Oleh:
Muhammad Zulfikar Azhar, dr.
1
Tanggal pemeriksaan : 24 April 2016
2. Gambaran Klinis
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak yang dirasakan sejak 1 hari SMRS, namun
semakin bertambah berat sejak 2 jam SMRS. Keluhan sesak nafas disertai dengan bunyi mengi.
Keluhan sesak nafas berkurang dengan posisi duduk. Keluhan sesak nafas disertai dengan batuk
berdahak berwarna putih sejak 1 minggu SMRS, panas badan, dan mual tanpa muntah. Pasien
tidur dengan 1 bantal. Keluhan terbangun malam hari karena sesak nafas, BAK menjadi sedikit,
kaki menjadi bengkak, batuk lama disertai penurunan berat badan disangkal oleh pasien.
Karena keluhannya, Os datang ke IGD RSUD Indramayu.
Sejak 3 tahun SMRS, Os mengeluhkan sudah mulai mengalami sesak nafas dan disertai
batuk-batuk sekitar 3 tahun SMRS. Sesak nafas bertambah apabila pasien mengerjakan aktivitas
berat dan berjalan jauh.
Os diketahui merupakan seorang perokok aktif sejak usia 20 tahunan hingga saat ini. Os
hanya berhenti merokok bila terasa sesak nafas saja. Os menghabiskan 1 bungkus per hari.
Riwayat sesak nafas berulang disertai mengi pada anak-anak disangkal oleh pasien. Riwayat
alergi debu, makanan disangkal.
3. Riwayat pengobatan:
OS belum pernah berobat karena keluhan sesaknya.
4. Riwayat kesehatan/penyakit:
Os tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi, DM, jantung.
5. Riwayat pekerjaan:
Pasien seorang petani.
6. Kondisi lingkungan social dan fisik:
Pasien tinggal di rumah bersama dengan istri dan anaknya. Pembiayaan kesehatan pasien
tidak menggunakan jaminan kesehatan, pembayaran secara umum .
7. 7. Lain – Lain
Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD RSUD Indramayu pada tanggal 24 April 2016
8. PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum: Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 104 x/menit, reguler, ekual, isi cukup
Respirasi : 40 x/menit
2
Suhu : 39.20C
STATUS GENERALIS
Kepala : Bentuk dan ukuran normal.
Wajah : Nyeri tekan sinus -
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : tenang
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-)
Leher : JVP 5+2 cmH2O, Pembesaran KGB (-), Retraksi suprasternal (-)
Thorax : Bentuk dan gerak simetris, sela iga melebar
Paru : BPH ICS VI, peranjakan 1 ICS, VBS berkurang pada kanan dan kiri lapang
paru, hipersonor kedua lapang paru, rhonki (-/-), wheezing (+/+)
Jantung : Ictus cordis tidak terlihat, teraba ICS V LMCS. BJ S1,S2 reguler, S3 (-), S4
(-), murmur (-)
Abdomen: datar, lembut, Nyeri tekan epigastrium (-), Hepatosplenomegali (-), Timpani
(+), Bising usus (+) normal
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik , edema -/-
DIAGNOSIS KERJA :
PPOK eksaserbasi akut derajat sedang
TERAPI :
UMUM:
- Tirah baring posisi ½ duduk
KHUSUS:
- Nebulisasi combivent + pulmicort : 1:1, menilai respon terapi, jika membaik bisa
dilanjutkan dengan pemberian setiap 12 jam.
- IVFD RL
- O2 2 L per menit via nasal canule
- Ceftriaxon, 2 x 1g, IV
- Paracetamol infus 3 x 500 mg
3
- Omeprazole 1 x 40 mg, IV
- Ambroxol 3 x 30 mg tab, p.o.
USULAN PEMERIKSAAN:
- Pemeriksaan Darah Rutin, GDS, Kimia darah
- Foto thoraks PA
- EKG
9. FOLLOW UP 25 April 2016
S: Os masih mengeluhkan sesak namun sudah jauh berkurang, panas badan, batuk.
