Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PPOK EKSASERBASI AKUT


RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu

Oleh:
Muhammad Zulfikar Azhar, dr.

UPTD RSUD PANTURA M.A. SENTOT PATROL


DINAS KESEHATAN KABUPATEN INDRAMAYU
2023
PORTOFOLIO KASUS

NamaPeserta: dr. Muhammad Zulfikar Azhar


NamaWahana: RSUD Indramayu
Topik: PPOK Eksaserbasi Akut
Tanggal (kasus) : 24 April 2016
Tanggal Presentasi : 28 April 2016 Pendamping : dr. Widiyana
Tempat Persentasi : RSUD Indramayu
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang dengan keluhan sesak nafas.
Tujuan:
1. Pendekatan diagnosis diagnosis PPOK
2. Mengatasi Kegawatdaruratan pada pasien PPOK eksaserbasi akut
3. Penatalaksanaan dan Edukasi pasien PPOK eksaserbasi akut
Bahan Bahasan: Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data Pasien: Nama: Tn. C, laki-laki, 52 tahun No.Registrasi: XXXXXX
Nama klinik IGD RSUD Indramayu
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Keterangan Umum
 Nama : Tn. Camah
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 52 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jatisawit
 Pekerjaan : Petani
 Pendidikan Terakhir : SMP
 Status marital : Menikah
 Tanggal masuk RS : 24 April 2016

1
 Tanggal pemeriksaan : 24 April 2016

2. Gambaran Klinis
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak yang dirasakan sejak 1 hari SMRS, namun
semakin bertambah berat sejak 2 jam SMRS. Keluhan sesak nafas disertai dengan bunyi mengi.
Keluhan sesak nafas berkurang dengan posisi duduk. Keluhan sesak nafas disertai dengan batuk
berdahak berwarna putih sejak 1 minggu SMRS, panas badan, dan mual tanpa muntah. Pasien
tidur dengan 1 bantal. Keluhan terbangun malam hari karena sesak nafas, BAK menjadi sedikit,
kaki menjadi bengkak, batuk lama disertai penurunan berat badan disangkal oleh pasien.
Karena keluhannya, Os datang ke IGD RSUD Indramayu.
Sejak 3 tahun SMRS, Os mengeluhkan sudah mulai mengalami sesak nafas dan disertai
batuk-batuk sekitar 3 tahun SMRS. Sesak nafas bertambah apabila pasien mengerjakan aktivitas
berat dan berjalan jauh.
Os diketahui merupakan seorang perokok aktif sejak usia 20 tahunan hingga saat ini. Os
hanya berhenti merokok bila terasa sesak nafas saja. Os menghabiskan 1 bungkus per hari.
Riwayat sesak nafas berulang disertai mengi pada anak-anak disangkal oleh pasien. Riwayat
alergi debu, makanan disangkal.
3. Riwayat pengobatan:
OS belum pernah berobat karena keluhan sesaknya.
4. Riwayat kesehatan/penyakit:
Os tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, DM, jantung.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien seorang petani.
6. Kondisi lingkungan social dan fisik:
Pasien tinggal di rumah bersama dengan istri dan anaknya. Pembiayaan kesehatan pasien
tidak menggunakan jaminan kesehatan, pembayaran secara umum .
7. 7. Lain – Lain
Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD RSUD Indramayu pada tanggal 24 April 2016
8. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum: Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 104 x/menit, reguler, ekual, isi cukup
Respirasi : 40 x/menit

2
Suhu : 39.20C

STATUS GENERALIS
 Kepala : Bentuk dan ukuran normal.
 Wajah : Nyeri tekan sinus -
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : tenang
 Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Leher : JVP 5+2 cmH2O, Pembesaran KGB (-), Retraksi suprasternal (-)
 Thorax : Bentuk dan gerak simetris, sela iga melebar
 Paru : BPH ICS VI, peranjakan 1 ICS, VBS berkurang pada kanan dan kiri lapang
paru, hipersonor kedua lapang paru, rhonki (-/-), wheezing (+/+)
 Jantung : Ictus cordis tidak terlihat, teraba ICS V LMCS. BJ S1,S2 reguler, S3 (-), S4
(-), murmur (-)
 Abdomen: datar, lembut, Nyeri tekan epigastrium (-), Hepatosplenomegali (-), Timpani
(+), Bising usus (+) normal
 Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik , edema -/-

DIAGNOSIS KERJA :
PPOK eksaserbasi akut derajat sedang

TERAPI :
UMUM:
- Tirah baring posisi ½ duduk
KHUSUS:
- Nebulisasi combivent + pulmicort : 1:1, menilai respon terapi, jika membaik bisa
dilanjutkan dengan pemberian setiap 12 jam.
- IVFD RL
- O2 2 L per menit via nasal canule
- Ceftriaxon, 2 x 1g, IV
- Paracetamol infus 3 x 500 mg

3
- Omeprazole 1 x 40 mg, IV
- Ambroxol 3 x 30 mg tab, p.o.

