Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
Tic adalah suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu
kelompok otot khas tertentu) yang tidak dibawah pengendalian, berlangsung
cepat, dan berulang-ulang, tidak berirama, ataupun suatu hasil vocal yang timbul
mendadak dan tidak ada tujuanya yang nyata. Tic jenis motorik dan jenis vokal
mungkin dapat dibagi dalam golongan yang sederhana dan yang kompleks,
sekalipun penggarisan batasanya kurang jelas.1
Gangguan tic terdiri dari lima kategori diagnosis yaitu sindrom tourette,
gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, gangguan tic
lainya dan gangguan tik yang tidak tergolongkan.2
Gangguan tic sementara atau gangguan tic kronik bergantung pada
lamanya gejala. Pada kasus gangguan tic sementara gejala yang ditimbulkan
kurang dari 12 bulan. Paling sering terjadi pada anak usia sekolah dan selalu tidak
membutuhkan tatalaksana yang spesifik.3
Diagnosis sindrom tourette ditemukan adanya beberapa gangguan tic
motorik dan paling sedikit satu gangguan tic vokal yang muncul pada saat yang
bersamaan atau muncul setelahnya. Tic motorik dan tik vokal tidak muncul pada
saat bersamaan tetapi terjadi setiap hari sampai paling sedikit lebih dari 1 tahun
untuk mendiagnosisnya. Onset sindrom tourette umumnya sebelum berusia 18
tahun, jarang terjadi pada masa dewasa. 3
Ciri khas terpenting yang membedakan tic dari gangguan motoric lainnya
adalah gerakan yang mendadak, cepat, sekejap dan terbatasnya gerakan, tanpa
bukti gangguan neurologis yang mendasari; sifatnya yang berulang ulang
biasanya terhenti saat tidur dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau
ditekan dengan kemauan. Kurang beriramanya tic itu yang membedakannya dari
gerakan yang stereotipik berulang yang tampak pada beberapa kasus autism dan
1

retardasi mental. Aktivitas motoric manneristik yang tampak pada gangguan ini
cenderung mencakup gerakan yang lebih rumit dan lebih bervariasi daripada
gejala tic. Gerakan obsesif kompulsif sering menyerupai tic yang kompleks
namun berbeda karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya (misalnya
menyentuh atau memutar benda secara berulang ulang) daripada oleh kelompok
otot yang terlibat. Walaupun demikian acap kali sulit juga untuk membedakannya1
Tic seringkali terjadi sebagai fenomena tunggal namun tidak jarang
disertai variasi gangguan emosional yang luas, khususnya fenomena obsesi dan
hipokondrik. Namun ada pula beberapa hambatan perkembangan khas disertai tic.
Tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara gangguan tic dengan berbagai
gangguan emosional dan gangguan emosional disertai tic. Diagnosisnya
mencerminkan gangguan utamanya1

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Tic
2.1.1 Definisi
Tic adalah gerakan motoric atau vokalisasi involunter, tiba tiba , rekuren,
tidak berirama dan berulang. Gangguan tik merupakan suatu gerakan motoric
(yang lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas tertentu) yng tidak di bawah
pengendalian, berlangsung cepat dan berulang ulang, tidak berirama ataupun suatu
hasil vocal yang timbul mendadak dan tidak memiliki tujuan yang nyata. Tik
biasanya dialami sebagai suatu gerakan yang tidak dapat dilawan, akan tetapi
dalam waktu tertentu masih bisa ditekan. 1,4
Gangguan tic terbagi menjadi tic simpel dan tic kompleks. Tic motorik
simpel muncul dengan durasi yang singkat dalam milidetik dan termasuk mata
berkedip-kedip, mengangkat bahu, meluruskan ekstremitas.9 Tic vokal simpel
termasuk mendehem, mencium bau, suara mendengkur yang sering disebabkan
oleh kontraksi diafragma dan otot orofaring. Tic motorik kompleks dalam durasi
yang lebih lama dalam detik dan sering termasuk kombinasi gangguan tic simpel
seperti menggerakan kepala secara bersamaan dengan mengangkat bahu. Tic
kompleks dapat muncul dengan berdandan, membaui benda, kebiasan menyentuh,
ekopraksia (meniru perlakuan yang diamati), kopropraksia ( meniru gaya yang
cabul), memukul diri sendiri dan meloncat. Tik vocal kompleks yang umum
meliputi mengulang kata ucapan sendiri (palalia) dan ekolalia (pengulangan kata
terakhir yang terdengar dari ucapan orang lain) 2,8
Gangguan tic yang paling sering ditemukan adalah yang mengenai wajah
dan kepala yang meliputi mengerutkan dahi, menaikkan alis mata, mengedipkan
kelopak mata, mengendutkan mulut, menyentakkan tangan, mencongakkan
kepala, memuntir leher, melihat kesamping dan memutar kepala.8,9 Pada lengan
dan tangan meliputi menyentakkan tangan atau lengan, menaikkan jari, meremas
tangan dan mencengkram telapak tangan. Mengenai tubuh dan anggota berak
3

bawah menggoyangkan kaki, lutut atau ibu jari. Mengenai system pernafasan
cegukan, menarik nafas panjang, menguap, menghirup ataupun meniup.4
Tic biasanya didahului oleh sensasi lokal atau ketidaknyamanan umum
yang hilang pasca munculnya tic tersebut. Gangguan tic dapat dihambat sebentar,
tetapi dapat meningkatkan penekanan gangguan itu. Penekanan ini adalah
karakteristik penting dalam membantu untuk membedakan gangguan tic dari
gangguan gerak lainnya seperti tremor, dystonia, chorea atau myoclonus. 4
Gangguan tic dapat dikurangi melalui konsentrasi dengan mengaktivasi
sirkuit frontostriatal. Gangguan tic dapat di eksaserbasi oleh stress dan rasa capek
atau lemah.4
2.1.2 Epidemiologi
Diperkirakan 4 sampai 12% dari seluruh anak menderita gangguan tic
selama masa perkembangan mereka1 . Gangguan tic umumnya terjadi pada masa
kanak tetapi kasus transien lebih sering

