1. Efusi Pleura
Jika terjadi efusi pleura kemungkinan disebabkan oleh infeksi stafilokokkus.
Jika efusi minimal dan respon pasien baik terhadap pemberian antibiotika maka
pemberian antibiotika tetap diteruskan. Jika efusi cukup banyak maka perlu
antibiotik selama minimal 4 minggu. Abses pada paru biasanya dapat dilihat dengan
foto thorax dengan sinar x atau CT scan. Abses-abses khas terjadi pada pneumonia
aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe bakteri. Biasanya antibiotik cukup
untuk pengobatan abses pada paru,tetapi kadang abses harus dikeluarkan oleh ahli
drain.
Tujuan akhir perawatan adalah mengeliminasi infeksi dan komplikasi,
antibiotika yang sesuai dan terapi suportif lainya. Syok sepsis dan septik merupakan
ke aliran darah dan respon sistem imun melalui sekresi sitokin. Sepsis seringkali
satu penyebabnya. Individu dengan sepsis atau septik membutuhkan unit perawatan
intensif di rumah sakit. Mereka membutuhkan cairan infus dan obat-obatan untuk
membantu mempertahankan tekanan darah agar tidak turun sampai rendah. Sepsis
5. Gagal nafas
sering kesulitan bernafas, dan itu tidak mungkin bagi mereka untuk tetap cukup
bernafas tanpa bantuan agar tetap hidup. Bantuan pernapasan non-invasiv yang
dapat membantu seperti mesin untuk jalan nafas dengan bilevel tekanan positif,
dalam kasus lain pemasangan endotracheal tube kalau perlu dan ventilator mekanik
distress syndrome (ARDS). Hasil dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam
paru-paru segera diisi cairan dan menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu
dengan keras menyebabkan kesulitan penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus
Pencegahan
Pneumonia diketahui dapat sebagai komplikasi dari campak, pertusis, dan varisela sehingga
imunisasi dengan vaksin yang berhubungan dengan penyakit tersebut akan membantu
sebesar 67% untuk bakteremia secara keseluruhan pada populasi anak 3 bulan 3 tahun.
anak dengan resiko tinggi yang berumur6 bulan dan pada usia tua. Untuk memberikan
juga merekomendasikan vaksinasi untuk semua anak usia 6 bulan sampai 23 bulan jika
Pencegahan lain dapat dilkaukan dengan menghindari faktor paparan asap rokok dan
polusi udara, membatasi penularan terutama di rumah sakit misalnya dengan membiasakan
cuci tangan dan penggunaan sarung tangan dan masker, isolasi penderita, menghindarkan
bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum, pemberian ASI, menghindarrkan bayi/anak
Tata laksana
1. Apakah penanganan pneumonia membutuhkan antibiotik atau tidak
2. Jika diperlukan antibiotik, apakah menggunakan antibiotik spektrum luas atau
sempit
3. Pemakaian antibiotik apakah secara oral atau parenteral
4. Kapan pasien diindikasikan rawat inap
1. Apakah penanganan pneumonia membutuhkan antibiotik atau tidak
Idealnya tata laksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun
Pada kasus yang berat dapat diberikan golongan sefalosporin sebagai pilihan
kuman gram positif yang dapat dicakup oleh ampisilin, sedangkan hemofilus
sebagai kuman gram negati dapat dicakup oleh ampisilin dan kloramfenikol.
Dengan demikian keduanya dapat digunakan untuk kasus pneumonia anak tanpa
kokkus gram positif treutama streptococcus group B dan batang gram negatif.
Penisilin dan derivatnya pilihan utama gram positif, sedangkan gram negatif
Umur kehamilan, berat badan lahir, dan umur bayi akan menentukan dosis dan
pemberian imunoglobulin.
3. Pemakaian antibiotik apakah secara oral atau parenteral
WHO menyarankan untuk pengobatan pneumonia adanya nafas cepat tanpa
sulfametoksazol selama 5 hari. Bila terdapat penarikan dinding dada, dirawat inap
94%, dehidrasi atau muntah, terdapat efusi pleura atau abses, kondisi
bantu napas mungkin perlu bila ada tanda gagal napas, pemberian cairan dan
nutrisi adekuat, dan jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
atau metabolik, mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare dan
Faktor resiko
Beberapa keadaan seperti gangguan nutrisi, usia muda, kelengkapan imunisasi,
kepadatan hunian, defisiensi vitamin A, defisiensi Zn, paparan asap rokok secara
klirens mukus/sekresi pada fibrosis kistik,aspirasi benda asing atau disfungsi silier.
interstitial.
Pneumonia alveolar
Pneumonia alveolar terjadi karena adanya radang bakteri yang menyebabkan
kerusakan pada dinding alveolar serta edema dan eksudat alveolar. Eksudatnya dapat
penyakit. Lumen bronkiolus terisi dengan eksudat, tetapi dinding bronkus dan
ditemukan di antara daerah konsolidasi. Prosesnya bisa terjadi segmental atau non
Kadang-kadang sulit dibedakan dengan efusi pleura ayau adanya masssa paru.
berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet dan kelenjar
mukus bronkioli, sehingga dinding bronkioli menjadi edematus. Juga terjadi edema
Gambaran radiologis pada fase akut dapat dibedakan penyakit infeksi oleh bakteri
atau virus. Pada fase akut terlihat gambaran bronchial cuffing, yaitu penebalan dan