USULAN PEMERIKSAAN:
- Pemeriksaan Darah Rutin, GDS, Kimia darah
- Foto thoraks PA
- EKG
9. FOLLOW UP 25 April 2016
S: Os masih mengeluhkan sesak namun sudah jauh berkurang, panas badan, batuk.
O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 38.5 0C
Kepala: konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/-

Leher: KGB tidak teraba massa

Thorax: Bentuk dan gerak simetris, sela iga melebar, VBS menurun, hipersonor, ronkhi -/-;
wheezing +/+ minimal

Abdomen: BU (+) normal, NTE (-)

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik

PEMERIKSAAN LAB :
Pemeriksaan 25/04/2016

Hemoglobin 16,3 g/dL

Hematokrit 50%

Trombosit 136.000/mm3

Leukosit 12.200/mm3

Eritrosit 5.0x106/µL

GDS 98 mg/dL

Ureum 26 mg/dL

4
Kreatinin 0.8 mg/dL

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS: (25/4/2016)

Ekspertise:
 Cor : tidak membesar
 Sinus dan diafragma normal
 Pulmo: Hilus normal, coracan bronkovaskular bertambah, tidak tampak bercak lunak, sela
iga melebar
Kesan: Gambaran bronchitis kronis, tidak tampak kardiomegali

EKG:

5
Interpretasi: Sinus takikardia

Diagnosis: PPOK eksaserbasi akut derajat sedang

Penatalasanaan: Advis dr Zulfan SpPD

- Tirah baring posisi ½ duduk


- Nebulisasi combivent + pulmicort : 1:1, setiap 12 jam.
- IVFD RL
- O2 2 L per menit via nasal canule
- Ceftriaxon, 2 x 1g, IV
- Paracetamol 3 x 500 mg tab, p.o.
- Ambroxol 3 x 30 mg tab, p.o.
Daftar Pustaka:
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta: 2003.
2. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam: Edisi V. Interna Publishing: 2010; p.2225-2228.
3. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

6
2016.

Hasil Pembelajaran
1 Diagnosis PPOK eksaserbasi akut
2 Mengetahui diagnosis banding pasien dengan keluhan sesak nafas
3 Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut
4 Edukasi mengenai penyakit PPOK
5 Edukasi untuk kepatuhan berobat
6 Edukasi terapi rehabilitasi pada pasien PPOK

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO:

SUBJEKTIF:
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak yang dirasakan sejak 1 hari SMRS,
namun semakin bertambah berat sejak 2 jam SMRS. Keluhan sesak nafas disertai dengan
bunyi mengi. Keluhan sesak nafas berkurang dengan posisi duduk. Keluhan sesak nafas
disertai dengan batuk berdahak berwarna putih sejak 1 minggu SMRS, panas badan, dan
mual tanpa muntah.
Sejak 3 tahun SMRS, Os mengeluhkan sudah mulai mengalami sesak nafas dan
disertai batuk-batuk sekitar 3 tahun SMRS. Sesak nafas bertambah apabila pasien
mengerjakan aktivitas berat dan berjalan jauh. Os diketahui merupakan seorang perokok
aktif sejak usia 20 tahunan hingga saat ini. Os hanya berhenti merokok bila terasa sesak
nafas saja. Os menghabiskan 1 bungkus per hari.
OBJEKTIF:
Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium mendukung diagnosis PPOK
eksaserbasi akut. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Keadaan umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
- Tekanandarah : 110/70
- Nadi : 104 x/menit, reguler, ekual, isi cukup
- Respirasi : 40 x/menit
- Suhu : 39.20C
- Pemeriksaan Fisik

