Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Efusi Pleura
RSUD Pantura M.A. Sentot Patrol Indramayu

Oleh:
Muhammad Zulfikar Azhar, dr.

UPTD RSUD PANTURA M.A. SENTOT PATROL


DINAS KESEHATAN KABUPATEN INDRAMAYU
2023
KETERANGAN UMUM
 Nama : Tn. A
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 41 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Kenanga Gandok
 Pekerjaan : Buruh
 Pendidikan Terakhir : SD
 Status marital : Menikah
 Tanggal masuk RS : 28 Juni 2016

ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA: Sesak Nafas

ANAMNESIS KHUSUS

Pasien mengeluh sesak nafas sejak tanggal 2 hari SMRS, sesak nafas dirasakan menetap
dan semakin lama semakin berat. Sesak nafas bertambah berat saat beraktifitas dan berkurang
saat penderita setengah duduk atau berbaring ke arah kiri. Sesak nafas diikuti dengan nyeri pada
ulu hati bertambah saat menarik nafas panjang dan nyeri di punggung seperti terbakar.

Riwayat batuk lama atau batuk berdarah yang disertai panas badan yang tidak terlalu
tinggi dan hilang timbul disangkal tetapi pasien mengakui adanya keringat malam dan merasa
berat badan turun. Riwayat minum obat – obatan jangka panjang disangkal. Riwayat sesak pada
malam hari yang membuat pasien terbangun dari tidurnya setelah 1-2 jam tidur dan sering
terbangun pada malam hari karena ingin BAK disangkal. Riwayat bengkak pada kedua kelopak
mata yang terutama dirasakan pada pagi hari saat pasien bangun tidur dan menghilang saat siang
atau sore hari disangkal. Riwayat bengkak pada perut disertai dengan keluhan mata kuning
disangkal. Pasien mengaku merokok 5 batang perhari.

1
PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum: Tampak sakit ssedang


Kesadaran : Compos Mentis GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 96 x/menit, reguler, ekual, isi cukup
Respirasi : 32 x/menit
Suhu : 37.80C

STATUS GENERALIS

 Kepala : Bentuk dan ukuran normal.


 Wajah : Nyeri tekan sinus -
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : tenang
 Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
 Mulut : Sianosis (-)
 Leher : JVP 5+2 cmH2O, Pembesaran KGB (-), Retraksi suprasternal (-)
 Thorax : Bentuk dan gerak asimetris, dada kiri tertinggal,
 Paru
Inspeksi : Gerak dada asimetris
Palpasi : Vocal fremitus menurun pada hemitoraks kiri
Perkusi : Dull pada hemithoraks kiri
Auskultasi : VF kiri<kanan, ronkhi (-/-), whezing (-/-)
 Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : sulit dinilai
Perkusi : sulit dinilai
Auskultasi : sulit dinilai
2
 Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen datar
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-)
Hepatosplenomegali (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 detik , edema -/-

DIAGNOSIS KERJA:
Efusi pleura sinistra e.c. suspek Tuberkulosis

TERAPI:
- IVFD RL 20 gtt
- O2 4 L per menit via nasal canule
- Ceftriaxone 2 x 1g, IV
- GG 3x1 tab

USULAN PEMERIKSAAN:
 Thoraks foto
 Analisis cairan pleura
 Pemeriksaan cairan pleura : BTA langsung, kultur BTA, kultur mikroorganisme +
resistensi
 Sitologi cairan pleura

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


PEMERIKSAAN LAB: 22/6/2016
Pemeriksaan

Hemoglobin 9.1 g/dL

Hematokrit 53%
3
Trombosit 353.000/mm3

Leukosit 18.300/mm3

Eritrosit 5.7x106/µL

GDS 86 mg/dL

AST 30 U/I

ALT 18 U/I

Ureum 29 mg/dL

Kreatinin 1.1 mg/dL

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS:

PROGNOSIS:
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

4
PEMBAHASAN

TUBERKULOSIS

Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium tuberculosis). Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang meyerang jaringan
paru, tidak termasuk pleura.

Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:


Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru
karena adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau
mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada
paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan
sebagai pasien TB paru.
Tuberkulosis ekstra paru:
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen,
saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus
diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang
menderita TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organ
menunjukkan gambaran TB yang terberat.

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:


1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya
atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).

5
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT
selama 1 bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan
hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena
benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan
dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah pasien yang
pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai
pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya
tidak diketahui.
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

Diagnosis:

1. Anamnesis

Gejala umum : batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

Gejala lain : dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah,
nafsu makan menurun, berat badan turun, malaise, keringat malam, demam meriang lebih dari
sebulan.

2. Pemeriksaan fisik

Dapat ditemukan ronchi atau amphoric breath sounds pada daerah dengan kavitas luas.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan dahak secara mikroskopis : BTA positif pada 2 dari 3 spesimen SPS.

Foto thoraks : infiltrat dengan kavitas pada lobus atas paru.

6
Tatalaksana TB di Indonesia

Sesuai dengan rekomendasi WHO, panduan pemberian OAT (Obat Anti Tuberklosis) di
Indonesia adalah sbb:

7
 Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4(HR)3
 Kategori 2 : 2 (HRZE)S / (HRZE) / 4(HR)3E3
 Kategori anak : 2 (HRZ) / 4(HR)

Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.


Kategori-1 : 2(HRZE) / 4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis.
• Pasien TB paru terdiagnosis klinis
• Pasien TB ekstra paru

Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3)


Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang):
• Pasien kambuh
• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up)

8
9
Daftar Pustaka

1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam PAPDI, Jilid III Edisi 3. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.1996.
2. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:

2014.

10

Anda mungkin juga menyukai