Anda di halaman 1dari 34

DIARE KRONIK

AGUNG DANAN JAYA


FITRI NURLAILA K
SHINTA
ERNI HERAWATI
SABRINA
MIA AWALUL IKRAMIAH
DIAN ERAWATI PATAHUDDIN
NUS SA ADAH
NUR HIDAYAH

IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
No. Rekam Medik
Tanggal lahir
Umur
Alamat
Masuk RS

: Anak ZI
: Perempuan
: 773464
: 12-10-2012
: 4 tahun 1 bulan
: Jl. Lawet Maluku Utara
: 29-10-2012

ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama : Buang air besar encer
Riwayat Penyakit Sekarang : Buang air besar encer sudah dialami sejak 20
hari yang lalu, frekuensi 2-3 kali sehari, ada ampas, tidak ada lendir dan
darah. Pasien telah minum zinc 18 hari yang lalu, dari dokter, tetapi
buang air besar encer belum berhenti.
Tidak demam, Tidak kejang. Tidak ada batuk dan tidak sesak. Ada muntah
frekuensi 1 kali tidak menyemprot berisi sisa makanan. Anak malas
makan dan minum. Buang air kecil kuning kesan cukup.
Riwayat dirawat di RS Wahidin Sudirohusodo dengan diagnosa Acute
Lymphoblastic Leukemia L1 standar risk, dan rutin menjalani
kemoterapi.
Riwayat diare sebelumnya ada.
Riwayat demam ada sebelum masuk rumah sakit
Riwayat dirawat di RS sebelumnya ada dengan diagnosis ALL L1 standar
risk
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada

Riwayat kelahiran :
Pasien lahir cukup bulan dengan berat badan lahir 3100
gram, panjang badan lahir lupa
Saat lahir langsung menangis.
Riwayat IMD ada, mengonsumsi ASI hingga usia 1 tahun
Riwayat imunisasi lengkap.
Alergi : tidak ada.

PEMERIKSAAN FISIS
KU : Sakit sedang/ Gizi kurang/ Composmentis GCS 15 (E4M6V5)
Status Gizi :

BB/TB : terletak antara -1 SD dan median

BB : 12 kg

TB/U : terletak antara -2 SD dan median

PB/TB : 92 cm

BB/U : terletak antara -3 SD dan -2 SD

LLA: 13 cm

Skala Nyeri : 0 Flacc

Lingkar Kepala : 49 cm
Lingkar Dada: 51 cm
Lingkar Perut: 53 cm
Vital Sign
TD : 110/90 mmHg
HR : 101x/ menit
RR : 24x/menit
Suhu : 36,7oC

Kulit : Peteki tidak ada, pucat tidak ada, ikterus tidak


ada.
Edema : tidak ada
Kepala : Mesosefal, Normosefal
Muka : Simetris kiri sama dengan kanan
Rambut : Hitam, lurus
Ubun-ubun besar : Sudah menutup

Telinga : Otorea tidak ada, perdarahan tidak ada


Mata : perdarahan subconjungtiva tidak ada
Hidung : Rhinorea tidak ada, epistaksis tidak ada
Bibir : Kering ada
Lidah : Kotor tidak ada
Mulut : Stomatitis tidak ada , Caries : Tidak ada

2212

2122

Gigi : 2212
2122
Tenggorok : Hiperemis tidak ada
Tonsil : T1-T1 Hiperemis tidak ada
Leher : Kaku Kuduk tidak ada

LANJUTAN
THORAX
Bentuk : Simetris kiri sama dengan kanan
Payudara : Tidak ada Kelainan
JANTUNG
PP : Ictus Cordis Tidak tampak
PR : Ictus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
PK : Batas atas intercostal III Kiri
Batas kanan linea parasternalis kanan
Batas Kiri linea Mediaoclavicularis Kiri
PD : Bunyi Jantung I/II Murni Reguler
Bising Jantung Tidak ada.

LANJUTAN
Paru :
PP : Simetris kiri sama dengan kanan
PR : Sela iga kiri sama dengan kanan
PK : Batas paru hepar intercostal VI kanan
Batas paru belakang kanan v. Thorakal X
Batas paru belakang kiri v. Thorakal XI
PD : Bunyi napas vesikuler
Bunyi Tambahan : Ronkhi tidak ada , wheezing tidak
ada.