7
Thorax: Bentuk dan gerak simetris, sela iga melebar
Paru: VBS berkurang pada kanan dan kiri lapang paru, hipersonor kedua lapang
paru, rhonki (-/-), wheezing (+/+)
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan 25/04/2016

Hemoglobin 16,3 g/dL

Hematokrit 50%

Trombosit 136.000/mm3

Leukosit 12.200/mm3

Eritrosit 5.0x106/µL

- Pemeriksaan Radiologis: (25/4/2016)

Ekspertise:
- Cor : tidak membesar
- Sinus dan diafragma normal
- Pulmo: Hilus normal, coracan bronkovaskular bertambah, tidak tampak bercak

8
lunak, sela iga melebar
Kesan: Gambaran bronchitis kronis, tidak tampak kardiomegali
ASSESMENT
- DK/ PPOK eksaserbasi akut derajat sedang

PPOK(Penyakit Paru Obstruktif Kronik)


PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik: Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak
disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema: Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.

Epidemiologi:
Prevalensi dari batuk kronis dan berdahak berada pada kisaran 15-53% pada pria dengan
usia pertengahan. Sedangkan pada wanita, menunjukkan angka lebih rendah antara 8-
22%. Gejala tersebut juga lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan.

Faktor Risiko:
Host
- Genetik : defisiensi α1-antitripsin
- Hiperresponsif saluran nafas : asma
Environment:
- Rokok : faktor terpenting
- Debu kerja dan kimiawi
- Polusi indoor dan outdoor
- Infeksi pada saat anak dan dewasa

Patogenesis
Proses inflamasi di saluran pernafasan pada penderita PPOK adalah disebabkan oleh

9
amplifikasi dari normal inflammatory response of respiratory tract terhadap chronic
irritants terutamanya rokok. Proses inflamasi ini akan menjadi bertambah parah dengan
kehadiran oxidative stress dan aktivitas berlebihan dari proteinases dalam paru-paru.
Gabungan antara semua mekanisme ini akan menyebabkan perubahan karakteristik
patologi pada penderita PPOK.
Proses patologis yang terjadi pada PPOK pada tipe emfisema berupa pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Sedangkan pada tipe
bronkitis kronis terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi hipertrofi otot polos saluran pernafasan serta distorsi akibat fibrosis.

Patofisiologi
Akibat dari kelanjutan proses inflamasi, fibrosis dan penumpukan luminal exudates pada
saluran pernafasan perifer, akan terjadi reduksi dari FEV1 dan rasio FEV1/FVC.
Obstruksi dari saluran pernafasan perifer ini, menyebabkan udara terperangkap secara
progresif saat ekspirasi sehingga terjadi suatu keadaan hiperinflasi. Hiperinflasi
seterusnya akan menyebabkan berkurangnya inspiratory capacity (functional residual
capacity bertambah) terutama saat beraktivitas. Akibatnya akan terjadi dyspnea dan
hambatan dalam exercise capacity.
Kelainan dalam pertukaran gas akan menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia.
Pertukaran gas terganggu akibat progresifitas penyakit yang semakin parah. Tingkat
keparahan emfisema berhubung langsung dengan arterial PO2 dan ketidak seimbangan
marker ventilasi-perfusi (VA/Q). Obstruksi saluran pernafasan juga turut menyebabkan
ketidakseimbangan VA/Q dan bila bergabung dengan ventilatory muscle impaired
function, berkurangnya ventilasi dan mengakibatkan retensi karbon dioksida.
Hipersekresi mukosa adalah menyebabkan batuk produktif yang kronis, yaitu gambaran
khas dari bronkitis kronis dan tidak berhubungan dengan hambatan aliran udara.
Hipersekresi mukosa ini disebabkan oleh metaplasia mukosa dan meningkatnya jumlah
sel-sel goblet dan kelenjar submukosa yang membesar respons dari iritasi jalan nafas
kronis oleh substansi rokok dan noxious agent yang lain.