2,8

. Lebih dari 19% kasus tic terjadi pada

usia sekolah, dan anak-anak dengan gangguan tic dalam penelitian ini umumnya
tidak terdiagnosis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa 1 dari
100 orang mungkin pernah mengalami beberapa bentuk dari gangguan tic yang
biasa onsetnya terjadi sebelum masa pubertas1,5 Sekitar 3-4% menderita gangguan
tic kronik dan 1% menderita sindrom tourette. Prevalensi sindrom tourette 3-8 per
1000 usia anak sekolah. Laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan
dengan rasio bervariasi 2:1 sampai 4:1. Survei nasional di amerika serikat 3 dari
1000 kasus teridentifikasi. 2
Anak dan remaja beresiko 10 kali untuk menderita gangguan tic
dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan disebabkan tingginya remisi
spontan pada pasien muda. Laki-laki menderita 3-4 kali dibandingkan perempuan.
Faktor keluarga menjadi salah satu predisposisi gangguan tic .3
2.1.3 Etiologi
4

Meskipun penyebab primer dari gangguan tic belum bisa ditetapkan.


Banyak asumsi bahwa adanya interaksi genetik, neurobiologik, dan faktor
psikologik serta faktor lingkungan. Tidak teraturnya sirkuit kortiko-striatothalamiko-kortikal dengan penyimpangan dalam sistem dopaminergik dan
serotonergik diyakini bertanggung jawab untuk terjadinya tics. Tampaknya
aktivitas yang berlebihan dari sistem dopaminergik di ganglia basal menyebabkan
kekurangan penghambatan subkortikal dan gangguan kontrol gerakan otomatis,
yang kemudian secara klinis sebagai tic motorik atau vokal.3
Teknik pencitraan medis telah menentukan bahwa pada tingkat
neuroanatomi pasien dengan gangguan tic menunjukan pengurangan volume
ganglia basal serta corpus callosum, selanjutnya deviasi metabolisme glukosa di
ganglia basalis, prefrontal, dan korteks somatosensorik motorik, insula,dan lobus
temporal menjadi jelas. Terlepas dari overaktif dopaminergik, neurotransmitter
lain yang terlibat termasuk disfungsi serotonergik dan sistem noradrenergik.
Pengaruh lingkungan, stress psikososial, memodulasi keparahan gangguan tic.
pengalaman yang menyebabkan rasa takut trauma emosional, dan tekanan sosial
umumnya mengakibatkan eksaserbasi gangguan tic. 3

Faktor Genetik
Beberapa penelitian menunjukan bahwa genetik merupakan komponen
penting gangguan tic. Resiko relatif pada hubungan keluarga derajat pertama
sebesar 8,3% untuk sindrom tourette dan 16,3% untuk gangguah tic kronik. Tidak
ada gen yang diidentifikasi mengalami gangguan pada sindrom tourette. Tetapi
beberapa gen menunjukan hubungan yang signifikan.5

Berbagai faktor prenatal, perinatal dan postnatal dianggap kemungkinan


faktor yang meningkatkan risiko. Termasuk kelahiran prematur, hipoksia

perinatal, berat badan lahir rendah serta nikotin yang berlebihan dan konsumsi
kafein oleh ibu selama kehamilan. Pada gangguan tics jarang dapat berkembang
sebagai gejala sekunder dari tumor, keracunan, infeksi, trauma kepala atau
penyakit pembuluh darah.

Fakta bahwa gangguan tic vokal atau motorik kronis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi di keluarga yang sama memberikan dukungan pada
pandangan bahwa gangguan ini merupakan bagian dari spektrum yang ditentukan
secara genetik. Bukti ada beberapa keluarga menunjukkan bahwa gangguan
Tourette diturunkan dengan cara dominan autosom.5
Hingga setengah dari pasien gangguan Tourette juga mengalami gangguan
defisit-atensi/hiperaktivitas (ADHD). Hingga 40 persen pasien dengan gangguan
Tourette juga memiliki gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Di samping itu,
kerabat derajat pertama orang dengan gangguan Tourette memiliki risiko tinggi
untuk mengalami gangguan ini, gangguan tic vokal atau motorik kronis, dan
gangguan obsesif-kompulsif. Mengingat adanya gejala ADHD pada lebih dari
setengah pasien dengan gangguan Tourette, timbullah pertanyaan mengenai
hubungan genetik antara kedua gangguan ini.5
Faktor Neurokimia dan Neuroanatomis
Melalui pendekatan magnetic resonance imaging (MRI) dapat mengetahui
aktivitas otak saat dua detik sebelum dan sesudah terjadinya gangguan tic, kita
menemukan adanya hubungan area paralimbik dan sensorik. Selanjutnya bukti
yang mendukung bahwa penekanan tic melalui deaktivasi globus palidus dan
putamen, aktivasi parsial regio korteks prefrontal dan nukleus kaudatus. Secara
tidak langsung keterlibatan sistem dopamin 5
Bukti kuat adanya keterlibatan sistem dopamin di dalam gangguan tic
mencakup pengamatan bahwa agen farmakologis yang mengantagonisasi
dopamin-haloperidol (Haldol)- menekan tic dan bahwa agen yang meningkatkan

