PENDAHULUAN
Tic adalah suatu gerakan motorik (yang lazimnya mencakup suatu
kelompok otot khas tertentu) yang tidak dibawah pengendalian, berlangsung
cepat, dan berulang-ulang, tidak berirama, ataupun suatu hasil vocal yang timbul
mendadak dan tidak ada tujuanya yang nyata. Tic jenis motorik dan jenis vokal
mungkin dapat dibagi dalam golongan yang sederhana dan yang kompleks,
sekalipun penggarisan batasanya kurang jelas.1
Gangguan tic terdiri dari lima kategori diagnosis yaitu sindrom tourette,
gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, gangguan tic
lainya dan gangguan tik yang tidak tergolongkan.2
Gangguan tic sementara atau gangguan tic kronik bergantung pada
lamanya gejala. Pada kasus gangguan tic sementara gejala yang ditimbulkan
kurang dari 12 bulan. Paling sering terjadi pada anak usia sekolah dan selalu tidak
membutuhkan tatalaksana yang spesifik.3
Diagnosis sindrom tourette ditemukan adanya beberapa gangguan tic
motorik dan paling sedikit satu gangguan tic vokal yang muncul pada saat yang
bersamaan atau muncul setelahnya. Tic motorik dan tik vokal tidak muncul pada
saat bersamaan tetapi terjadi setiap hari sampai paling sedikit lebih dari 1 tahun
untuk mendiagnosisnya. Onset sindrom tourette umumnya sebelum berusia 18
tahun, jarang terjadi pada masa dewasa. 3
Ciri khas terpenting yang membedakan tic dari gangguan motoric lainnya
adalah gerakan yang mendadak, cepat, sekejap dan terbatasnya gerakan, tanpa
bukti gangguan neurologis yang mendasari; sifatnya yang berulang ulang
biasanya terhenti saat tidur dan mudahnya gejala itu ditimbulkan kembali atau
ditekan dengan kemauan. Kurang beriramanya tic itu yang membedakannya dari
gerakan yang stereotipik berulang yang tampak pada beberapa kasus autism dan
1
retardasi mental. Aktivitas motoric manneristik yang tampak pada gangguan ini
cenderung mencakup gerakan yang lebih rumit dan lebih bervariasi daripada
gejala tic. Gerakan obsesif kompulsif sering menyerupai tic yang kompleks
namun berbeda karena bentuknya cenderung ditentukan oleh tujuannya (misalnya
menyentuh atau memutar benda secara berulang ulang) daripada oleh kelompok
otot yang terlibat. Walaupun demikian acap kali sulit juga untuk membedakannya1
Tic seringkali terjadi sebagai fenomena tunggal namun tidak jarang
disertai variasi gangguan emosional yang luas, khususnya fenomena obsesi dan
hipokondrik. Namun ada pula beberapa hambatan perkembangan khas disertai tic.
Tidak terdapat garis pemisah yang jelas antara gangguan tic dengan berbagai
gangguan emosional dan gangguan emosional disertai tic. Diagnosisnya
mencerminkan gangguan utamanya1
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gangguan Tic
2.1.1 Definisi
Tic adalah gerakan motoric atau vokalisasi involunter, tiba tiba , rekuren,
tidak berirama dan berulang. Gangguan tik merupakan suatu gerakan motoric
(yang lazimnya mencakup suatu kelompok otot khas tertentu) yng tidak di bawah
pengendalian, berlangsung cepat dan berulang ulang, tidak berirama ataupun suatu
hasil vocal yang timbul mendadak dan tidak memiliki tujuan yang nyata. Tik
biasanya dialami sebagai suatu gerakan yang tidak dapat dilawan, akan tetapi
dalam waktu tertentu masih bisa ditekan. 1,4
Gangguan tic terbagi menjadi tic simpel dan tic kompleks. Tic motorik
simpel muncul dengan durasi yang singkat dalam milidetik dan termasuk mata
berkedip-kedip, mengangkat bahu, meluruskan ekstremitas.9 Tic vokal simpel
