Anda di halaman 1dari 21

CASE REPORT SESSION

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Bagian Psikiatri

SUB KELOMPOK A-1


Dimas Dwi Harryadi 4151141003
Ervina Ayu Fitria 4151141412
Nur Rahayu Ningrat 4151141414

Pembimbing:
Prof. H. Nizar Zainal Abidin, dr. Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI
RS DUSTIRA / FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI
CIMAHI
2015

0
CASE REPORT SESSION (CRS)

Identitas Pasien

Nama : Kristin Elisa

No rekam medik : 00322758

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 30 April 1992

Alamat : Kp. Jati RT.04/01 Nanjung

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan terakhir : SLTA

Agama : Protestan

Pekerjaan : Kasir

Masuk tanggal : 18 Maret 2016

Penanggung Jawab Pasien

Nama : Ny. Luciana

Hubungan : Ibu

Alamat : Kp. Jati RT.04/01 Nanjung

Keterangan didapat dari

Nama : Tn.Salim

Hubungan : Ayah

Sifat perkenalan : Akrab

Kebenaran anamnesa : Dapat dipercaya

Lama perkenalan : Seumur hidup

1
HETEROANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Mengamuk Agresivitas motorik
Berbicara sendiri dan melantur Agresivitas verbal

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Bapak Salim memberi penjelasan bahwa Kristin dibawa ke Rumah
Logore,
Sakit Dustira sekarang dikarenakan Kristin memperlihatkan gejala
waham
seperti banyak ngomong yang melantur (bicara ngaco), suka
kebesaran,
menganggap dirinya istri yesus, kemudian sekarang jadi rajin
waham curiga,
beribadah (berdoa) karena kristin mengatakan sering melihat dan
halusinasi
mendengar banyak orang jahat yang mengganggu dan akan
auditori,
membunuh Kristin serta orang-orang lain di dunia, sehingga Kristin
halusinasi
ingin menyelamatkan orang-orang di dunia. Kristin menolak makan
Logore,
visual,
dan minum karena merasa makanan dan minuman kristin ada yang
waham curiga,
agresivitas
meracuni. Kemudian kristin juga menolak minum obat, sering
halusinasi
motorik
mengamuk dan marah-marah.
auditori,

agresivitas

motorik
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Menurut penjelasan Bapak Salim, Kristin menderita gangguan jiwa

sejak tahun 2010. Pada saat itu gejala yang terlihat cemas, banyak

diam dan melamun, sulit tidur. Hal itu disebabkan karena faktor

keuangan dikeluarga yang semakin sulit, yang memaksa Kristin

untuk bekerja supaya dapat membantu keuangan keluarga. Setelah

2
lulus SMA Kristin bekerja sebagai waitress di sebuah hotel. Kristin

tidak terlihat cemas lagi, Kristin bersikap normal seperti biasanya

karena kristin sudah punya gaji sendiri. Pada tahun 2014 Kristin

berhenti dari pekerjaannya di hotel dan mulai berpindah-pindah

tempat kerja, salah satunya magang untuk menjadi kasir di restoran

fastfood. Namun saat status Kristin masih pegawai magang di

tempat tersebut, Kristin sudah pindah lagi tempat kerja karena

merasa ketakutan. Kristin mendengar bisikan-bisikan yang

memberitahu bahwa di tempat kerjanya ada orang jahat yang

mengganggu kristin. Sejak saat itu kristin berbicara banyak

melantur, merasa bahwa ada orang jahat yang selalu mengganggu

dirinya dan mengancam akan membunuh kristin. Sejak November

2015 bahkan Kristin sering marah-marah dan mengamuk. Pada

Januari 2016, orang tua Kristin membawa Kristin Ke RS Dustira,

lalu Kristin dirawat di Ruang Rawat Penyakit Jiwa selama 2

minggu. Kristin dibawa pulang oleh keluarganya karena sudah

membaik, Kristin tidak pernah marah-marah dan mengamuk lagi.

Namun pada tanggal 8 Maret 2016 akhirnya Kristin dibawa

kembali ke RS Dustira karena dalam beberapa hari ke belakang,

Kristin tidak mau minum obat dan mengamuk lagi.

RIWAYAT HIDUP PASIEN


Kristin adalah seorang anak yang pendiam, tidak banyak bicara,

jarang menceritakan pada orang tuanya apabila mempunyai

masalah. Karena keadaan ekonomi keluarga, setelah lulus SMA

3
Kristin bekerja sebagai waitress di sebuah hotel. Pada tahun 2014

Kristin berhenti dari pekerjaannya di hotel dan mulai berpindah-

pindah tempat kerja, salah satunya magang untuk menjadi kasir di

restoran fastfood. Kristin hidup dalam lingkungan keluarga yang

harmonis dan 4 bersaudara, Kristin adalah anak ke-2. Kedua adik

Kristin masih sekolah. Orang tua Kristin bekerja sebagai pedagang.