Diagnosis
Diagnosis PPOK harus dipertimbangkan pada pasien yang mengalami dispnea, batuk-

10
batuk lama atau batuk berdahak, riwayat terpapar dengan faktor resiko dari PPOK,
terutama merokok.
Anamnesis :
1. Dispnea yang progresif (semakin lama semakin memburuk). Biasanya memburuk
saat beraktivitas.
2. Batuk kronis yang hilang timbul dan tidak produktif
3. Batuk berdahak
4. Riwayat terpapar dengan faktor resiko ( merokok, debu dan bahan kimia, serta
asap dari rumah tangga dan bensin)
5. Riwayat Keluarga dengan PPOK
Pemeriksaan Fisik:
• Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis dan edema
tungkai
• Palpasi: Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi: Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (% ) dan atau VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Derajat Hambatan Nafas pada PPOK, sbb:
11
2. Darah rutin: Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi: Foto toraks PA dan lateral

Diagnosis Banding PPOK

Klasifikasi PPOK
 Patient Group A – Low Risk, Less Symptoms
Typically GOLD 1 or GOLD 2 (Mild or Moderate airflow limitation); and/or 0-1
exacerbation per year and no hospitalization for exacerbation; and CAT score < 10
or mMRC grade 0-1
 Patient Group B – Low Risk, More Symptoms
Typically GOLD 1 or GOLD 2 (Mild or Moderate airflow limitation); and/or 0-1
exacerbation per year and no hospitalization for exacerbation; and CAT score ≥ 10
or mMRC grade ≥ 2
 Patient Group C – High Risk, Less Symptoms

12
Typically GOLD 3 or GOLD 4 (Severe or Very Severe airflow limitation); and/or ≥
2 exacerbations per year or ≥ 1 with hospitalization for exacerbation; and CAT score
< 10 or mMRC grade 0-1
 Patient Group D – High Risk, More Symptoms
Typically GOLD 3 or GOLD 4 (Severe or Very Severe airflow limitation); and/or ≥
2 exacerbations per year or ≥ 1 with hospitalization for exacerbation; and CAT score
≥ 10 or mMRC grade ≥ 2

Tatalaksana PPOK Stabil


A. Menghindari faktor risiko: Berhenti merokok, menghindari paparan yang ada
di tempat kerja, menghindari polusi udara
B. Terapi Farmakologi

13
C. Terapi Non-Farmakologi
 Rehabilitasi: exercise training, konseling nutrisi, dan edukasi
 Terapi oksigen
 Terapi pembedahan : bullectomy atau transplasntasi paru

PPOK Eksaserbasi Akut

14
Eksaserbasi akut pada PPOK adalah timbulnya perburukan pada orang dengan PPOK
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau
faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.

Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum

Klasifikasi PPOK Eksaserbasi:


a. Tipe (eksaserbasi berat), memiliki 3 gejala di atas
b. Tipe II (eksaserbasi sedang), memiliki 2 gejala di atas
c. Tipe III (eksaserbasi ringan), memiliki 1 gejala di atas ditambah infeksi saluran napas
atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain, peningkatan batuk, peningkatan mengi
atau peningkatanfrekuensi pernapasan > 20% baseline, atau frekuensi nadi > 20%
baseline

Diagnosis PPOK Eksaserbasi:


Pasien yang mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala yang khas seperti
sesak napas yang semakin bertambah, batuk produktif dengan perubahan volume atau
purulensi sputum, atau dapat juga memberikan gejala yang tidak khas seperti malaise,
fatigue dan gangguan susah tidur. Roisin membagi gejala klinis PPOK eksaserbasi akut
menjadi gejala respirasi dan gejala sistemik. Gejala respirasi yaitu berupa sesak napas
yang semakin bertambah berat, peningkatan volume dan purulensi sputum, batuk yang
semakin sering dan napas yang dangkal dan cepat. Gejala sistemik ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, peningkatan denyut nadi serta gangguan status mental pasien.

Pemeriksaan penunjang untuk PPOK Eksaserbasi Akut meliputi:


 Tes fungsi paru (mungkin sukar dilakukan untuk pasien yang kondisinya parah)
PEF < 100 L/menit atau FEV, < 1 L mengindikasikan adanya eksaserbasi yang
parah.
 Pemeriksaan analisis gas darah
o PaO, < 8,O kPa (60 rnmHg) dan atau Sa 0, < 90% dengan atau tanpa PaCO, >

15
6,7 kPa (50 mmHg), saat bernapas dalam udara ruangan, mengindikasikan
adanya gagal napas.
o PaO, < 6,7 kPa (50 mmHg), PaCO,> 9,3 kPa (70 mrnHg) dan pH < 7,30,
memberi kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu dilakukan monitor
ketat serta penanganan intensif.
 Foto toraks. Dilakukan untuk melihat adanya komplikasi seperti pnemonia
 Elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan EKG dapat membantu penegakan
diagnosis hipertropi ventrikel kanan, aritmia dan iskemia.
 Kultur dan sensitivitas kurnan