termasuk mendehem, mencium bau, suara mendengkur yang sering disebabkan
oleh kontraksi diafragma dan otot orofaring. Tic motorik kompleks dalam durasi
yang lebih lama dalam detik dan sering termasuk kombinasi gangguan tic simpel
seperti menggerakan kepala secara bersamaan dengan mengangkat bahu. Tic
kompleks dapat muncul dengan berdandan, membaui benda, kebiasan menyentuh,
ekopraksia (meniru perlakuan yang diamati), kopropraksia ( meniru gaya yang
cabul), memukul diri sendiri dan meloncat. Tik vocal kompleks yang umum
meliputi mengulang kata ucapan sendiri (palalia) dan ekolalia (pengulangan kata
terakhir yang terdengar dari ucapan orang lain) 2,8
Gangguan tic yang paling sering ditemukan adalah yang mengenai wajah
dan kepala yang meliputi mengerutkan dahi, menaikkan alis mata, mengedipkan
kelopak mata, mengendutkan mulut, menyentakkan tangan, mencongakkan
kepala, memuntir leher, melihat kesamping dan memutar kepala.8,9 Pada lengan
dan tangan meliputi menyentakkan tangan atau lengan, menaikkan jari, meremas
tangan dan mencengkram telapak tangan. Mengenai tubuh dan anggota berak
3
bawah menggoyangkan kaki, lutut atau ibu jari. Mengenai system pernafasan
cegukan, menarik nafas panjang, menguap, menghirup ataupun meniup.4
Tic biasanya didahului oleh sensasi lokal atau ketidaknyamanan umum
yang hilang pasca munculnya tic tersebut. Gangguan tic dapat dihambat sebentar,
tetapi dapat meningkatkan penekanan gangguan itu. Penekanan ini adalah
karakteristik penting dalam membantu untuk membedakan gangguan tic dari
gangguan gerak lainnya seperti tremor, dystonia, chorea atau myoclonus. 4
Gangguan tic dapat dikurangi melalui konsentrasi dengan mengaktivasi
sirkuit frontostriatal. Gangguan tic dapat di eksaserbasi oleh stress dan rasa capek
atau lemah.4
2.1.2 Epidemiologi
Diperkirakan 4 sampai 12% dari seluruh anak menderita gangguan tic
selama masa perkembangan mereka1 . Gangguan tic umumnya terjadi pada masa
kanak tetapi kasus transien lebih sering
2,8
usia sekolah, dan anak-anak dengan gangguan tic dalam penelitian ini umumnya
tidak terdiagnosis. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa 1 dari
100 orang mungkin pernah mengalami beberapa bentuk dari gangguan tic yang
biasa onsetnya terjadi sebelum masa pubertas1,5 Sekitar 3-4% menderita gangguan
tic kronik dan 1% menderita sindrom tourette. Prevalensi sindrom tourette 3-8 per
1000 usia anak sekolah. Laki-laki lebih sering terkena dibanding perempuan
dengan rasio bervariasi 2:1 sampai 4:1. Survei nasional di amerika serikat 3 dari
1000 kasus teridentifikasi. 2
Anak dan remaja beresiko 10 kali untuk menderita gangguan tic
dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan disebabkan tingginya remisi
spontan pada pasien muda. Laki-laki menderita 3-4 kali dibandingkan perempuan.
Faktor keluarga menjadi salah satu predisposisi gangguan tic .3
2.1.3 Etiologi
4
Faktor Genetik
Beberapa penelitian menunjukan bahwa genetik merupakan komponen
penting gangguan tic. Resiko relatif pada hubungan keluarga derajat pertama
sebesar 8,3% untuk sindrom tourette dan 16,3% untuk gangguah tic kronik. Tidak
ada gen yang diidentifikasi mengalami gangguan pada sindrom tourette. Tetapi
beberapa gen menunjukan hubungan yang signifikan.5
perinatal, berat badan lahir rendah serta nikotin yang berlebihan dan konsumsi
kafein oleh ibu selama kehamilan. Pada gangguan tics jarang dapat berkembang
sebagai gejala sekunder dari tumor, keracunan, infeksi, trauma kepala atau
penyakit pembuluh darah.