aktivitas dopaminergik sentral-amfetamin-cenderung memperburuk tic. Hubungan


tic dengan sistem dopamin tidak sederhana, karena pada beberapa kasus obat
antipsikotik, seperti haloperidol, tidak efektif di dalam mengurangi tic, dan efek
stimulan pada gangguan tic dilaporkan beragam. Pada beberapa kasus, gangguan
Tourette muncul selama terapi dengan obat antipsikotik.5
Opiat endogen dapat terlibat di dalam gangguan tic dan gangguan obsesifkompulsif. Beberapa bukti menunjukkan bahwa agen farmakologis yang
mengantagonis opiat endogen. Kelainan di dalam sistem nonadrenergik terkait di
dalam beberapa kasus melalui pengurangan tic dengan clonidine (Catapres).
Agonis adrenergik ini mengurangi pelepasan norepinefrin di sistem saraf pusat
(SSP) sehingga dapat mengurangi aktivitas di dalam sistem dopaminergik.
Kelainan di ganglia basalis menimbulkan berbagai gangguan gerakan, seperti
pada penyakit Huntington, dan gangguan ganglia basalis juga mungkin terjadi
pada gangguan Tourette, gangguan obsesif-kompulsif, dan ADHD.5
Faktor Imunologis dan Pasca infeksi
Proses autoimun akibat infeksi streptokokus diidentifikasi sebagai
mekanisme yang berpotensi menimbulkan gangguan Tourette. Proses ini dapat
bekerja secara sinergis dengan kerentanan genetik untuk gangguan ini. Sindrom
pascastreptokokus juga dikaitkan dengan satu faktor penyebab yang potensial di
dalam timbulnya OCD, yang terdapat pada hampir 40 persen orang dengan
ganggguan Tourette.5

2.1.4 Gejala Klinis

Gangguan tic terdiri dari lima kategori diagnosis yaitu sindrom tourette,
gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, gangguan tic
lainya dan gangguan tik yang tidak tergolongkan. Diagnosa untuk gangguan tic
didasarkan pada kehadiran tic motorik atau tic vokal (kriteria A), durasi gejala tic
(kriteria B), usia saat onset (kriteria C), dan tidak adanya kondisi medis atau
penggunaan substansi tertentu (kriteria D). Tingkat gangguan tic yaitu sindrom
tourette, gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, diikuti
gangguan tic lainya, gangguan tic yang tidak dapat digolongkan merupakan
diagnosa gangguan tic, diagnosa gangguan tic yang lebih renddah tidak dapat
dibuat.2
Minimum durasi 1 tahun (kriteria B) untuk mendiagnosa individu dengan
gangguan tic motorik atau vokal kronik atau sindrom tourette. Gangguan tic
derajatnya dapat berkurang atau bertambah, dan beberapa individu memiliki
periode bebas dari gangguan tic bermingu-minggu hingga berbulan-bulan,
seorang individu yang mengalami gangguan tic lebih dari 1 tahun sejak pertama
mulainya onset, dianggap persisten terlepas dari adanya periode bebas. Bagi
seseorang yang mengalami gangguan tic selama kurang dari 1 tahun sejak onset
pertama gejala muncul dapat dipertimbangkan sebagai gangguan tic sementara. 2
Timbulnya gangguan tic harus sebelum usia 18 tahun (kriteria C).7
Gangguan tic biasanya dimulai pada masa prapubertas, dengan usia rata-rata onset
4 dan 6 tahun, dengan insidens gangguan tic baru menurun pada masa remaja.
Baru timbulnya gejala gangguan tic pada masa dewasa adalah sangat jarang dan
sering dikaitkan dengan penggunaan obat misalnya penggunaan kokain yang
berlebihan, atau merupakan gangguan dari sistem saraf pusat seperti ensefalitis
postviral. Meskipun onset tic jarang pada remaja dan orang dewasa, tidak biasa
menyajikan penilaian diagnostik pada remaja dan dewasa, sehingga perlu
dievaluasi hati-hati, memberikan riwayat gejala pada masa kanak-kanak. Onset
baru dari pergerkan abnormal yang dicurigai diluar gangguan tic perlu dievaluasi
dari gangguan pergerakan lain atau etiologi spesifik. 2

Gejala tic tidak dapat disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu substansi
atau kondisi medis lain (kriteria D). Ketika ada bukti kuat dari riwayat
sebelumnya, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium untuk mencurigai adanya
kemungkinan gangguan tic, gangguan tic lainya, kriteria diagnostik sindrom
tourette meniadakan kemungkinan diagnosa gangguan tic motorik atau vokal
kronik (kriteria E). Demikian pula diagnosa gangguan tic motorik atau vokal
kronik dengan meniadakan diagnosa gangguan tic sementara, atau gangguan tic
lainya atau yang tidak tergolongkan. 2,7
Beberapa gangguan Tic yang dapat dialami oleh penderita adalah: 3