LANJUTAN
Abdomen :
PP : Distended abdomen
PD : Peristaltik ada, kesan meningkat
PR : Lien teraba schuffner 1, kenyal
Hepar tidak teraba
Massa tidak ada
PK : Timpani

LANJUTAN
Kelenjar Limfa : Limfadenopati tidak ada
Alat kelamin : tidak ada kelainan
Status pubertas : A1M1P1
Anggota gerak : wasting tidak ada
Kol. Vertebralis : Scoliosis tidak ada, gibbus tidak ada
Refleks Fisiologis :
KPR : ada/ada
BPR : ada/ada
APR : ada/ada
TPR : ada/ada
Refleks Patologis : Babinsky, Chaddock, Openheim,
Gordon tidak ada

SKOR DEHIDRASI
KU : 2
Mata : 1
Mulut : 2
Napas : 1
Nadi : 1
Turgor 1
Total: 8 (dehidrasi ringan-sedang)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi Rutin

Kimia darah

Analisa Feces

WBC : 3.620 (4000-10.000)

GDS : 90 mg/dl (140)

Konsistensi: lunak;
warna : kuning,
lendir : negatif;
darah: negatif

HGB : 10,2 gr/dl (12-14)

Ureum : 20 mg/dl (10-50)

Eritrosit : 5
Leukosit: 10

PLT : 52.000/uL
(150.000-400.000)

Creatinin : 0,25 mg/dl


(<1,1)

Amoeba : negatif

HCT : 31,5% (36,0-44,0)

SGOT/SGPT: 105 /58 ( <38 / <41) Telur cacing: tidak


ditemukan

MCV : 83 (73-89)

Natrium : 138 mmol/l (136-145)

MCH : 30 (24-30)

Kalium : 3,5 mmol/l (3,5-5,1)


Chlorida : 105 mmol/l (97-111)

Pansitopenia
Peningkatan aktivitas enzim-enzim transaminase

Cacing: negatif

ASSESMENT

Diare kronik dehidrasi ringan-sedang


Acute Limphoblastic Leukimia L1

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
infus ringer laktat 1,5
tetes/kgBB/menit = 18 tetes/menit
kolesteramin1,2mg/12jam/oral

PEMBAHASAN

DIARE KRONIK

DEFENISI
DIARE : adalah perubahan pola defekasi yang
frekuensinya >3x sehari sehari dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi lebih lunak
sampai cair.

ETIOLOGI

Infeksi virus ( rotavirus, Norwalk), bakteri ( Shigella


sp. , Salmonella sp., E. coli, Vibrio sp.), Parasit
(protozoa : E. hystolitica, G. lamblia, Balantidium
coli; Cacing : Ascariasis sp., Trichuris sp.,
Strongyloides sp,. Jamur : Candida sp.) terbanyak
disebabkan oleh rotavirus (20-40%)
Alergi makanan : alergi susu sapi, protein kedelai
Malabsorpsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa ),
lemak dan protein
Keracunan makanan ( Botulinum sp.)
Lain-lain ( kelainan anatomi, drugs : AAD)

KLASIFIKASI

Menurut mekanismenya diare dapat dibagi 3


yaitu :
Diare

Osmotik
Diare Sekretorik
Diare Invasif

Menurut lama/durasinya, diare dibagi menjadi :


Diare

Akut
Diare Persisten

Persisten ringan
Persisten berat

DIARE KRONIK

DIARE KRONIK
Diare kronik merupakan diare dengan atau tanpa
disertai darah yang berlanjut sampai 14 hari atau
lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat,
diare persisten diklasifikasikan sebagai berat
Jadi diare persisten berat adalah diare kronik.

ETIOLOGI

Diare persisten merupakan bagian dari diare kronik yang disebabkan oleh
berbagai penyebab.

PATOFISIOLOGI DIARE KRONIK

Gangguan absorpsi

Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh berbagai sebab


seperti celiac sprue, atau karena:
a. mengkonsumsi magnesium hidroksida
b. defisiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang
lebih besar

c. adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal


pada usus halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan
menyebabkan hiperosmolaritas.
intraluminal pada usus
air akan mengalir
halus bagian proksimal
adanya bahan yang
ke arah lumen
tersebut bersifat
tidak diserap
jejenum
hipertonis dan
hiperosmolaritas

terkumpul air
dalam lumen
usus dan Na
ikut masuk

Sebagian kecil
cairan ini akan
diabsorpsi kembali

lainnya akan tetap tinggal di


lumen oleh karena ada bahan yang
tidak dapat diserap seperti Mg di
segmen illeum dan melebihi
kemampuan absorpsi kolon

DIARE OSMOTIK
Sejumlah besar bahan makanan yang
tidak dapat diabsrobsi dalam lumen usus

Terjadi hiperosmolaritas intra lumen

Menimbulkan perpindahan cairan dari


plasma ke dalam lumen.

malabsorbsi karbohidrat, penggunaan


garam magnesium atau bahan laksansia

DIARE SEKRETORIK

toksin yang dikeluarkan


bakteri

gangguan transpor
elektrolit baik absorbsi yang
berkurang maupun sekresi
yang meningkat melalui
dinding usus.

pada kasus kolera (toksin),pengaruh garam empedu,


asam lemak rantai pendek, atau penggunaan
laksansia non osmotik. Beberapa hormon intestinal
seperti gastrin

DIARE EKSUDATIF
akibat infeksi bakteri ataupun bersifat
non infeksi seperti inflamatory bowel
disease.

proses inflamasi menyebabkan kerusakan


mukosa baik usus halus maupun usus
besar.