Fakta bahwa gangguan tic vokal atau motorik kronis lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi di keluarga yang sama memberikan dukungan pada
pandangan bahwa gangguan ini merupakan bagian dari spektrum yang ditentukan
secara genetik. Bukti ada beberapa keluarga menunjukkan bahwa gangguan
Tourette diturunkan dengan cara dominan autosom.5
Hingga setengah dari pasien gangguan Tourette juga mengalami gangguan
defisit-atensi/hiperaktivitas (ADHD). Hingga 40 persen pasien dengan gangguan
Tourette juga memiliki gangguan obsesif-kompulsif (OCD). Di samping itu,
kerabat derajat pertama orang dengan gangguan Tourette memiliki risiko tinggi
untuk mengalami gangguan ini, gangguan tic vokal atau motorik kronis, dan
gangguan obsesif-kompulsif. Mengingat adanya gejala ADHD pada lebih dari
setengah pasien dengan gangguan Tourette, timbullah pertanyaan mengenai
hubungan genetik antara kedua gangguan ini.5
Faktor Neurokimia dan Neuroanatomis
Melalui pendekatan magnetic resonance imaging (MRI) dapat mengetahui
aktivitas otak saat dua detik sebelum dan sesudah terjadinya gangguan tic, kita
menemukan adanya hubungan area paralimbik dan sensorik. Selanjutnya bukti
yang mendukung bahwa penekanan tic melalui deaktivasi globus palidus dan
putamen, aktivasi parsial regio korteks prefrontal dan nukleus kaudatus. Secara
tidak langsung keterlibatan sistem dopamin 5
Bukti kuat adanya keterlibatan sistem dopamin di dalam gangguan tic
mencakup pengamatan bahwa agen farmakologis yang mengantagonisasi
dopamin-haloperidol (Haldol)- menekan tic dan bahwa agen yang meningkatkan
Gangguan tic terdiri dari lima kategori diagnosis yaitu sindrom tourette,
gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, gangguan tic
lainya dan gangguan tik yang tidak tergolongkan. Diagnosa untuk gangguan tic
didasarkan pada kehadiran tic motorik atau tic vokal (kriteria A), durasi gejala tic
(kriteria B), usia saat onset (kriteria C), dan tidak adanya kondisi medis atau
penggunaan substansi tertentu (kriteria D). Tingkat gangguan tic yaitu sindrom
tourette, gangguan tic motorik atau vokal kronik, gangguan tic sementara, diikuti
gangguan tic lainya, gangguan tic yang tidak dapat digolongkan merupakan
diagnosa gangguan tic, diagnosa gangguan tic yang lebih renddah tidak dapat
dibuat.2
Minimum durasi 1 tahun (kriteria B) untuk mendiagnosa individu dengan
gangguan tic motorik atau vokal kronik atau sindrom tourette. Gangguan tic
derajatnya dapat berkurang atau bertambah, dan beberapa individu memiliki
periode bebas dari gangguan tic bermingu-minggu hingga berbulan-bulan,
seorang individu yang mengalami gangguan tic lebih dari 1 tahun sejak pertama
mulainya onset, dianggap persisten terlepas dari adanya periode bebas. Bagi
seseorang yang mengalami gangguan tic selama kurang dari 1 tahun sejak onset
pertama gejala muncul dapat dipertimbangkan sebagai gangguan tic sementara. 2
Timbulnya gangguan tic harus sebelum usia 18 tahun (kriteria C).7
Gangguan tic biasanya dimulai pada masa prapubertas, dengan usia rata-rata onset
4 dan 6 tahun, dengan insidens gangguan tic baru menurun pada masa remaja.
Baru timbulnya gejala gangguan tic pada masa dewasa adalah sangat jarang dan
sering dikaitkan dengan penggunaan obat misalnya penggunaan kokain yang
berlebihan, atau merupakan gangguan dari sistem saraf pusat seperti ensefalitis
postviral. Meskipun onset tic jarang pada remaja dan orang dewasa, tidak biasa
menyajikan penilaian diagnostik pada remaja dan dewasa, sehingga perlu
dievaluasi hati-hati, memberikan riwayat gejala pada masa kanak-kanak. Onset
baru dari pergerkan abnormal yang dicurigai diluar gangguan tic perlu dievaluasi
dari gangguan pergerakan lain atau etiologi spesifik. 2
Gejala tic tidak dapat disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu substansi
atau kondisi medis lain (kriteria D). Ketika ada bukti kuat dari riwayat
sebelumnya, pemeriksaan fisik, hasil laboratorium untuk mencurigai adanya
kemungkinan gangguan tic, gangguan tic lainya, kriteria diagnostik sindrom
tourette meniadakan kemungkinan diagnosa gangguan tic motorik atau vokal
kronik (kriteria E). Demikian pula diagnosa gangguan tic motorik atau vokal
kronik dengan meniadakan diagnosa gangguan tic sementara, atau gangguan tic
lainya atau yang tidak tergolongkan. 2,7
Beberapa gangguan Tic yang dapat dialami oleh penderita adalah: 3
10
tik atau salah satu gangguan dalam gangguan perkembangan saraf. Kategori
ini berlaku apabila klinisi mengkomunikasikan alasan spesifik dari gejala yang
ditunjukkan, misalnya gangguan tik yang muncul setelah usia 18 tahun.