O: Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 38.5 0C
Kepala: konjungtiva anemis -/- ; sklera ikterik -/-
Thorax: Bentuk dan gerak simetris, sela iga melebar, VBS menurun, hipersonor, ronkhi -/-;
wheezing +/+ minimal
PEMERIKSAAN LAB :
Pemeriksaan 25/04/2016
Hematokrit 50%
Trombosit 136.000/mm3
Leukosit 12.200/mm3
Eritrosit 5.0x106/µL
GDS 98 mg/dL
Ureum 26 mg/dL
4
Kreatinin 0.8 mg/dL
Ekspertise:
Cor : tidak membesar
Sinus dan diafragma normal
Pulmo: Hilus normal, coracan bronkovaskular bertambah, tidak tampak bercak lunak, sela
iga melebar
Kesan: Gambaran bronchitis kronis, tidak tampak kardiomegali
EKG:
5
Interpretasi: Sinus takikardia
6
2016.
Hasil Pembelajaran
1 Diagnosis PPOK eksaserbasi akut
2 Mengetahui diagnosis banding pasien dengan keluhan sesak nafas
3 Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut
4 Edukasi mengenai penyakit PPOK
5 Edukasi untuk kepatuhan berobat
6 Edukasi terapi rehabilitasi pada pasien PPOK
SUBJEKTIF:
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak yang dirasakan sejak 1 hari SMRS,
namun semakin bertambah berat sejak 2 jam SMRS. Keluhan sesak nafas disertai dengan
bunyi mengi. Keluhan sesak nafas berkurang dengan posisi duduk. Keluhan sesak nafas
disertai dengan batuk berdahak berwarna putih sejak 1 minggu SMRS, panas badan, dan
mual tanpa muntah.
Sejak 3 tahun SMRS, Os mengeluhkan sudah mulai mengalami sesak nafas dan
disertai batuk-batuk sekitar 3 tahun SMRS. Sesak nafas bertambah apabila pasien
mengerjakan aktivitas berat dan berjalan jauh. Os diketahui merupakan seorang perokok
aktif sejak usia 20 tahunan hingga saat ini. Os hanya berhenti merokok bila terasa sesak
nafas saja. Os menghabiskan 1 bungkus per hari.
OBJEKTIF:
Hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium mendukung diagnosis PPOK
eksaserbasi akut. Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan :
- Keadaan umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
- Tekanandarah : 110/70
- Nadi : 104 x/menit, reguler, ekual, isi cukup
- Respirasi : 40 x/menit
- Suhu : 39.20C
- Pemeriksaan Fisik
7
Thorax: Bentuk dan gerak simetris, sela iga melebar
Paru: VBS berkurang pada kanan dan kiri lapang paru, hipersonor kedua lapang
paru, rhonki (-/-), wheezing (+/+)
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan 25/04/2016
Hematokrit 50%
Trombosit 136.000/mm3
Leukosit 12.200/mm3
Eritrosit 5.0x106/µL
Ekspertise:
- Cor : tidak membesar
- Sinus dan diafragma normal
- Pulmo: Hilus normal, coracan bronkovaskular bertambah, tidak tampak bercak
8
lunak, sela iga melebar
Kesan: Gambaran bronchitis kronis, tidak tampak kardiomegali
ASSESMENT
- DK/ PPOK eksaserbasi akut derajat sedang
Epidemiologi:
Prevalensi dari batuk kronis dan berdahak berada pada kisaran 15-53% pada pria dengan
usia pertengahan. Sedangkan pada wanita, menunjukkan angka lebih rendah antara 8-
22%. Gejala tersebut juga lebih banyak ditemukan pada daerah perkotaan.
Faktor Risiko:
Host
- Genetik : defisiensi α1-antitripsin
- Hiperresponsif saluran nafas : asma
Environment:
- Rokok : faktor terpenting
- Debu kerja dan kimiawi
- Polusi indoor dan outdoor
- Infeksi pada saat anak dan dewasa
Patogenesis
Proses inflamasi di saluran pernafasan pada penderita PPOK adalah disebabkan oleh
9
amplifikasi dari normal inflammatory response of respiratory tract terhadap chronic
irritants terutamanya rokok. Proses inflamasi ini akan menjadi bertambah parah dengan
kehadiran oxidative stress dan aktivitas berlebihan dari proteinases dalam paru-paru.