Bentuk umum Tic motorik dan vocal


Tic Motorik
Tik Vokal
Mata berkedip
Batuk
Mata berputar
Kliring tenggorokan
Meringis
Mendengus
Menyentakkan kepala
Bersiul
Bahu menyentak
Mendengkur
Sentakan dada dan pelvis
Suara binatang
Sentakan abdomen
Pengucapan berulang
Pergerakan pada tangan dan
kalimat

Pengucapan berulang kata


lengan
Pergerakan pada tungkai
Teriak
(Tabel 1. Diambil dari kepustakaan 3)

2.1.5 Penegakan Diagnostik


Dalam buku DSM edisi yang ke-5, gangguan TIC dapat diklasifikasikan menjadi:2
1. Gangguan Tic Sementara (F95.0)
Diagnosis dan gejala klinis:
A. Tik motoric dan atau tik vocal tunggal atau multiple
B. Gangguan tic telah ada selama kurang dari 1 tahun sejak onset
pertama tic
C. Onset ada sebelum usia 18 tahun

D. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat


(misalnya,kokain) atau kondisi medis lain (misalnya, penyakit
huntington, postviral ensefalitis)
E. Kriteria tidak pernah bertemu untuk gangguan tourette atau gangguan
tic motorik atau tic vokal kronik.
2. Gangguan Tic Motorik atau Vokal Kronik (F95.1)
Diagnose dan gambaran klinis;
A. Tic motorik atau tic vokal tunggal atau multipel telah ada selama sakit,
tetapi tidak ada keduanya tic motor dan tic vocal
B. Frekuensi gangguan tic mungkin dapat bertambah atau berkurang tetapi
persisten selama lebih dari 1 tahun sejak onset pertama.
C. Onset sebelum usia 18 tahun.
D. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
kokain) atau kondisi medis lainya (misalnya, penyakit huntington,
postviral ensefalitis)
E. Kriteria tidak pernah bertemu untuk gangguan tourette.
3. Gangguan Campuran Tic Motorik dan Vokal Multiple (Sindrom de la
Tourette) (F95.2)
Untuk membuat diagnosis gangguan Tourette, klinisi harus mengetahui
riwayat tik motoric multiple dan timbulnya sekurangnya satu tik vocal pada
suatu saat ganguan. Kriteria diagnostic untuk gangguan Tourette sebagai
berikut:
A. Tic motorik dan tic vokal tunggal atau multipel muncul bersamaan
selama sakit, meskipun tidak selalu bersamaan
B. Frekuensi gangguan tic mungkin dapat bertambah atau berkurang tetapi
persisten selama lebih dari 1 tahun sejak onset pertama.
C. Onset sebelum usia 18 tahun.
D. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya,
kokain) atau kondisi medis lainya (misalnya, penyakit huntington,
postviral ensefalitis)
4. Gangguan Tic lainnya (F95.8)
Kategori ini berlaku untuk gangguan tik dimana gejala khas dari gangguan tik
yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan social, pekerjaan
atau bidang penting lain tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk gangguan

10

tik atau salah satu gangguan dalam gangguan perkembangan saraf. Kategori
ini berlaku apabila klinisi mengkomunikasikan alasan spesifik dari gejala yang
ditunjukkan, misalnya gangguan tik yang muncul setelah usia 18 tahun.
5. Gangguan Tic YTT (F95.9)
Kategori ini berlaku untuk gangguan tik dimana gejala khas dari gangguan tik
yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan social, pekerjaan
atau bidang penting lain tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk gangguan
tik atau salah satu gangguan dalam gangguan perkembangan saraf. Kategori
ini berlaku apabila klinisi memilih untuk tidak menentukan alasan bahwa
kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan tik atau untuk gangguan
perkembangan saraf, serta kurangnya gejala yang ditunjukkan membuat
diagnosis yang lebih spesifik.
2.1.6 Komorbid
Banyak kondisi medis dan jiwa yang digambarkan sebagai komorbid
dengan gangguan tic, dengan ADHD dan obsesi kompulsif. 8 Gangguan obsesi
kompulsif diamati pada gangguan tic cenderung ditandail ebih agresif, simetris
dan respon yang buruk terhadap selektif serotonin reuptake inhibitor. Anak
dengan ADHD dapat menunjukan perilaku yang menganggu, sosial immatur, sulit
belajar,

dengan

perkembangan

akademik

dan

hubungan

interpersonal

mengakibatkan impairment lebih besar dibandingkan gangguan tic. Individu


dengan gangguan tic dapat mengalami gangguan gerak lainya dan gangguan
mental lainya sperti depresi, bipolar atau gangguan penggunaan zat.2
2.1.7 Penatalaksanaan
Psikoedukasi
Melibatkan memberikan informasi rinci yang relevan kepada individu,
dalam kasus orang muda biasanya akan melibatkan orang tua dan guru. Informasi
yang diberikan harus mengenai gangguanya saja, investigasi dan pilihan
pengobatan. Informasi yang sering digunakan guru memungkinkan anak duduk
11