5. Gangguan Tic YTT (F95.9)
Kategori ini berlaku untuk gangguan tik dimana gejala khas dari gangguan tik
yang menyebabkan distress klinis signifikan atau penurunan social, pekerjaan
atau bidang penting lain tetapi tidak memenuhi kriteria penuh untuk gangguan
tik atau salah satu gangguan dalam gangguan perkembangan saraf. Kategori
ini berlaku apabila klinisi memilih untuk tidak menentukan alasan bahwa
kriteria tidak terpenuhi untuk gangguan tik atau untuk gangguan
perkembangan saraf, serta kurangnya gejala yang ditunjukkan membuat
diagnosis yang lebih spesifik.
2.1.6 Komorbid
Banyak kondisi medis dan jiwa yang digambarkan sebagai komorbid
dengan gangguan tic, dengan ADHD dan obsesi kompulsif. 8 Gangguan obsesi
kompulsif diamati pada gangguan tic cenderung ditandail ebih agresif, simetris
dan respon yang buruk terhadap selektif serotonin reuptake inhibitor. Anak
dengan ADHD dapat menunjukan perilaku yang menganggu, sosial immatur, sulit
belajar,
dengan
perkembangan
akademik
dan
hubungan
interpersonal
ujian sendiri atau diizinkan meninggalkan kelas untuk waktu singkay untuk
mengurangi dorongan melepaskan tic. Dalam kasus ringan dapat dipertimbangkan
remisi spontan, sehingga psikoedukasi adalah yang dibutuhkan. Untuk alasan ini
masuk akal untuk melihat dan menunggu,menjaga mata,pengawasan ketat pada
kekambuhan atau gangguan komorbid.3
Psikoterapi
Metode perilaku kognitif adalah psikoterapi yang paling efektif. Perawatan
ini harus dikelolah oleh profesional terlatih dalam gangguan ini, meliputi : 3,10
Untuk pasien yng termotifasi dan berwawasan, pelatihan kebiasaan
reversal terbukti efektif. Pelatihan terdiri dari satu set teknik dimaksudkan untuk
membantu pasien menyadari tic yang akan datang dan berlatih menghambat
gangguan tic itu. Teknik meliputi pelatihan relaksasi, manejemen kontingensi dan
pelatihan umum. Metode ini seperti : 3
Deskripsi respon (pasien belajar menggambarkan topografi dari gangguan
tic mereka dan mengembangkan secara rinci, biasanya ditulis deskripsi setiap tic).
Deteksi respon (pasien menerima umpan balik mengenai terjadinya tic sampai
mereka dapat mendeteksi sasaran perilaku tanpa bantuan). Prosedur peringatan
dini (pasien berlatih mengidentifikasi tanda-tanda awal gangguan tic seperti
dorongan
tertentu,
sensasi
atau
pikiran).
Kesadaran
situasi
(pasien
menggambarkan orang atau situasi dimana tic umumnya terjadi) termasuk dalam
pelatihan. Bersaing pelatihan tanggap melibatkan pembelajaran pasien untuk
sengaja melakukan tic untuk satu sampai tiga menit atau sampai mendesak
gangguan tic hilang. Paparan dan respon pencegahan didasarkan pada hubungan
penanda yang diikuti oleh tic motorik atau vokal menghasilkan sensasi dorongan.