Gabungan antara semua mekanisme ini akan menyebabkan perubahan karakteristik
patologi pada penderita PPOK.
Proses patologis yang terjadi pada PPOK pada tipe emfisema berupa pelebaran rongga
udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Sedangkan pada tipe
bronkitis kronis terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi hipertrofi otot polos saluran pernafasan serta distorsi akibat fibrosis.
Patofisiologi
Akibat dari kelanjutan proses inflamasi, fibrosis dan penumpukan luminal exudates pada
saluran pernafasan perifer, akan terjadi reduksi dari FEV1 dan rasio FEV1/FVC.
Obstruksi dari saluran pernafasan perifer ini, menyebabkan udara terperangkap secara
progresif saat ekspirasi sehingga terjadi suatu keadaan hiperinflasi. Hiperinflasi
seterusnya akan menyebabkan berkurangnya inspiratory capacity (functional residual
capacity bertambah) terutama saat beraktivitas. Akibatnya akan terjadi dyspnea dan
hambatan dalam exercise capacity.
Kelainan dalam pertukaran gas akan menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia.
Pertukaran gas terganggu akibat progresifitas penyakit yang semakin parah. Tingkat
keparahan emfisema berhubung langsung dengan arterial PO2 dan ketidak seimbangan
marker ventilasi-perfusi (VA/Q). Obstruksi saluran pernafasan juga turut menyebabkan
ketidakseimbangan VA/Q dan bila bergabung dengan ventilatory muscle impaired
function, berkurangnya ventilasi dan mengakibatkan retensi karbon dioksida.
Hipersekresi mukosa adalah menyebabkan batuk produktif yang kronis, yaitu gambaran
khas dari bronkitis kronis dan tidak berhubungan dengan hambatan aliran udara.
Hipersekresi mukosa ini disebabkan oleh metaplasia mukosa dan meningkatnya jumlah
sel-sel goblet dan kelenjar submukosa yang membesar respons dari iritasi jalan nafas
kronis oleh substansi rokok dan noxious agent yang lain.
Diagnosis
Diagnosis PPOK harus dipertimbangkan pada pasien yang mengalami dispnea, batuk-
10
batuk lama atau batuk berdahak, riwayat terpapar dengan faktor resiko dari PPOK,
terutama merokok.
Anamnesis :
1. Dispnea yang progresif (semakin lama semakin memburuk). Biasanya memburuk
saat beraktivitas.
2. Batuk kronis yang hilang timbul dan tidak produktif
3. Batuk berdahak
4. Riwayat terpapar dengan faktor resiko ( merokok, debu dan bahan kimia, serta
asap dari rumah tangga dan bensin)
5. Riwayat Keluarga dengan PPOK
Pemeriksaan Fisik:
• Inspeksi
- Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
- Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis dan edema
tungkai
• Palpasi: Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi: Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma
rendah, hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (% ) dan atau VEP1/KVP ( % ).
Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Derajat Hambatan Nafas pada PPOK, sbb:
11
2. Darah rutin: Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi: Foto toraks PA dan lateral
Klasifikasi PPOK
Patient Group A – Low Risk, Less Symptoms
Typically GOLD 1 or GOLD 2 (Mild or Moderate airflow limitation); and/or 0-1
exacerbation per year and no hospitalization for exacerbation; and CAT score < 10
or mMRC grade 0-1
Patient Group B – Low Risk, More Symptoms
Typically GOLD 1 or GOLD 2 (Mild or Moderate airflow limitation); and/or 0-1
exacerbation per year and no hospitalization for exacerbation; and CAT score ≥ 10
or mMRC grade ≥ 2
Patient Group C – High Risk, Less Symptoms
12
Typically GOLD 3 or GOLD 4 (Severe or Very Severe airflow limitation); and/or ≥
2 exacerbations per year or ≥ 1 with hospitalization for exacerbation; and CAT score
< 10 or mMRC grade 0-1
Patient Group D – High Risk, More Symptoms
Typically GOLD 3 or GOLD 4 (Severe or Very Severe airflow limitation); and/or ≥
2 exacerbations per year or ≥ 1 with hospitalization for exacerbation; and CAT score
≥ 10 or mMRC grade ≥ 2
13
C. Terapi Non-Farmakologi
Rehabilitasi: exercise training, konseling nutrisi, dan edukasi
Terapi oksigen
Terapi pembedahan : bullectomy atau transplasntasi paru
14
Eksaserbasi akut pada PPOK adalah timbulnya perburukan pada orang dengan PPOK
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau
faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi.