Keadaan ekonomi keluarga Kristin kurang baik.

RIWAYAT PERNIKAHAN
Kristin sudah menikah, namun keluarga Kristin tidak mengetahui

tentang kehidupan rumah tangga Kristin, karena Kristin tidak

pernah menceritakan apapun pada kedua orang tuanya.

Kehidupan fantasi
Tidak ada keterangan.
Kehidupan seksual
Tidak ada keterangan.
Kehidupan sosial
Hubungan sosial pasien dalam kedaan baik tetapi apabila dalam

keadaan sakit maka pasien akan membenci semua orang yang ada

di sekelilingnya karena merasa banyak orang-orang yang akan

membunuh kristin dan meracuni kristin.

Waham curiga

4
AUTOANAMNESIS

Keluhan Utama:

Mengamuk

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien dibawa ke rumah sakit Dustira dengan dengan keluhan

mengamuk secara tiba-tiba. Faktor pencetusnya adalah pasien

merasa ada yang akan membunuh dan meracuninya dikarenakan

dia tahu akan ada hal buruk yang akan menimpa pasien dan orang-

orang didunia, namun ketika ditanya hal buruk apa pasien menolak

menjawab.

Gangguan Orientasi

Orientasi pasien terhadap tempat, waktu, orang lain, dan diri sendiri

dalam keadaan baik.

Gangguan Persepsi Agresivitas motorik

Pasien mengalami halusinasi dengar berupas suara bisikan yang

5
dianggapnya yesus yang memperingatkan bahwa ada yang

berusaha membuhunnya.
Waham curiga

Gangguan Ingatan

Kemampuan pasien dalam mengingat dalam keadaan baik. Pasien

bisa menceritakan masa kecilnya, menceritakan dari awal mula

sakit hingga pasien di bawa berobat ke rumah sakit.

Gangguan Pikiran

Pikiran pasien ada yang tidak wajar, yaitu pasien merasa bahwa

dirinya adalah istri dari yesus. Kemampuan abstraksi pasien dalam

keadaan baik. Pasien memiliki pemikiran curiga kepada orang lain,

tetapi setelah diberi obat apabila dikoreksi pasien bisa menerima

dengan baik. Sifat pemikiran pasien tersebut mempengaruhi Halusinasi dengar +++

tingkah lakunya menjadi tidak mau untuk keluar dari rumah.

Gangguan Emosi

Perkembangan emosi pasien labil. Menjadi gampang marah dan

gampang curiga terutama jika disinggung tentang keadaannya.

Durasi pasien jika sedang marah antara 10 – 20 menit..

Perubahan Tingkah Laku

Sebelum pasien mengalami gangguan jiwa, pasien pendiam dan Waham kebesaran

6
pemalu, tidak banyak bicara. Lalu setelah pasien mengalami

ganguan jiwa pasien menjadi banyak bicara dan suka mengamuk. Waham curiga

Akhir-akhir ini pasien sering mengamuk tidak jelas karena


Gangguan fungsi sosial
mencurigai orang-orang sekitar bahwa ada yang ingin membunuh

pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Mood labil
Pasien sudah pernah mengalami keluhan serupa sejak tahun 2010.

Pasien pernah dirawat di rumah sakit dustira pada bulan januari

2016.

Riwayat Keluarga:

Di dalam keluarga pasien tidak terdapat anggota keluarga


Faktor presipitasi
yang bergejala seperti pasien. Pasien merupakan anak kedua dari

epat. Kedua adik pasien masih sekolah, semua keadaan keluarga

pasien dalam keadaan sehat.

Hubungan perkawinan antara ayah dan ibu pasien dalam

keadaan baik. Pasien merupakan anak kandung dari kedua orang

tua nya. Pasien memiliki status sosio-ekonomi menengah ke bawah.

Status sosio-kultural baik. Suasana kehidupan keluarga pasien baik,

orang tua pasien sering menengok pasien baik ketika pasien sehat Faktor presipitasi

ataupun sakit. Cara orang tua dalam mendidik dan mengasuh pasien

7
penuh kasih sayang.

Riwayat Hidup

Pasien lahir secara normal di rumah daerah Nanjung. Pasien

merupakan anak yang diinginkan. Pasien sangat di sayangi oleh

kedua orang tuanya. Ayah pasien tegas dalam mendidik pasien.

Ketika bayi pasien dalam keadaan sehat dan normal. Masa kecil

pasien pemalu dengan orang lain. Hubungan pasien dengan orang

tua dalam keadaan baik dan cara orang tua mendidik pasien juga

baik.. Pasien mempunyai pekerjaan sebagai kasir restoran fastfood.