Tujuanya adalah untuk memecah asosiasi antara dorongan dan gangguan tic yang
dihasilkan yang menurut teori dapat diperkuat dari waktu ke waktu. Pasien akan
belajar untuk bertahan dari dorongan untuk munculnya tic. Pasien juga didorong
untuk memonitor gejala dengan merekam gejala dan situasi dimana tic terjadi
12
selama periode tertentu untuk memastikan kapan dan dimana gangguan tic yang
paling sering. 3
Praktek berkumpul melibatkan kesengajaan dan berulang kali bertindak
agar gangguan tic muncul dengan usaha dan jalur yang lebih cepat melalui
periode yanglebih singkat. Efektivitas jangka panjang ini tampaknya terbatas tapi
dapat membantu pasien jika mereka akan memasuki situasi yang memerlukan
penampilan bebas dari gangguan tic seperti pergi nonton bioskop. 3
Pelatihan relaksasi diartikan untuk membantu mengurangi gangguan tic
karena intensitas ticsering meningkat pada saat stres dan cemas. Pelatihan
relaksasi termasuk relaksasi otot progresif, pelatihan autogenik atau pelatihan
pernapasan dan sebagian besar digunakan sebagai salah satu bagian dari rencana
multi pengobatan. Dalam hal efektivitas ditemukan bahwa gangguan tic berkurang
32% dengan pelatihan relaksasi, oleh pelatihan kebiasaan reversal 55% dan
sebesar 44% dengan teknik pemantauan diri. 3
Manajemen kontingensi, sebagai bagian dari multimodal berusaha positif
memperkuat periode bebas tic melalui pujian, demonstrasi kasih sayang dan
mengabaikan gangguan tic. Menurut teori ini menghasilkan berkurangnya
perilaku gangguan tic karena metofe ini biasanya dimasukkan di paket perawatan
multikomponen, dimana sulit menilai teknik spesifik3
Kadang kehadiran gangguan tic pada anak dapat mengakibatkan masalah
yang signifikan diantara anggota keluarga. Dalam keluarga tersebut terapi harus
direkomendasikan. 3
Terapi Farmakologis
Terapi farmakologi dianjurkan ketika ganguan tic mengakibatkan
ketidaknyamanan subyektif yang signifikan seperti nyeri otot atau cedera fisik,
masalah sosial seperti bullying atau isolasi, masalah emosional, atau hambatan
fungsi sosial yang signifikan, biasanya dalam kinerja akademik. Tujuanya adalah
13
untuk mencapai keseimbangan terbaik antara manfaat maksimal dan efek samping
minimal. Hal ini tidak diharapkan bahwa gangguan tic akan hilang sepenuhnya
dengan obat-obatan, tetapi gejala yang timbul diringankan. 3
Sebelum memulai pengobatan farmakologis, pemeriksaan berikut perlu
dilakukan
seperti
pemeriksaan
darah,
fungsi
hati,
kadar
prolaktin,
14
15
16
Banyak anak sindrom tourette yang berhasil ditangani tanpa terapi obat.
Farmakoterapi diberikan sesuai indikasi. Berikut beberapa pilihan terapi sindrom
tourette:6
a. Golongan neuroleptik atau penyekat dopamin seperti haloperidol,
b.
c.
d.
e.
reseptor
kanabinoid
(-9-tetrahidrokanabinol),
penghambat
transcranialmagnetic
stimulation
(TMS),
dan
bedah
saraf
17
18
zat,
terutama
kokain
atau
amfetamin,
sering
menatap tangan, dan perilaku meransang diri, tampak bersifat voluntar dan sering
memberikan rasa nyaman, sebalinya dengan gangguan tic. 2,8
(Tabel 3. Diambil dari kepustakaan 10)
Stereotipik motorik dapat dibedakan dari gangguan tic berdasarkan umur
yang lebih dahulu dengan onset lebih muda dari 3 tahun, durasi panjang detik
hingga menit, bentuk konstan yang berulang dan lokasi yang sama, eksaserbasi
ketika sedang beraktivitas, dan terhenti bila diganggu seperti bila dipanggil
namanya atau disentuh. 2
Chorea muncul dengan cepat, acak, terus-menerus, tiba-tiba, tidak teratur,
tidak terduga, tindakan nonstereotipik yang biasanya bilateral dan terkena
diseluruh tubuh seperti wajah, badan, dan ekstremitas. Waktu, perlangsungan,
penyebaran pergerakan bervariasi dari gerakan sesaat, dan biasanya memburuk
selama beraktifitas. Distonia adalah kontraktur simultan yang berkelanjutan dari
kedua otot agonis dan antagonis mengakibatkan postur yang menyimpang atau
gerakan tubuh yang menyimpang. postur distonia dipicu oleh gerak sadar dan
tidak terlihat selama tidur. 2
20
21
22
1.1.9
Prognosis
23
DAFTAR PUSTAKA
Maslim, Rusdi. 2001. Gangguan Tic in Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Hal. 119-124.
Metzger, Hannah dkk. 2012. Tic Disorders in IACAPAP Textbook of child
and Adolescent Mental Health. Geneva: International Association for
Child
and
Adolescent
Psychiatry
and
Allied
Professions
(IACAPAP).Hal.1-13.
Srour, Myriam. 2008. Psychopharmacology of Tic Disorders in Pediatric
Psychopharmacology. J Can Acad Child Adolesc Psychiatry.Hal.1-10
24
Wilkins.
Anugroho, Dito. 2013. Fenomenologi Sindrom Tourette. Indonesia; Brain
liss-inc.
Ortiz, blair. Epidemiology of Tics, Epidemiology Insights, Dr. Maria De
25