Prinsip Penatalaksanaan PPOK Eksaserbasi Akut


Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut berfungsi mengatasi segera eksaserbasi yang
terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Bila telah menjadi gagal napas segera atasi
untuk mencegah kematian. Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi :
1. Diagnosis beratnya eksaerbasi
- Derajat sesak, frekuensi napas, pernapasan paradoksal
- Kesadaran
- Tanda vital
- Analisis gas darah
2. Terapi oksigen adekuat
- Pada eksaserbasi akut terapi oksigen merupakan hal yang pertama dan utama,
bertujuan untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang
mengancam jiwa. Diberikan dengan target saturasi oksigen 88-92%.
- Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigenasi adekuat, harus
digunakan ventilasi mekanik.
3. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
- Diberikan apabila terdapat 2 dari gejala cardinal sebagai berikut: peningkatan
jumlah sputum, sputum berubah menjadi purulent, peningkatan sesak. Pemberian
antibiotic yang direkomendasikan adalah 5-10 hari.
- Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat dan komposisi
kombinasi antibiotik yang mutakhir. Pemberian antibiotik di rumah sakit
sebaiknya per drip atau intravena. Pemilihan terapi empiris antibiotic pada PPOK

16
eksaserbasi akut meliputi: macrolide, aminopenisilin dengan atau tanpa asam
klavulanat, atau sefalosporin, kuinolon
b. Bronkodilator
- Bila rawat jalan B-2 agonis dengan atau tanpa antikolinorgik harus diberikan
dengan peningkatan dosis. Inhaler masih cukup efektif bila digunkan dengan cara
yang tepat, nebuliser dapat digunakan agar bronkodilator lebih efektif. Dalam
perawatan di rumah sakit, bronkodilator diberikan secara intravena dan nebuliser,
dengan pemberian lebih sering perlu monitor ketat terhadap timbulnya palpitasi
sebagai efek samping bronkodilator. Pemberian antikolinergik secara intravena
hanya diberikan pada kasus tertentu apabila pemberian terapi bronkodilator tidak
memberikan hasil yang baik.
c. Kortikosteroid
- Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperpendek waktu recovery,
memperbaiki fungsi paru, mencegah terjadinya serangan ulangan. Pemberian
prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu diberikan pada eksaserbasi derajat
sedang, sedangkan pada derajat berat diberikan secara intravena. Pemberian lebih
dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak
menimbulkan efek samping.
4. Nutrisi adekuat
- Untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan
menghindari kelelahan otot bantu napas
5. Ventilasi mekanik
- Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi
mortalitas dan morbiditas, dan memperbaiki simptom. Dahulukan penggunaan
NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi
PLAN:
Penatalaksanaan Farmakologis:
- Nebulisasi combivent + pulmicort : 1:1, setiap 12 jam.
- IVFD RL
- O2 2 L per menit via nasal canule
- Ceftriaxon, 2 x 1g, IV
- Paracetamol 3 x 500 mg tab, p.o.
- Ambroxol 3 x 30 mg tab, p.o.

17
Penatalaksanaan Non Farmakologis :
- Tirah baring posisi ½ duduk
- Edukasi: berhenti merokok, latihan pursed lips breathing, olahraga aerobic (jalan,
jogging, atau bersepeda dengan durasi 15-30 menit per sesi, 4-7 kali per minggu)
Prognosis :
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Indramayu, 28 April 2016

Peserta Pendamping

( dr. Muhammad Zulfikar Azhar ) (dr. Widiyana)

18
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal 28 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:

Nama Peserta : Muhammad Zulfikar Azhar, dr.


Dengan judul/topik : PPOK Eksaserbasi Akut
Nama Pendamping : Widiyana, dr.
Nama Wahana : RSUD Indramayu

No Nama Peserta Presentasi No Tanda Tangan


1 Muhammad Zulfikar Azhar 1
2 Yuleni 2
3 Nurma Fitri Apriani 3
4 Diana Vevy 4
5 Hidayatul Husna 5
6 Angie Erdita 6
7 Annisa Halimatussadiah 7
8 Muhammad Kautsar 8
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya

Pendamping

(Widiyana, dr.)

19

Anda mungkin juga menyukai