Riwayat Perkawinan

Pasien memiliki riwayat sudah menikah, namun pasien tidak

mengakui bahwa pasien sudah menikah, dikarenakan pasien adalah

istri yesus.

Kepribadian Sebelum Sakit

Sebelum mengalami gangguan jiwa pasien pendiam dan rajin

bekerja, pasien dikenal sebagai orang yang ramah.

Kehidupan Fantasi

Pasien sering menganggap bahwa ia adalah istri yesus dan tyesus

akan menjemputnya jika waktunya tiba.

8
Kehidupan Psikososial

Pasien bukan merupakan orang yang sering bergaul dan cenderung

pendiam.

Kehidupan Emosional

Selama pasien mengalami gangguan jiwa sifat pasien menjadi

gelisah dan mudah curiga pada orang-orang sekelilingnya.

Hubungan Sosial

Hubungan pasien dengan keluarga dalam keadaan baik, pasien

tidak memiliki musuh dengan tetangga atau kerabat lainnya.

Kebiasaan dan Kesenangan

Pasien senang berdoa memohon keselamatan orang-orang dari hal

buruk yang akan terjadi dalam kesehariannya.

Status Fisikus

Keadaan Umum

Kesan sakit: Tidak tampak sakit

Kesadaran: Compos Mentis

Tanda Vital:

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

9
Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,5 ⁰C

Keadaan Gizi : Baik

Bentuk Tubuh : Normal

Status Psikikus

Penampilan : Dekorum : kebersihan kurang baik

Kontak: Positif (ada kerjasama dan partisipasi)

Rapport: Cukup adekuat

Cara bicara : Logore, asosiasi longgar

Tingkah laku : Hiperaktif

Ekspresi emosi : Tampak gembira

Pikiran dan persepsi

Isi pikiran : Waham curiga dan waham kebesaran

Bentuk : Autistik

Jalan : Inkoheren

Persepsi : Halusinasi auditorik (+)

Fungsi kognisi

Kesadaran : compos mentis

Orientasi : baik (tempat, waktu, diri sendiri, orang lain)

Konsentrasi : kurang

Memori : baik

Kalkulasi : cukup baik

Intelegensia : sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan

10
Penilaian abstrak : baik

Tilikan/wawasan (insight of illness): buruk

Pemeriksaan Laboratorium

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Psikologis

Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan EEG

Tidak dilakukan pemeriksaan

Psikodinamika

 Premorbid
Pasien berasal dari keluarga yang harmonis. Kepribadian pasien sejak kecil

adalah seorang yang pendiam, jarang bicara. Hubungan pasien dengan

orangtuanya dekat. Kecenderungan pasien untuk menyendiri merupakan mental

mekanisme represi, isolasi dan fantasi.


 Durante morbid
Presipitasi masalah pada pasien terjadi karena factor ekonomi dari keluarga yang

kurang baik dan pasien terpaksa bekerja untuk menutupi ekonnomi keluarganya.
 Status present
Kesadaran pasien baik ketika diperiksa, pasien memiliki waham curiga dan

kebesaran. Terdapat juga gangguan persepsi berupa halusinasi dengar. Ingatan

pasien masih baik, kecerdasan pasien dalam batas normal. Pasien mulai tenang

dan mengalami perbaikan.

11
Diagnosis Multiaksial

Aksis I

• Gangguan klinik : Skizofrenia Paranoid

• Diagnosis banding : Gangguan waham menetap

Aksis II

• Gangguan kepribadian : tidak ada

• Retardasi mental : tidak ada

Aksis III

• Kondisi medik umum : tidak ada

Aksis IV

• Masalah ekonomi

Aksis V

• GAF Scale : 34-37 (Major impairment in several areas of functioning)

Diagnosis Kerja

Skizofrenia Paranoid

Diagnosis Banding

Skizofrenia paranoid

Gangguan waham menetap

12
Penatalaksanaan

Lodomer 2 x 2 ml Haloperidol (APG-I)

Arkine 2 x 2 ml THP (Antikolinergik)

Clopin 25 mg 0-0-1 Clozapine (APG-II)

Prognosis

Pada kasus, pasien mengalami skizofrenia paranoid. prognosis pada pasien baik.

13
PEMBAHASAN

Definisi

Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang pada dasarnya mengganggu

fungsi kognitif, emosi, persepsi dan aspek tingkah laku. Manifestasi klinis

bergantung pada tiap-tiap pasien sesuai dengan lamanya penyakit, tetapi efek dari

penyakitnya ini selalu berat dan biasanya bertahan lama. Kelainan ini biasanya

muncul sebelum usia 25 tahun bertahan seumur hidup, serta mengganggu fungsi

sosial dan personal karena masyarakat memandang sebelah mata terhadap

penyakit ini. Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering.

Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.

Pada pasien yang menderita penyakit ini memiliki kesadaran yang jernih

(clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,

walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian

Etiologi

1. Faktor Biologik

Faktor biologik diantaranya karena terdapat peningkatan dopamine dan

norepinefrin. Pada skizofrenia, terjadi penurunan GABA yang secara tidak

langsung juga berpengaruh terhadap peningkatan dopamine. Sedangkan pada

pasien skizofrenia kronik terjadi keabnormalan metabolism dan kadar serotonin.

Kadar ini dapat meningkat maupun menurun.

14
Terjadi hipofungsi reseptor glutamate tipe N-methyl-D-aspartate (NMDA)

yang menyebabkan gejala negative dan positif pada skizofrenia. Menurut teori

perkembangan saraf, terdapat bukti bahwa abnormalitas perkembangan saraf

selama trimester kedua masa kehamilan menyebabkan abnormalitas fungsi saraf

yang dapat menyebabkan timbulnya gejala skizofrenia pada dewasa muda.

Faktor genetik memiliki peranan penting terhadap hampir semua kasus

skizofrenia. Belum diketahui secara pasti model genetik yang berpengaruh, namun

ditemukan beberapa gen yang menyebabkan seseorang rentan mengalami

skizofrenia yaitu 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q, dan 22q. Penelitian terbaru

menemukan bahwa adanya hubungan mutasi gen dystrobevin dan neureglin 1

berhubungan dengan gejala negative pada skizofrenia.

2. Faktor Psikosial dan lingkungan

Pasien dengan keluarga yang tidak harmonis memiliki kecenderungan

untuk relaps lebih tinggi dibandingkann pasien dengan keluarga yang harmonis.

Stress psikologis dan lingkungan merupakan faktor pencetus tersering terhadap

timbulnya gejala pada pasien.

Klasifikasi Skizofrenia

Ada beberapa subtipe skizofrenia berdasarkan PPDGJ III:

1. Skizofrenia paranoid
2. Skizofrenia hebefrenik
3. Skizofrenia katatonik
4. Skizofrenia tak terinci
5. Depresi pasca skizofrenia
6. Skizofrenia residual
7. Skizofrenia simpleks
8. Skizofrenia lainnya

15
9. Skizofrenia yang tak tergolongkan
Semua pasien skizofrenia sebaiknya digolongkan kedalam salah satu dari

subtipe. Subtipe ditegakan berdasarkan atas manifestasi perilaku yang paling

menonjol.

Skizofrenia Tipe Paranoid

Tipe ini paling stabil dan paling sering terjadi. Awitan subtipe ini biasanya

terjadi lebih belakangan bila dibandingkan dengan bentuk-bentuk skizofrenia

lainnya. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai

dengan wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama,

mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali

memperlihatkan perilaku disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol

sedangkan afek dan pembicaraan hamper tidak terpengaruh. Beberapa contoh

gejala paranoid yang sering ditemui, yaitu:



Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan

cemburu

Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.

Kriteria Skizofrenia menurut PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas ( dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “tought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau


- “tought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

16
- “tought broadcasting“ = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang

lain atau umum mengetahuinya;


b. - “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau


- “delusion of passifity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara

jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau

kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus);


- “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar,

yang bermakna sangat khas bagi dirinya, bersifat mistik atau

mukzizat;
c. Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau


- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri ( diantara

berbagai suara yang berbicara), atau


- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemamuan

diatas manusia biasa ( misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).


2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide

17
berlebihan (over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hariselama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus;
f.Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan, atau neologisme;


g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu ( posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor;


h. Gejala-gejala ”negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;


3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik

prodormal);
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi

(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Kriteria Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


2. Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol ;

18
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa

(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,

atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;


- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Penatalaksanaan

1. Antipsikotika Generasi I (haloperidol, khlorpromazin, trifluoperazin,

thioridazine, perphenazine, dll)


2. Antipsikotika Generasi II (risperidone, clozapine, olanzapine, dll)
3. Psikososial (psikoterapi individu, kelompok, terapi keluarga, latihan

keterampilan social, remediasi kognitif, dll)


4. Terapi kejang listrik
5. Hospitalisasi bila membahayakan orang lain atau diri sendiri

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry .
10th ed. Philadelphia. 2007
2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2003.

3. Buku Ajar Psikiatri, edisi kedua. Fakultas Universitas Indonesia. Jakarta


2013. Hal: 386-387

20

Anda mungkin juga menyukai