Disusun oleh:
Yustina Amelia
4151131419
Fitri Dwiyani
4151131431
Rosalina Helmi
4151131453
4151131458
4151131462
4151131470
4151131473
Yudha Febrian
4151131477
Primandika Rachmanda
4151131508
XLIII-EF
Preceptor:
Elly Noer Rochmah, dr., SpA., M.Kes
STATUS RESPONSI
I.
A. KETERANGAN UMUM
Nama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
, 11 Juli 2014
Umur
: 6 Bulan
Golongan darah
: Tidak diketahui
Anak Ke
BB dan PB Lahir
: 2700 gr ,67 cm
Tanggal Dirawat
: 23 Januari 2015
: Tn. Rojudin
Umur
: 29 tahun
Golongan darah
Pendidikan
Pekerjaan / Jabatan
: Swasta
Alamat
Nama ibu
: Ny. Rina
Umur
: 28 tahun
Golongan darah
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
: S1
: Ibu Rumah Tanggga
: Kp. Saar Mutiara RT 03 RW 06 Karang Tanjung, Cililin,
Kabupaten Bandung Barat
B. KELUHAN UTAMA
BAB mencret
C. ANAMNESIS KHUSUS
BAB mencret sejak 10 hari yang lalu lebih dari 3-4x/hari, disertai lendir
namun tidak disertai darah. Konsistensi cair dan berisi ampas makanan .Pasien
belum pernah dibawa berobat ke dokter umum sebelumnya.
D. ANAMNESIS UMUM
Keluhan BAB disertai dengan mual dan muntah 1x berisi cairan ASI.
Pasien mengaku demam sejak 4 hari yang lalu disertai batuk . Pasien menjadi
malas menetek sejak hari ke-2 demam. Pasien sudah mulai mengonsumsi
makanan tambahan yaitu bubur susu sejak usia 6 bulan, pasien makan sebanyak 2
sendok bayi. Keluhan tidak disertai dengan adanya kemerahan pada sekitar dubur
pasien. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien menjadi rewel, gelisah, buang air
kecil tidak ada kelainan dan mengganti popok 3-4 kali perhari. Saat menangis
pasien masih mengeluarkan air mata.
E. ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT IMUNISASI
2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah dan Ibu dalam keadaan sehat.
2
3. RIWAYAT MAKAN
II.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
: Kualitatif
Sesak
Sianosis
: Sentral/perifer (-/-)
Edema
Dehidrasi
Anemi
: (-)
Kejang
Pengukuran
Umur
: 6 bulan
BB
: 7,4 kg
PB
: 67 cm
Status Gizi
: BB/U : 0 / -1 SD
BB/TB : -2 / -3 SD
Tanda Vital
Heart rate
: 100 x/menit
Laju napas
Suhu
: 36,1oC
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Kepala
: Normocephal
Mata
Pupil
: Bulat Isokor
Hidung
: Rhinorrhae (-)
Telinga
: Otorrhae -/-
THT
Tonsil
Farings
: tidak hiperemis
Bibir
Mulut
: Mukosa basah
Gusi
Gigi
Leher
KGB
Lain-lain
Thorax
Paru
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor kiri=kanan
Auskultasi
Belakang
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak diperiksa
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Genitalia
Jenis Kelamin
: Laki - Laki
Kelainan
Maturitas Seks
: Normal
Ekstremitas
Akral
Turgor kulit
: kembali cepat
Sianosis
: (-)
Susunan Saraf
Reflek cahaya (pupil) : +/+
Reflek kornea
: normal
: (-)
Kernig
: (-)
Laseque
: (-)
Saraf otak
: normal
Motorik
: gerak aktif
Sensorik
: normal
Vegetatif
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
Gordon : -/III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM tanggal 24 Januari 2015
Lab
24 Januari 2015
Hb
10,6 g/dl
Eritrosit
3.900.000/mm3
Leukosit
6.600/mm3
Hematokrit
30,7%
Trombosit
273.000/mm3
78,9%
MCH
27,2%
MCHC
34,5%
Hitung jenis
Segmen
44,1%
Limfosit
31,8%
Monosit
24,1%
Makroskopis
Warna
Hijau
Konsistensi
Encer
Lendir
Darah
Mikroskopis
Sisa makanan
Amilum
Leukosit
1-2
Eritrosit
Lemak
Serat otot
Telur cacing
Amoeba
Lain-lain
IV.