ujian sendiri atau diizinkan meninggalkan kelas untuk waktu singkay untuk
mengurangi dorongan melepaskan tic. Dalam kasus ringan dapat dipertimbangkan
remisi spontan, sehingga psikoedukasi adalah yang dibutuhkan. Untuk alasan ini
masuk akal untuk melihat dan menunggu,menjaga mata,pengawasan ketat pada
kekambuhan atau gangguan komorbid.3
Psikoterapi
Metode perilaku kognitif adalah psikoterapi yang paling efektif. Perawatan
ini harus dikelolah oleh profesional terlatih dalam gangguan ini, meliputi : 3,10
Untuk pasien yng termotifasi dan berwawasan, pelatihan kebiasaan
reversal terbukti efektif. Pelatihan terdiri dari satu set teknik dimaksudkan untuk
membantu pasien menyadari tic yang akan datang dan berlatih menghambat
gangguan tic itu. Teknik meliputi pelatihan relaksasi, manejemen kontingensi dan
pelatihan umum. Metode ini seperti : 3
Deskripsi respon (pasien belajar menggambarkan topografi dari gangguan
tic mereka dan mengembangkan secara rinci, biasanya ditulis deskripsi setiap tic).
Deteksi respon (pasien menerima umpan balik mengenai terjadinya tic sampai
mereka dapat mendeteksi sasaran perilaku tanpa bantuan). Prosedur peringatan
dini (pasien berlatih mengidentifikasi tanda-tanda awal gangguan tic seperti
dorongan

tertentu,

sensasi

atau

pikiran).

Kesadaran

situasi

(pasien

menggambarkan orang atau situasi dimana tic umumnya terjadi) termasuk dalam
pelatihan. Bersaing pelatihan tanggap melibatkan pembelajaran pasien untuk
sengaja melakukan tic untuk satu sampai tiga menit atau sampai mendesak
gangguan tic hilang. Paparan dan respon pencegahan didasarkan pada hubungan
penanda yang diikuti oleh tic motorik atau vokal menghasilkan sensasi dorongan.
Tujuanya adalah untuk memecah asosiasi antara dorongan dan gangguan tic yang
dihasilkan yang menurut teori dapat diperkuat dari waktu ke waktu. Pasien akan
belajar untuk bertahan dari dorongan untuk munculnya tic. Pasien juga didorong
untuk memonitor gejala dengan merekam gejala dan situasi dimana tic terjadi

12

selama periode tertentu untuk memastikan kapan dan dimana gangguan tic yang
paling sering. 3
Praktek berkumpul melibatkan kesengajaan dan berulang kali bertindak
agar gangguan tic muncul dengan usaha dan jalur yang lebih cepat melalui
periode yanglebih singkat. Efektivitas jangka panjang ini tampaknya terbatas tapi
dapat membantu pasien jika mereka akan memasuki situasi yang memerlukan
penampilan bebas dari gangguan tic seperti pergi nonton bioskop. 3
Pelatihan relaksasi diartikan untuk membantu mengurangi gangguan tic
karena intensitas ticsering meningkat pada saat stres dan cemas. Pelatihan
relaksasi termasuk relaksasi otot progresif, pelatihan autogenik atau pelatihan
pernapasan dan sebagian besar digunakan sebagai salah satu bagian dari rencana
multi pengobatan. Dalam hal efektivitas ditemukan bahwa gangguan tic berkurang
32% dengan pelatihan relaksasi, oleh pelatihan kebiasaan reversal 55% dan
sebesar 44% dengan teknik pemantauan diri. 3
Manajemen kontingensi, sebagai bagian dari multimodal berusaha positif
memperkuat periode bebas tic melalui pujian, demonstrasi kasih sayang dan
mengabaikan gangguan tic. Menurut teori ini menghasilkan berkurangnya
perilaku gangguan tic karena metofe ini biasanya dimasukkan di paket perawatan
multikomponen, dimana sulit menilai teknik spesifik3
Kadang kehadiran gangguan tic pada anak dapat mengakibatkan masalah
yang signifikan diantara anggota keluarga. Dalam keluarga tersebut terapi harus
direkomendasikan. 3
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi dianjurkan ketika ganguan tic mengakibatkan
ketidaknyamanan subyektif yang signifikan seperti nyeri otot atau cedera fisik,
masalah sosial seperti bullying atau isolasi, masalah emosional, atau hambatan
fungsi sosial yang signifikan, biasanya dalam kinerja akademik. Tujuanya adalah
13

untuk mencapai keseimbangan terbaik antara manfaat maksimal dan efek samping
minimal. Hal ini tidak diharapkan bahwa gangguan tic akan hilang sepenuhnya
dengan obat-obatan, tetapi gejala yang timbul diringankan. 3
Sebelum memulai pengobatan farmakologis, pemeriksaan berikut perlu
dilakukan

seperti

pemeriksaan

darah,

fungsi

hati,

kadar

prolaktin,

Elektrokardiografi, Elektroencefalografi, serta pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


neurologis untuk menetapkan kontraindikasi seperti sindrom QT panjang,
penyakit fisik lainya atau kontraindikasi potensi penggunaan obat. Selain itu
penting untuk menilai apakah gangguan tic atau gangguan komorbid lain
menyebabkan hendaya yang besar, untuk menentukan yang mana gangguan yang
pertama diobati. Misalnya, merawat komorbiditas ADHD mengakibatkan
meningkatkan kemampuan untuk menekan gangguan tic tanpa harus mengobati
secara khusus gangguan ticnya, sebaliknya obat psikostimulan mungkin jarang
memperburuk ganggguan tic. 3
Haloperidol adalah salah satu pengobatan gangguan tic di Eropa.
Haloperidol memiliki efek antidopaminergik kuat yang dapat mengurangi
gangguan tic hingga 80%. Efek samping seperti gejala ekstrapiramidalis terjadi
cukup sering yang membuat haloperidol tidak menjadi pilihan pertama.3
Mulai dosis haloperidol dan pimozide 0,25-0,5 mg/hari dan 0,5-1 mg/hari,
dengan perawatan biasa berkisar antara 1-4 mg/hari dan 2-8 mg/hari. Modulator
dopamin memiliki efek penting tetapi memiliki efek samping seperti peningkatan
berat badan, sedasi, cemas, takikardi dan prolong QT, gejala ekstrapiramidal.
Dengan pimozide yang dapat memperpanjang interval QT perlu diberikan
dengan hati-hati dan penggunaan sering 3A4 inhibitor adalah kontraindikasi.
Karena dianggap memiliki efek samping yang rendah maka neuroleptik atipikal
seperti risperidone (0,5-4 mg) atau olanzapine (2,5 mg-10 mg) lebih dianjurkan.4