Kerusakan dinding usus, feses dapat


mengandung pus, darah, atau mukus

DIARE HIPERMOTILITAS
gangguan motilitas
menyebabkan transit
usus lebih cepat

Pada usus halus


menyebabkan waktu paparan
absorbsi berkurang

Terjadi pada
tirotoksikosis, penyakit
usus iritabel, DM,
gastrektomi

TERAPI REHIDRASI

PENATALAKSANAAN
Cairan Rehidrasi Oral (CRO) 12
Diare Tanpa Dehidrasi

Penderita diare tanpa dehidrasi diberi cairan rumah tangga


seperti air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-sayuran, dsb .
Jumlah cairan yang diberikan:
<

1 tahun adalah 50-100 ml atau 10 ml/kg BB

1-5

tahun adalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan

dewasa

adalah 300-400 ml setiap BAB atau dapat juga diberikan


dapat diberikan CRO sebanyak 5-10cc/kg BB setiap buang air
besar dengan tinja cair untuk mencegah dehidrasi.

Soenarto Y. Diare kronis dan diare persisten. Dalam: Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief
S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku ajar Gastroentero-hepatologi:jilid 1. Jakarta : UKK

TERAPI REHIDRASI

Dehidrasi Ringan-Sedang
Rehidrasi dilaksanakan dengan memberikan CRO
sebanyak 75ml/kg BB yang diberikan dalam 3-4 jam.
< 1 tahun adalah 300 ml,
1-5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml
dewasa adalah 2400ml. Rentang nilai volume cairan ini
adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan
ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan
memantau tanda-tanda dehidrasi.

K., Marcellus Simadibrata. "Diare Akut." In Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke enam Jilid I, by Siti Setiati, 1902-1905. Jakarta Pusat: Ilmu

TERAPI REHIDRASI
Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP)

Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer


Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya
untuk <1tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 5
jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun jam pertama
30 cc/kgBB dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik,
tetesan IV dapat dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau
3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih
pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu pengobatan
diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan
diare tanpa dehidrasi.

K., Marcellus Simadibrata. "Diare Akut." In Ilmu Penyakit Dalam Edisi Ke enam Jilid I, by Siti Setiati, 1902-1905. Jakarta Pusat: Ilmu

PENATALAKSANAAN
Pengobatan diare kronik ditujuan terhadap
penyakit yang mendasari. Sejumlah agen anti
diare dapat digunakan pada diare kronik. Opiat
mungkin dapat digunakan dengan aman pada
keadaan gejala stabil.
-Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg
setiap mencret. Dosis maksimum 16 mg/hari.
-Dhypenoxylat

per hari.

dengan atropin : diberikan 3-4 kali

PENATALAKSANAAN
- Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi
additif, obat ini sebaiknya dihindari. Kecuali pada
keadaan diare yang intractable. Kodein dapat
diberikan dengan dosis 15-60 mg setiap 4 jam.
Paregoric diberikan 4-8 ml.
Klonidin : 2 adrenergic agonis yang menghambat
sekresi elektrolit intestinal. Diberikan 0,1-0,2
mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien
dengan diare sekretori, kriptospdidiosis dan
diabetes.

PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare
Penggunaan ASI
Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya
makanan dan minuman oleh bakteri, (2)
rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak
tepatnya pemberian makanan, (4) kurang
sabarnya ibu memberikan makanan secara
sedikit-sedikit tetapi sering.

PENCEGAHAN
Imunisasi campak
Program imunisasi campak mencakup 60 % bayi
berumur 9 11 bulan, dengan efektivitas sebesar
85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar
1,8 % dan mortalitas diare sebesar 13 % pada
bayi dan anaki balita.
Perbaikan higiene perorangan
Amerika serikat menunjukan bahwa kebiasaan
mencuci sebelum makan, dan sebelum masak
dan setelah buang air kecil atau buang air besar
dapat menurunkan morbiditas diare sebesar 14
48% .(4)\

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai