Disusun oleh :
dr. Zahro Badria
Pembimbing:
dr. Dini Hari Anggraini SpP
dr. Bariani Anwar
dr. Abdul Jaelani
Wahana :
RSUD Pantura MA Sentot Patrol
Pemeriksaan spesifik
Kepala
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor Ø
3mm/3mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
Telinga Membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung Sekret (-)
Mulut Sianosis (-), stomatitis (-), coated tongue (-)
Leher KGB tidak membesar, tiroid tidak membesar, JVP (5-2)cmH2O
Thorax
Paru
Inspeksi Statis dan dinamis simetris, retraksi (-), barrel chest (+)
Palpasi Stem fremitus kanan = kiri, sela iga melebar (+)
Perkusi Hipersnor dikedua hemithorax
Auskultasi Vesikuler (+/+) menurun, wheezing (+/+), ronkhi basah sedang
di seluruh lapangan paru,
Cor
Inspeksi Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi Iktus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi BJ I-II (+) N, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi Datar, jejas (-)
Auskultasi Bising usus (+) N
Palpasi Lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi Timpani
Genitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : Sianosis (-), udema (-), CRT <2”, akral hangat
Ekstremitas bawah : Sianosis (-), udema (-), CRT <2, akral hangat.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (tanggal 21-10-2018)
Hematokrit 47,6 % 40 - 52
Ureum 33 mg/dl 13 – 43
Hili normal, corakan bronkovaskuler bertambah, cuffing sign (+), tram line (+).
Kesan gambaran bronkitis kronik
Saran Pemeriksaan Penunjang
- Spirometri
Tata Laksana
Non farmakologis :
1. O2 2-3 lpm/ nassal canul
2. Diet nasi biasa
Farmakologis :
1. Drip aminofilin 240 mg dalam Ringer lactate 500 cc/12 jam
2. Nebulisasi salbutamol + ipatropium bromida/ 8 jam
3. Injeksi metilprednisolone 3x31,25 mg
4. Drip levofloxacin 1x 750 mg
5. Injeksi bromhexin 2 x 1 ampul
6. Injeksi ranitidine 2 x 50 mg
7. Drip paracetamol 1g jika demam >38,5oC
Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
(PPOK) Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2003
2. Alwi Idrus, Salim Simon, Hidayat Rudy, dkk (Ed). Penatalaksanaan di Bidang
Ilmu Penyakit Dalam Paduan Praktik Klinis. Jakarta : Interna Publishing.
2015 :746-750.
3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease Inc. Pocket Guide to
COPD Diagnosis, Management, and Prevention. 2017.
4. Reilly JJ., Silverman EK., Saphiro S. Harisson’s Principle of Internal
Medicine. 17th Edition. USA : McGraw Hill Company, 2017 :1635.
5. Brashier BB., Kodgule R. Risk Factors and Pathophysiology of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). February 2012, Vol 60
Hasil Pembelajaran
1. Mampu mendiagnosis penyakit PPOK dan mampu
mengklasifikasikannya;
2. Mampu memberikan penatalaksanaan PPOK dengan benar sesuai dengan
kompetensi dokter umum;
3. Mampu memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
penyakit PPOK.
RANGKUMAN
Subjektif
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan batuk sejak ± 3
bulan SMRS, tidak berdahak, tidak terdapat keluhan lainnya. Menurut pasien, ia
sering batuk hilang timbul, dan hanya meminum obat warung. Sejak ± 5 hari
SMRS pasien mengeluh sesak napas, batuk (+), berdahak, warna dahak putih
kental, demam(+). Pasien berobat ke penyakit dalam di RS Medissina, diberikan
3 macam obat, kemudian pasien merasa lebih baik. Sejak ± 3 hari SMRS, keluhan
sesak napas semakin berat, mengi (+), batuk (+) berdahak, warna putih
kekuningan, demam (+). Kemudian pasien berobat ke RS MA Sentot Patrol.
Dari riwayat kebiasan, pasien diketahui merokok dari usia muda, lamanya
>30 tahun, sehari 2 bungkus. Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama
disangkal. Riwayat pengobatan lama sebelumnya disangkal, riwayat sakit
lainnya disangkal.
Objektif
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
Vital signs
TD : 120/70 mmHg
PR : 78x/m, isi cukup, tegangan kuat
RR : 25x/m, saturasi oksigen 96%
Temperatur : 36,80C
Antropometri
BB : 60 kg
TB : 170 cm
IMT : 20,76, gizi baik
Paru
Inspeksi Statis dan dinamis simetris, retraksi (-), barrel chest (+)
Palpasi Stem fremitus kanan = kiri, sela iga melebar (+)
Palpasi Hipersnor dikedua hemithorax
Auskultasi Vesikuler (+/+) menurun, wheezing (+/+), ronkhi basah
sedang di seluruh lapangan paru,
Terapi farmakologis :
1. Bronkodilator
a. Drip aminofilin 240 mg dalam Ringer lactate 500 cc/12 jam
Aminofilin merupakan bronkodilator golongan metilxantin yang
memiliki durasi kerja hingga 24 jam, diberikan terutama pada serangan
sedang hingga berat dan dapat dikombinasikan dengan bronkodilator
lainnya. Dosis aminofilin dapat diberikan 0,5mg/kgbb/jam
b. Nebulisasi salbutamol + ipatropium bromida/ 8 jam
2. Antiinflamasi
Injeksi metilprednisolone 3x31,25 mg
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250
mg.
3. Antibiotik
Pada kasus diberikan levofloxacin 1x750 mg. Berdasarkan penelitian
PPOK eksaserbasi akut sering disebabkan oleh Pseudomonas, oleh
karena itu terapi yang diberikan golongan kuinolon yang bersifat road
spektrum.
Penyebab tersering eksaserbasi akut pada PPOK adalah infeksi, oleh
karena antibiotik yang adekuat pada serangan akut sangat di ajurkan.
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
4. Mukolitik
Injeksi bromhexin 2x1ampul
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan
mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik
dengan sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK
bronkitis kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
5. Terapi tambahan
- Injeksi ranitidine 2 x 50 mg
- Drip paracetamol 1g jika demam >38,5oC
Peserta Pembimbing
Pendamping 1 Pendamping 2