14

Risperidone adalah agen antipsikotik generasi kedua dengan afinitas tinggi


pada reseptor D2 dan 5-HT2. Efek yang ditimbulkan mirip Haloperidol tetapi
dengan profil efek samping yang lebih mengunutungkan. 3
Resiko sindrom tardiv pada sindrom tourette tidak diketahui, sehingga
agen ini harus diberikanpada dosis serendah mungkin dan diupayakan diturunkan
dosisnya. Antipsikosis atipikal terkait dengan sindrom metabolik meliputi
obesitas, resistensi insulin, hipertensi, rendahnya HDL dan tingginya kadar
trigliserida.4
Tiapride adalah antagonis reseptor selektif D2 yang menunjukan hampir
tidak ada tindakan antipsikotik. Ini memiliki profil efek samping yang baik dan
ditoleransi dengan baik beberapa gejala ekstrapiramidal. Efek samping paling
sering adalah mengantuk, efek samping moderat hiperprolaktinemia sementara
dan penambahan berat badan.Tidak ada bukti bahwa berefek negatif pada
perkembangan kognitif anak. Tiapride saat ini menjadi pilihan pertama dalam
pengobatan sindrom tourette di Jerman.3
Aripiprazole telah menunjukan efek menjanjikan, khusus pada pasien yang
tidak berespon dengan obat lain atau tidak ditoleransi dengan baik oleh obat lain.
Aripiprazole memiliki afinitas tinggi reseptor D2 tetapi berbeda dengan
antipsikotik generasi kedua lainya, Aripiprazole juga merupakan antagonis parsial
reseptor 5HT2A. Profil obat ini memberikan harapan bahwa mungkin lebih baik
daripada obat lain.Hal ini juga memiliki keuntungan berat badan yang naik hanya
sedikit. Efek mual dan sedasi paling sering dilaporkan. 3
Meskipun bukti uji klinis terbaik masih antipsikotik tipikal haloperidol
dan pimozide, di Eropa praktek linis secara bertahap

diganti dengan obat

antipsikotik atipikal terutama risperidone. Di Jerman tiapride dianggap sebagai


obat pilihan pertama untuk gangguan tic pada anak dan remaja. Meskipun bukti
relatif terbatas, tiapride serta sulpirid direkomendasikan untuk pengobatan

15

gangguan tic karena keseimbangan, efikasi, dan tolerabilitas. Aripiprazole


menunjukan keberhasilan pada kasus-kasus refrakter. 3
Apabila ada komorbid gangguan jiwa dan sindrom tourette, harus selalu
dipastikan kondisi mana yang menyebabkan perburukan yang lebih besar.
Mengobati satu gangguan biasanya memberikan efek positif pada gangguan lainya
dan membuat perawatan spesifik lainya tidak perlu. 3
Jika ADHD komirbiditas dengan gangguan tic maka dapat diobati dengan
psikostimulan seperti methylphedinat. Banyak perdebatan mengenai apakah
pemberian psikostimulan dapat memicu, memperburuk gangguan tic. Studi
terbaru menunjukkan bahwa dalam kebanyakan kasus psikostimulan tidak
menyebabkan eksaserbasi gangguan tic.Mengobati pasien dengan atomoxetine
atau klonidin pada sindrom tourette terbukti efektif selama sindrom ini dala
derajat ringan sampai sedang. Dua obat ini mengurangi gejala ADHD dan hanya
memiliki efek marginal pada gangguan tic. sehingga perlu dipertimbangkan
penambahan risperidone. Sebagai alternatif gejala ADHD dapat diobati dengan
methylphedinat yang dikombinasi dengan risperidone jika perlu. 3
Dalam kasus depresi ringan sampai sedang atau gejala cemas komorbid
dengan sindrom tourette, terapi farmakologi hanya dengan sulprid dapat
dipertimbangkan. Sulprid memiliki efek positif pada gangguan tic serta komorbid
dengan masalah emosional dengan beberapa gejala ekstrapiramidal dan reaksi
vegetatif yang merugikan. Pilihan lain untuk mengobati sindrom tourette dengan
komorbid depresi atau obsesi kompulsif menggunakan selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI). Obat antipsikotik dapat diberikan dengan kombinasi
SSRI pada gangguan tic sedang hingga berat. 3
Bukti anekdotal substansial tentang manfaat dari aktivitas fisik (olahraga
berirama, seperti berenang) dan kegiatan rekreasi pada umumnya. Pasien harus
diberitahu dan dimotivasi. Tidak ada bukti bahwa diet, suplemen vitamin atau
mineral serta hipnosis memberikan manfaat sehingga tidak direkomendasikan. 3

16

Banyak anak sindrom tourette yang berhasil ditangani tanpa terapi obat.
Farmakoterapi diberikan sesuai indikasi. Berikut beberapa pilihan terapi sindrom
tourette:6
a. Golongan neuroleptik atau penyekat dopamin seperti haloperidol,
b.
c.
d.
e.

pimozid, aripiprazol, olanzapin, risperidon.


