BLOK NEUROPSIKIATRI
“GANGGUAN TIDUR”
KELOMPOK 2
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya, Aamiin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini, karena itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan guna
memacu kami menciptakan karya-karya yang lebih bagus.
Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini, terutama
kepada:
1. dr. Rachmat Faisal Syamsu, M.Kes selaku pembimbing tutorial kelompok kami
2. Teman-teman yang telah mendukung dan turut memberikan motivasi dalam
menyelesaikan laporan tutorial ini.
Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala
kebaikan dan pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya.Aamiin yaa Robbal
A’lamiin.
Kelompok 2
SKENARIO 2
Seorang wanita 31 tahun, ibu rumah tangga datang ke poliklinik dengan
keluhan susah tidur, selain itu ia juga mengeluh sesak napas, jantung
berdebardebar serta leher tegang. Ia juga mengkhawatirkan banyak hal walaupun
sudah berusaha mengontrolnya ini dialami sejak beberapa tahun terakhir.
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Wanita berusia 31 tahun
2. Keluhan susah tidur
3. Keluhan disertai sesak napas, jantung berdebar-debar, leher tegang
4. Mengkhawatirkan banyak hal sejak beberapa tahun lalu
PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan pasien mengalami kesulitan susah tidur?
2. Apa hubungan keluhan penyerta dengan keluhan susah tidur?
3. Bagaimana klasifikasi gangguan tidur?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya gangguan tidur?
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis yang harus dilakukan sesuai skenario?
6. Apa saja diagnosis banding yang terkait dengan skenario?
7. Bagaimana penatalaksanaan yang harus dilakukan sesuai dengan skenario?
8. Bagaimana perspektif islam yang terkait dengan skenario?
JAWABAN
B. Sistem Endokrin
4. Fisiologis Tidur
Kesadaran merujuk pada keadaan sadar tentang dunia luar dan diri sendiri,
termasuk mengetahi alam pikirannya sendiri yaitu, kesadaran pikiran, persepsi ,
mimpi dan sebagainya. Teori ‘global work space’ baha pengalaman kesadaran
bergantung pada otak yang berfungsi sebagai ‘’jaringan otak’’, yaitu kondisi
ketika beberapa kepingan informasi yang tak disadari yang diproses seacra lokal
pada waktu yang bersamaan sehingga disiarkan ke seluruh otak.6
Siklus bangun-tidur, serta berbagai tahapan tidur, disebabkan oleh
hubungan siklik tiga sistem saraf 6:
a. Sistem ketejagaan yang melibatkan RAS di batang otak, yang diperintah
oleh neuron-neuron khusus dihipothalamus. Kelompok neuron ini
menyekresikan neurotransmitter eksitatorik hipokretin (juga dikenal
sebagai oreksin). Neuron penyekresi hipokretin ini melepaskan muatan
secara autonom dan terus menerus serta menjaga kita tetap sadar dan
waspada dengan merangsang RAS.
b. Pusat tidur gelombang-lambat di hipotalamus yang mengandung sleep-on
neuron, yang menginduksi tidur gelombang lambat. Pada pusat pengaturan
tidur ini, sepertinya bekerja menginduksi tidur dengan cara menghambat
neuro yang mencetuskan kesadaran dengan melepaskan neurotransmitter
inhiborik GABA.
c. Pusat tidur paradoks di batang otak yang mengandung REM sleep on
neuron, yang mengubah ke tidur paradoksal.
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS
(Ascending Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang
tersebut dalam keadaan terjaga. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan
dalam keadaan tidur. Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas
neurotransmiter seperti sistem serotoninergik, noradrenergik, kholonergik,
histaminergik7.
Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah
serotonin yang terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan
mengantuk/tidur. Bila serotonin dari tryptopan terhambat
pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut
beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak
pada nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan
aktifitas serotonis dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di
badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada
lokus cereleus sangat mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur.
Obat-obatan yang mempengaruhi peningkatan aktifitas neuron
noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada tidur REM
dan peningkatan keadaan jaga.