RESUME
Seorang ibu membawa anak laki-lakinya yang berusia 6 bulan dengan
keluhan BAB mencret sejak 10 hari yang lalu lebih dari 3-4x/hari, disertai lendir
namun tidak disertai darah. Konsistensi cair dan berisi ampas makanan. Pasien
belum pernah dibawa berobat ke dokter umum sebelumnya.
Keluhan BAB disertai dengan mual dan muntah 1x berisi cairan ASI.
Pasien mengaku demam sejak 4 hari yang lalu disertai batuk . Pasien menjadi
malas menetek sejak hari ke-2 demam. Keluhan tidak disertai dengan adanya
kemerahan pada sekitar dubur pasien. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien
menjadi rewel, gelisah, buang air kecil tidak ada kelainan dan mengganti popok 34x/hari. Saat menangis pasien masih mengeluarkan air mata. Riwayat imunisasi
yang dilakukan lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
: komposmentis
Keadaan sakit
Berat Badan
: 7,4 kg
Panjang Badan
: 67 cm
Status Gizi
: BB/U : 0 / -1 SD
BB/TB : -2 / -3 SD
Tanda Vital
Heart rate
: 100 x/menit
Laju napas
Suhu
: 36,1 oC
Kepala
: Normocephal
Mata
Pupil
: Bulat Isokor
Hidung
: Rhinorrhae (-)
Telinga
: Otorrhae -/8
Tenggorokan
Tonsil
Farings
: tidak hiperemis
Bibir
Mulut
: Mukosa basah
Gusi
Gigi
Leher
KGB
Lain-lain
V.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
1. Diare akut non disentriform dengan dehidrasi ec
2. Diare akut non disentriform dengan dehidrasi ec
3. Diare akut non disentriform dengan dehidrasi ec
DIAGNOSIS KERJA
Diare akut non disentriform dengan dehidrasi ec
VI.
USUL PEMERIKSAAN
Kultur feses
VII.
PENATALAKSANAAN
1.
Rehidrasi
Tindakan rehidrasi yang diperlukan pada pasien tanpa dehidrasi, yaitu
dengan pemberian cairan oral dalam bentuk cairan rumah tangga dan
2.
oralit.
Tidak boleh dipuasakan. Pemberian makanan harus diteruskan. Penderita
sering sekali anoreksia, sehingga pemberian makanan disarankan sedikit-
3.
4.
5.
VIII.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad Functionam : Ad bonam
DISKUSI
EPIDEMIOLOGI
Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab
nomor satu kematian balita diseluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh
balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara
10
UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal
dunia karena diare. Di indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal karena
diare. Diare akut masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
DEFINISI
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih
dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai
dengan muntah atau tinja yang berdarah.
ETIOLOGI
1. Infeksi
Bakteri : E. coli, Shigella, Salmonella, Vibrio, Yersinia, Campylobacter
Virus : Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus
Parasit : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum
2. Alergi : protein air susu sapi
3. Intoleransi : karbohidrat, lemak, protein
4. Keracunan makanan
5. Zat kimia beracun
6. Toksin mikroorganisme : Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus
FAKTOR RISIKO
1. Keadaan gizi
2. Hygiene & Sanitasi
3. Sosial budaya
4. Sosial ekonomi
5. Kepadatan penduduk
6. Imunodefisiensi
PATOFISIOLOGI
1. Shigellosis
Shigellosis merupakan masalah kesehatan mayor khususnya di negara
berkembang dengan sanitasi yang buruk. Shigellosis adalah infeksi akut saluran
pencernaan akibat bakteri genus Shigella. Bakteri ini merupakan penyebab diare
berdarah disertai mukus. Bakteri ini ditularkan secara fekal-oral melalui air atau
makanan yang terkontaminasi atau melalui kontak dengan penderita. Vektor
11
seperti lalat rumah dapat menyebarkan penyakit ini dengan membawanya dari
feses yang terkontaminasi, Dalam tubuh, bakteri ini dapat menginvasi dan
menghancurkan sel-sel yang melapisi usus besar sehingga menyebabkan ulserasi
dan diare berdarah.
Selain diare, gejala infeksi Shigella yaitu demam, keram perut, dan nyeri
pada rektum. Kebanyakan pasien dapat sembuh tanpa komplikasi dalam 7 hari.
Shigellosis dapat diobati dengan antibiotik, akan tetapi beberapa strain dinyatakan
telah resisten.