Golongan obat serotonergik, seperti fluoxetine, clomipramine.
Golongan agonis alfa-2, seperti: clonidine, guanfacine.
Golongan antagonis dopamin, seperti metaclopramid.
Golongan lain, seperti benzodiazepin (misalnya: klonazepam, diazepam),
antipsikotik atipikal (misalnya: olanzapin, quetiapin, ziprasidon),
penyekat kanal kalsium (misalnya: nifedipin, verapamil, flunarizin), obat
GABAergic (misalnya: baklofen, levetirasetam, topiramat, vigabatrin,
zolpidem), agonis dopamin (misalnya: pergolid, pramipeksol), antagonis
5-HT2 (ketanserin) dan 5-HT3 (ondansetron) reseptor, obat yang beraksi
pada

reseptor

kanabinoid

(-9-tetrahidrokanabinol),

penghambat

androgen dan androgen (fl utamid dan fi nasterid), baklofen, nalokson.


Modalitas terapi lain juga dapat dipertimbangkan. Suntikan botulinum
toxintipe A efektif mengendalikan tik vokal yang melibatkan kumpulan otot kecil
(localized tics). Tindakan atau intervensi yang lebih invasive seperti: deep brain
stimulation,

transcranialmagnetic

stimulation

(TMS),

dan

bedah

saraf

(neurosurgery) boleh dipertimbangkan. TMS repetitif adalah pendekatan efektif


untuk kasus berat. Rangkuman farmakoterapi TS dapat dilihat ditabel berikut :6

17

18

(Tabel 2. Diambil dari kepustaakan 6)

Selain itu, kombinasi 0,5 mEq/kgBB magnesium dan 2 mg/kgBB. Vitamin


B6 mampu mengurangi tik vokal-motorik serta ketidakmampuan pada kasus
sindrom tourette anak usia 714 tahun.6
Penyalahgunaan

zat,

terutama

kokain

atau

amfetamin,

sering

memperburuk tik. Keturunan penderita sindrom tourette memiliki peluang 10%


berkembang menjadi tik, jika pasangan hidupnya tidak memiliki riwayat keluarga
tik. Banyak orang dewasa dapat menikmati kehidupan meskipun mengalami tik.6

2.1.8 Diagnosis Banding


Tic harus dibedakan dengan gangguan gerakan lain (contoh, distonik,
koreiform, atetoid, mioklonik, dan gerakan hemibalismik) serta penyakit
neurologis dengan gangguan gerakan yang khas (contoh, penyakit Huntington,
parkinsonisme, korea Sydenham, dan penyakit Wilson). Tremor, manerisme, dan
gangguan gerakan stereotipik, mencakup gerakan seperti mengguncang-guncang,
19

menatap tangan, dan perilaku meransang diri, tampak bersifat voluntar dan sering
memberikan rasa nyaman, sebalinya dengan gangguan tic. 2,8
(Tabel 3. Diambil dari kepustakaan 10)
Stereotipik motorik dapat dibedakan dari gangguan tic berdasarkan umur
yang lebih dahulu dengan onset lebih muda dari 3 tahun, durasi panjang detik
hingga menit, bentuk konstan yang berulang dan lokasi yang sama, eksaserbasi

ketika sedang beraktivitas, dan terhenti bila diganggu seperti bila dipanggil
namanya atau disentuh. 2
Chorea muncul dengan cepat, acak, terus-menerus, tiba-tiba, tidak teratur,
tidak terduga, tindakan nonstereotipik yang biasanya bilateral dan terkena
diseluruh tubuh seperti wajah, badan, dan ekstremitas. Waktu, perlangsungan,
penyebaran pergerakan bervariasi dari gerakan sesaat, dan biasanya memburuk
selama beraktifitas. Distonia adalah kontraktur simultan yang berkelanjutan dari
kedua otot agonis dan antagonis mengakibatkan postur yang menyimpang atau
gerakan tubuh yang menyimpang. postur distonia dipicu oleh gerak sadar dan
tidak terlihat selama tidur. 2

20

Diskinesia paroksismal biasanya terjadi sebagai distonik atau gerakan


choreoathetoid yang dipicu oleh gerakan volnter atau kurang umum timbul karena
aktivitas normal.2
Myoclonus ditandai dengan gerakan searah mendadak yang sering
noritmik. Gangguan ini diperburuk oleh gerakan yang terjadi sewaktu tidur.
mioklonus berbeda dengan gangguan tic dari kecepatanya, kurangnya penekanan,
dan tidak adanya pertanda. 2
Gangguan obsesi kompulsif. Membedakan gangguan obsesi kompulsif
dengan gangguan tic mungkin sulit. Petunjuk yang mengarah ke obsesi kompulsif
adalah kebutuhan untuk melakukan suatu tindakan berkali-kali, sama dikedua sisi
tubuh,atau sampai perasaan tenang tercapai. Masalah kontrol impuls dan perilaku
repetitif lainya termasuk persisten menarik rambut, menggigit kuku tampak lebih
kompleks dari gangguan tic.2