Gejala eksaserbasi :
- Sesak bertambah
- Produksi sputum meningkat
- Perubahan warna sputum
15
6,7 kPa (50 mmHg), saat bernapas dalam udara ruangan, mengindikasikan
adanya gagal napas.
o PaO, < 6,7 kPa (50 mmHg), PaCO,> 9,3 kPa (70 mrnHg) dan pH < 7,30,
memberi kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu dilakukan monitor
ketat serta penanganan intensif.
Foto toraks. Dilakukan untuk melihat adanya komplikasi seperti pnemonia
Elektrokardiografi (EKG). Pemeriksaan EKG dapat membantu penegakan
diagnosis hipertropi ventrikel kanan, aritmia dan iskemia.
Kultur dan sensitivitas kurnan
16
eksaserbasi akut meliputi: macrolide, aminopenisilin dengan atau tanpa asam
klavulanat, atau sefalosporin, kuinolon
b. Bronkodilator
- Bila rawat jalan B-2 agonis dengan atau tanpa antikolinorgik harus diberikan
dengan peningkatan dosis. Inhaler masih cukup efektif bila digunkan dengan cara
yang tepat, nebuliser dapat digunakan agar bronkodilator lebih efektif. Dalam
perawatan di rumah sakit, bronkodilator diberikan secara intravena dan nebuliser,
dengan pemberian lebih sering perlu monitor ketat terhadap timbulnya palpitasi
sebagai efek samping bronkodilator. Pemberian antikolinergik secara intravena
hanya diberikan pada kasus tertentu apabila pemberian terapi bronkodilator tidak
memberikan hasil yang baik.
c. Kortikosteroid
- Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperpendek waktu recovery,
memperbaiki fungsi paru, mencegah terjadinya serangan ulangan. Pemberian
prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu diberikan pada eksaserbasi derajat
sedang, sedangkan pada derajat berat diberikan secara intravena. Pemberian lebih
dari 2 minggu tidak memberikan manfaat yang lebih baik, tetapi lebih banyak
menimbulkan efek samping.
4. Nutrisi adekuat
- Untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan
menghindari kelelahan otot bantu napas
5. Ventilasi mekanik
- Penggunaan ventilasi mekanik pada PPOK eksaerbasi berat akan mengurangi
mortalitas dan morbiditas, dan memperbaiki simptom. Dahulukan penggunaan
NIPPV, bila gagal dipikirkan penggunaan ventilasi mekanik dengan intubasi
PLAN:
Penatalaksanaan Farmakologis:
- Nebulisasi combivent + pulmicort : 1:1, setiap 12 jam.
- IVFD RL
- O2 2 L per menit via nasal canule
- Ceftriaxon, 2 x 1g, IV
- Paracetamol 3 x 500 mg tab, p.o.
- Ambroxol 3 x 30 mg tab, p.o.
17
Penatalaksanaan Non Farmakologis :
- Tirah baring posisi ½ duduk
- Edukasi: berhenti merokok, latihan pursed lips breathing, olahraga aerobic (jalan,
jogging, atau bersepeda dengan durasi 15-30 menit per sesi, 4-7 kali per minggu)
Prognosis :
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Peserta Pendamping
18
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal 28 April 2016 telah dipresentasikan portofolio oleh:
Pendamping
(Widiyana, dr.)
19