanifestasi sebagai stress inkontinens dan
ketidakmampuan dari kontraksi detrusor yang mengakibatkan retensi kronik
dengan overflow.
 Berdasarkan lokasinya penyebab secara garis besar,Neurogenic Bladder dibagi
menjadi tiga, antara lain:
 Lesi supra pons
 Lesi antara pusat miksi pons dan sakral medula spinalis
 Lesi Lower Motor Neuron (LMN)
5. Apa yang dimaksud sacral sparing?
Adanya fungsi motorik dan sensorik dibawah level trauma menunjukkan adanya cedera
inkomplit. Tanda-tanda cedera inkomplit meliputi adanya sensasi atau gerakan volunter
di ekstremitas bawah, sacral sparing (contoh : sensasi perianal), kontraksi sfinghter ani
volunter, dan fleksi ibu jari kaki volunter. Reflek sakral, seperti refleks bulbokavernosus
atau kerutan anus, tidak termasuk dalam sacral sparing.

Anda mungkin juga menyukai