21

(Tabel 4. Diambil dari kepustaakan 11)


Meskipun pada anak dan remaja bisa dirasakan dapat dikendalikan atau
juga tidak, tic jarang menimbulkan rasa nyaman. Kompulsi kadang-kadang sulit
dibedakan dengan tic kompleks dan mungkin secara biologis berada di dalam
rangkaian kesatuan yang sama. Gangguan tic juga dapat terdapat bersamaan
dengan banyak gangguan mood dan perilaku. Pada anak dengan gangguan
Tourette dan ADHD, bahkan jika gangguan tic selalu ringan, frekuensi masalah
perilaku mengacau yang tinggi serta gangguan mood masih ada. Anak autistik dan
anak dengan retardasi mental dapat menunjukkan gejala yang serupa dengan
gejala yang ditemukan pada gangguan tic, termasuk gangguan Tourette.6

Berikut merupakan diagnosis banding dari gangguan tic motorik:

(Tabel 5. Diambil dari kepustaakan 3)

22

1.1.9

Prognosis

Prognosis buruk tergantung pada riwayat keluarga, adanya tic kompleks


atau tic vokal, gangguan hiperkinetik, gejala obsesi kompulsi, perilaku agresif
yang melawan dirinya sendiri atau orang lain.3
Biasanya gejala memburuk selama masa remaja. Pada anak yang menuju
dewasa muda, gangguan tic sering remisi. Anak dan remaja 10 kali lebih sering
menderita gangguan tic dibandingkan orang dewasa.3 Seiring meningkatnya usia,
penderita gangguan tic merasa gangguan ticnya lebih terkontrol dan sering dapat
menekan munculnya gangguan selama beberapa menit sampai beberapa jam.
Untuk alasan ini, beberapa anak dapat menahan muncunlnya gangguan tic
saat masih berada di sekolah tetapi saat tiba di rumah, gangguan tic muncul
kembali dengan intensitas yang lebih sering.3
BAB III
KESIMPULAN
Tic adalah suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu
kelompok otot khas tertentu) yang tidak dibawah pengendalian, berlangsung
cepat, dan berulang-ulang, tidak berirama, ataupun suatu hasil vocal yang timbul
mendadak dan tidak ada tujuanya yang nyata.1
Gangguan tic terdiri dari lima kategori diagnosis yaitu sindrom tourette,
gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, gangguan tic
lainya dan gangguan tik yang tidak tergolongkan.2
Gangguan tic umumnya terjadi pada masa kanak tetapi kasus transien
lebih sering.

Anak dan remaja beresiko 10 kali untuk menderita gangguan tic

dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan disebabkan tingginya remisi


spontan pada pasien muda. Laki-laki menderita 3-4 kali dibandingkan perempuan.
Faktor keluarga menjadi salah satu predisposisi gangguan tic .3

23

Etiologi gangguan tic sebenarnya belum jelas, tetapi banyak literatur


menyatakan bahwa faktor genetik, neuroanatomi, neurobiologi, dan faktor
imunologis dan pascainfeksi berperan dalam gangguan tic.4
Kriteria diagnosa gangguan tic berdasarkan DSM V edisi 5. Pengobatan
gangguan tic meliputi psikoedukasi, psikoterapi dan terapi farmakologi. 2,3
Prognosis buruk tergantung pada riwayat keluarga, adanya tic kompleks
atau tic vokal, gangguan hiperkinetik, gejala obsesi kompulsi, perilaku agresif
yang melawan dirinya sendiri atau orang lain.3

DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2001. Gangguan Tic in Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

FK-Unika Atmajaya. Hal.144-145


Jeste, V Dilip. 2013. American Psychiatric Association. Tic Disorders in
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition.
United States of America: British Library Cataloguing in Publication Data.

Hal. 119-124.
Metzger, Hannah dkk. 2012. Tic Disorders in IACAPAP Textbook of child
and Adolescent Mental Health. Geneva: International Association for
Child

and

Adolescent

Psychiatry

and

Allied

Professions

(IACAPAP).Hal.1-13.
Srour, Myriam. 2008. Psychopharmacology of Tic Disorders in Pediatric
Psychopharmacology. J Can Acad Child Adolesc Psychiatry.Hal.1-10

24

Sadock Benjamin, Sadock Alcon. 2009. TIC disorder in Kaplan


&Sadocks Synopsis of psychiatry. Philadelphia; Lippincott William &

Wilkins.
Anugroho, Dito. 2013. Fenomenologi Sindrom Tourette. Indonesia; Brain

and Circulation Institute of Indonesia.


Walkup, John. 2010. Tic Disorder : Some Key Issues For DSM-V. Wiley

liss-inc.
Ortiz, blair. Epidemiology of Tics, Epidemiology Insights, Dr. Maria De

Lourdes Ribeiro De Souza Da Cunha (Ed.), InTech.


Shprecher, David. 2008. The Management of Tic in Movement Disorder.

The Movement Disorder Society.


10 Swain, James. 2005. Tourette Syndrome and Tic Disorders: Overview and
Practical Guide to Diagnosis and Treatment. The National Association of
Research on Schizophrenia and Depression, and the Tourette Syndrome
Association.
11 Cath, Danielle. 2011. European clinical guidelines for Tourette Syndrome
and other tic disorders. Part I: assessment. Eur Child Adolesc Psychiatry.

25

Anda mungkin juga menyukai