Dosis infektivitas (ID) Shigella sangat rendah. Sedikitnya 10 basil
S.dysenteriae dapat menyebabkan gejala klinis, sedangkan 100-200 basil S.sonnei
or S.flexneri diperlukan untuk menyebabkan infeksi. Alasan untuk hal ini belum
jelas hingga saat ini, kemungkinan karena Shigella yang virulen ini dapat bertahan
pada pH lambung yang rendah yaitu pada pH 2,5 setidaknya dalam 2 jam.
Masa inkubasi bervariasi mulai dari 12 jam hingga 7 hari, biasanya 2-4
hari. Penyakit ini menular selama orang yang terinfeksi mengekskresikan
organisme dalam tinja, yang dapat memperpanjang onset penyakit selama 4
minggu. Keluarnya bakteri biasanya berhenti dalam waktu 4 minggu setelah onset
penyakit, jarang bertahan sampai berbulan-bulan.
Respons tubuh terhadap infeksi primer ditandai dengan inflamasi akut oleh
infiltrasi sel polimorfonuklear (PMN). Hal ini menyebabkan destruksi masif
mukosa
kolon.
Destruksi
apoptotik
makrofag
di
jaringan
subepitelial
13
2. Amoebiasis
14
tidak
menimbulkan
sebagian
menimbulkan
gejala
gastrointestinal ringan, dan diare berdarah dengan lendir. Pada infeksi berat dapat
timbul gejala demam, diare hebat, nyeri perut, ikterus, anoreksia, dan penurunan
berat badan. Kasus berat dapat menyebabkan berkembangnya abses berisi amoeba
dan sel-sel inflamasi pada hepar dan otak (jarang). Diare berdarah dapat berlanjut
menjadi anemia.
Amoeba adalah parasit yang dapat ditemukan dengan mudah pada
makanan atau minuman yang terkontaminasi. Parasit memasuki tubuh melalui
mulut lalu tertelan. Saat memasuki lambung, amoeba tidak menunjukkan aktivitas
akibat lingkungan yang asam. Amoeba kemudian memasuki sistem pencernaan,
menempati usus, dan bermultiplikasi pada mukosa usus. Parasit memproduksi
endotoksin yang merusak dinding usus halus, kolon, dan kapiler. Hal ini
menyebabkan nekrosis lapisan mukosa. Nekrosis berlanjut pada timbulnya
ulserasi dan gangren lalu toxemia.
Masa inkubasi parasit bervariasi mulai dari beberapa hari hingga beberapa
bulan atau bahkan setahun. Gejala klinis dapat gradual, berat, maupun fulminan,
termasuk diare berdarah, feses berbau busuk, frekuensi BAB 10-12 kali disertai
lendir. Gejala lainnya antara lain demam tidak terlalu tinggi, nyeri hipokondrium
dekstra, keram perut, dan gejala lain seperti nyeri kolik, anoreksia, penurunan
berat badan, penurunan stamina, serta reaksi alergi berupa ruam kulit akibat
pelepasan toksin parasit yang mati..
15
GEJALA KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat menyebabkan manifestasi klinis sebagai
berikut:
-
16
USULAN PEMERIKSAAN
Dalam menegakkan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan feses.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan feses (makroskopis,
benzidin test, mikroskopis) dan perlu juga dilakukan biakan feses (dengan media
agar MacConkey).
PENATALAKSANAAN
Rencana terapi A, untuk anak diare tanpa dehidrasi
1. Beri cairan tambahan
Tindakan rehidrasi yang diperlukan pada pasien tanpa dehidrasi, yaitu dengan
pemberian cairan oral dalam bentuk cairan rumah tangga dan oralit, dengan
dosis :
Umur <1th: 50-100 ml/setiap kali diare
Umur 1-2th: 200 ml/setiap kali diare
Umur 2-5th: 400 ml/setiap kali diare
cara meminumkan :
- minumkan sedikit sedikit tetapi sering
- jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjut dengan lebih lambat
- teruskan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti
17
2.
3.
4.
5.
6.
mikroorganisme patogen
Merangsang pengeluaran secretory IgA dari mukosa ke dalam lumen usus
KOMPLIKASI
Kekurangan Energi Protein, Kekurangan kalium, demam tinggi, prolaps
rekti, kejang dan sindroma hemolitik uremik.
PROGNOSIS
Pada umumnya penyakit diare mempunyai prognosis baik, apabila
diberikan terapi yang adekuat. Diare memiliki angka morbiditas yang tinggi
dengan angka kematian mencapai 10%.
18