Sistem Kholinergik
Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra
vena dapat mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik
ini, mengakibatkan aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga.
Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang berhubungan dengan
perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine)
yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka
tamapk gangguan pada fase awal dan penurunan REM.
Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur
Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa
hormone seperti ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-
masing disekresi secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui
hipotalamus pathway. Sistem ini secara teratur mempengaruhi pengeluaran
neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang bertugas mengatu
rmekanisme tidur dan bangun.
Tidur nornal memerlukan keadaan saling mempengaruhi dari beberapa
struktur otak, diantaranya 8:
1. Loci nucleus cereleus and sub cereleus (norepinephrin sebagai
neurotransmitternya) menyebabkan insomnia
2. Lesi pada Raphe nuclei atau anterior hipothalamus (serotonin),
menyebabkan transient insomnia
3. Lesi pada posterior hipothalamus menyebabkan narkolepsi
4. Eksitasi dari nukleus traktus solitarius menyebabkan kelelahan
5. nukleus Suprachiasmatik menyebabkan periode irreguler untuk menjadi
tidur dan kesulitan untuk bangun.
Gangguan tidur pada orang depresi dapat berasal dari fungsi abnormal
region
Anamnesis10
Data identitas
Keluhan utama dan masalah
Riwayat penyakit sekarang onset dan faktor presipitasi
Riwayat penyakit dahulu psikiatri, medis, riwayat penggunaan zat dan atau
alkohol
Riwayat pribadi (prenatal, masa kanak dini, pengahan dan akhir atau
remaja, masa dewasa, riwayat pekerjaan, perkawinan, pendidikan, agama,
aktivitas sosial, lingkungan tempat tinggal sekarang)
Riwayat seksual: pernah mengalami traumadimasa muda/tidak (seperti
diperkosa), pernah melihat kekerasan seksual yang dilakukan ayahnya
pada ibunya/tidak.
Teknik umum pemeriksaan psikiatri, yaitu:
Pemeriksaan Psikiatri10
Bicara:
Persepsi :
1) Halusinasi
Dapat berupa halusinasi auditorik, visual, gustatorik, taktil, olfaktorik,
kinestetik, viseral, hipnagonik, histerik dan formicatioon. Tanyakan
apakah pasien mendengar suara orang saat tidak ada orang disekitar,
apakah suara tersebut datang dari luar atau didalam kepala, apakah ada
halusinasi perintah dan apa reaksi pasien atas halusinasi tersebut.
2) Ilusi
Merupakan penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh terjadi.
3) Depersonalisasi
Adalah perasaan aneh tentang dirinya bahwa dirinya telah berubah dan
tidak seperti biasa lagi. Contohnya pengalaman diluar tubuh (out of body
experience) dan sesuatu dari bagian tubuhnya bukan lagi kepunyaannya.
4) Derealisasi
Adalah perasaan aneh tentang lingkungannya berubah dan tidak sesuai
kenyataan.
Proses Pikir:
1. Bentuk Pikiran
Cara bagaimana buah pikir terhubungkan. Pikiran normal adalah bertujuan dan
terangkai berurutan dengan hubungan yang logis.
2. Isi Pikiran
Dapat terjadi gangguan isi pikiran seperti waham, fobia, fantasi, obsesi,
suicidal thoughts, dan lain-lain.
A. Deskripsi Umum
- Penampilan
- Perilaku dan psikomotor
- Sikap terhadap pemeriksa
- Mood
- Afek
- Keserasian
C. Pembicaraan
D. Gangguan Persepsi
- Halusinasi Auditorik
- Halusinasi Visual
- Halusinasi Taktil
E. Pikiran
- Isi pikiran
- Taraf kesadaran
- Kemampuan Visuospasial
G.Pengendalian Impuls
- Penilaian Realita
- Tilikan
Pemeriksaan Penunjang11
Prosedur :
Pasien diberikan deksametason 1 mg per oral pada pukul 11 malam dan kadar
kortisol plasma diukur pada pukul 8 pagi, 4 sore, dan 11 malam. Kadar kortisol
plasma di atas 5 ug/dl (disebut nomupresi) dianggap abnormal (yaitu positif).
Supresi kortisol mengindikasikan bahwa sumbu hipotalamus-adrenal-hipofisis
bekerja dengan baik. Sejak tahun 1930an, disfungsi pada sumbu ini diketahui
berkaitan dengan stres. DST dapat digunakan untuk menindaklanjuti respons
pasien depresif terhadap pengobatan. Meski demikian, normalisasi DST bukan
merupakan indikasi untuk menghentikan pengobatan antidepresan karena DST
dapat menjadi normal sebelum depresi sembuh.
Reliabilitasi
Katekolamin
Bersihan kreatinin mendeteksi kerusakan ginjal secara dini dan dapat dipantau
secara serial untuk mengikuti perjalanan penyakit ginjal. Nitrogen urea darah
(BUN) juga meningkat pada penyakit ginjal dan diekskresi melalui ginjal; BUN
dan kreatinin serum dipantau pada pasien yang mengonsumsi litium (Eskalith).
Bila BUN atau kreatinin serum abnormal, dilakukan uji bersihan kreatinin 2-jam
dan, pada akhirnya, bersihan kreatinin 24-jam. Tabel 4-2 merangkum pemeriksaan
laboratorium lain untuk pasien yang mengonsumsi litium.
Kadar bilirubin direk dan bilirubin total meningkat pada cedera hepatoselular dan
stasis empedu intrahepatik, yang dapat terjadi pada pengobatan dengan fenotiazin
atau trisiklik serta pada penyaiahgunaan alkohol dan zat lain. Obat tertentu—
contohnya fenobarbital (Luminal)—dapat menurunkan konsentrasi bilirubin
serum. Penyakit atau kerusakan hati, yang tercermin dari temuan abnormal pada
uji fungsi hati (LFT) dapat bermanifestasi dengan tanda dan gejala gangguan
kognitif, termasuk disorientasi dan delirium. Gangguan fungsi hati dapat
meningkatkan waktu paruh eliminasi obat tertentu, termasuk beberapa jenis
benzodiazepin, sehingga obat tersebut dapat tinggal lebih lama dalam sistem
tubuh dibanding pada keadaan normal. LFT harus dipantau secara rutin bila
menggunakan obat tertentu, seperti karbamazepin (Tegretol) dan valproat
(Depakene).
Pemeriksaan Penunjang yang lainnya ialah MRI, CT-Scan dan tes MMPI
merupakan pemeriksaan penunjang tambahan.11
Definisi
Epidemiologi
Penatalaksanaan
Non Benzodiazepine
Antidepressan
- Trisiklik: amitriptilin
- Tetrasiklik: maprotiline
- SSRI:fluoxetine,sertraline, paroxetine, fluvoxamine, escitalopram
- SSRE: tianeptine
- SNRI: mirtazapine, duloxetine, venlafaxine
Beta Bloker
Prognosis
- Sulit diramalkan
- Mungkin berlangsung selama hidup (kronik)
- 25% pasien akan mengalami gangguan panik
- % tinggi penderita akan mempunyai / menderita gangguan depresi berat12
b. Gangguan depresi
Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari gangguan depresi mayor belum didefinisikan
secara jelas. Bukti saat ini menunjukkan interaksi kompleks antara ketersediaan
neurotransmitter dan regulasi reseptor dan sensitivitas yang mendasari gejala
afektif.
Epidemiologi
Depresi lebih sering terjadi pada wanita dan orang berusia 40-59 tahun.
Dengan pengobatan yang tepat, 70-80% individu dengan gangguan depresi
mayor dapat mencapai pengurangan gejala yang signifikan.14
Retardasi psikomotor
Meratakan atau kehilangan reaktivitas dalam mempengaruhi pasien
(yaitu, ekspresi emosional)
Agitasi psikomotor atau kegelisahan
Gangguan depresi mayor
Depresi mood: Untuk anak-anak dan remaja, ini juga bisa menjadi
suasana hati yang mudah tersinggung
Minat yang berkurang atau kehilangan kesenangan di hampir
semua kegiatan (anhedonia)
Perubahan berat badan yang signifikan atau gangguan nafsu makan:
Untuk anak-anak, ini bisa menjadi kegagalan untuk mencapai berat
badan yang diharapkan
Gangguan tidur (insomnia atau hypersomnia)
Agitasi psikomotor atau keterbelakangan
Kelelahan atau kehilangan energy
Perasaan tidak berharga
Kemampuan berpikir atau berkonsentrasi berkurang; keraguan
Pikiran berulang tentang kematian, ide bunuh diri berulang tanpa
rencana spesifik, atau upaya bunuh diri atau rencana khusus untuk
melakukan bunuh diri.
Tatalaksana
1. Farmakoterapi
Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan depresi termasuk yang
berikut:
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI)
Serotonin / norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI)
Antidepresan atipikal
Antidepresan trisiklik (TCA)
Penghambat monoamine oxidase (MAOIs)
2. Psikoterapi
Ada sejumlah perawatan psikoterapi berbasis bukti untuk orang dewasa
dengan gangguan depresi mayor. Berikut ini telah dianggap memiliki dukungan
penelitian yang kuat oleh Divisi 12 dari American Psychological Association:
Terapi Perilaku / Aktivasi Perilaku
Terapi Kognitif
Sistem Analisis Perilaku Kognitif Psikoterapi
Psikoterapi interpersonal (IPT)
Terapi pemecahan masalah (PST)
Terapi Self-Manajemen / Kontrol Diri
3. Terapi elektrokonvulsif
Terapi Electroconvulsive (ECT) adalah pengobatan yang sangat efektif
untuk depresi. Indikasi untuk ECT termasuk yang berikut:
Perlunya tanggapan antidepresan yang cepat
Kegagalan terapi obat
Sejarah tanggapan yang baik terhadap ECT
Preferensi pasien
Risiko tinggi untuk bunuh diri
Risiko tinggi morbiditas dan mortalitas medis
Diagnosis Banding
c. Insomnia
Definisi Insomnia
Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif
yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan
atau gangguan dalam fungsi individu. The International Classification of
Diseases mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai atau
mempertahankan tidur yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal
satu bulan. Menurut The International Classification of Sleep Disorders,
insomnia adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa
tidak nyaman setelah episode tidur tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala
kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk melakukannya.
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian
obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi dan
suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.18
Klasifikasi Insomnia
a. Insomnia Primer
Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia atau
susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang menderita
insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan tempat tidur
seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.
b. Insomnia Sekunder
Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya
kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan
dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari 10
orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan rasa nyeri
juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan biasanya
mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau susah tidur.
Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping dari obat-obatan
yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan obat-obatan yang
terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini dapat mempengaruhi 1-2
dari 10 orang yang menderita insomnia.
• Organik
• Non organik
- Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti mimpu
buruk, berjalan sambil tidur, dll)
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
d. Idiopathic insomnia
Etiologi Insomnia
• Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan
stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat penenang
yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih
dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah malam.
• 'Belajar' insomnia. Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan
tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh
tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika
mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka
tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau
membaca.19
Tanda dan Gejala Insomnia
• Gejala gastrointestinal
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
• Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak menyebabkan
diagnosis insomnia diabaikan.
Tatalaksana
1. Non Farmakoterapi
Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan
mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku
ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk
penderita insomnia.
- Teknik Relaksasi.
- Terapi kognitif.
Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran
yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau
dalam grup.
- Restriksi Tidur.
- Kontrol stimulus
Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk
beraktivitas.
2. Farmakologi
Prognosis
Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada
gangguan lain seperti depresi dan lain-lain. Lebih buruk jika gangguan ini
disertai skizophrenia.21
8. Perspektif Islam