Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

TUBERCULOSIS
PARU
Oleh :
dr. Elvina Jessica
dr. Zendio Abednego
dr. Ayu Hartarani

Pendamping :
dr. Ni Ketut Srinadi

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSHIP


DI BALI ROYAL HOSPITAL
AGUSTUS 2019
Nama: KUOD
Jenis kelamin: Perempuan
Tanggal lahir: 2 Oktober 161980
Usia: 38 tahun
Alamat: Denpasar, Bali
Suku bangsa: Indonesia
Tanggal pemeriksaan: 26 Juli 2019
 Keluhan Utama:
Batuk berdahak 2 minggu

 Riwayat Penyakit Sekarang:


• Pasien datang ke poli umum Bali Royal
Hospital (BROS) dengan keluhan batuk
berdahak yang dialami sejak 1 bulan
yang lalu. Batuk dikatakan memberat
sejak 2 minggu ini, disertai dahak yang
berwarna kuning kehijauan, darah (-).
• Sudah mengkonsumsi obat batuk dan
antibiotik yang dibeli sendiri di apotik
namun keluhan tidak berkurang.
• Badan dirasakan sempat demam dan
menggigil pada sore hari sejak 2 minggu
ini, tetapi suhu tubuh tidak diukur di
rumah. Demam berkurang ketika
diberikan paracetamol.
• Pasien mengatakan dadanya kadang
nyeri dan sesak ketika batuk terlalu keras.
• Nafsu makan menurun sejak 2 minggu.
Ada penurunan berat badan sebanyak
kurang lebih 8 kg dalam 1 bulan tanpa
penyebab jelas.
• BAB dan BAK dikatakan normal, diare
disangkal, nyeri saat berkemih disangkal.
 Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan
serupa sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami
keluhan serupa dengan pasien.

 Riwayat Alergi:
Obat anti nyeri golongan -Gin dan seafood.

 Riwayat Pengobatan:
Obat batuk dan antibiotik yang dibeli sendiri
oleh pasien. Pasien lupa nama obatnya.
 Riwayat Pribadi/Sosial/Lingkungan:
Pasien saat ini bekerja sebagai pegawai
swasta dan tinggal 1 rumah dengan
suami dan anaknya. Pasien
mengatakan rumahnya memiliki ventilasi
yang minim dan sinar matahari sedikit
masuk ke rumah. Kamar pasien
cenderung lembab.
 Status Present
Kondisi Umum : Sakit sedang
Gizi kurang
BB : 45 kg
TB : 165 cm
IMT : 16,54 kg/m2 (kurang)
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6

 Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 28 x/menit
Suhu aksila : 38o C
 Pemeriksaan Fisik
Kepala
Ekspresi : normal
Simetris muka: kanan = kiri
Deformitas : (-)
Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut
Mata
Eksoptalmus/enoptalmus: (-)
Gerakan : ke segala arah
Kelopak mata : dalam batas normal
Kongjungtiva : anemis (-)
Telinga
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
Pendengaran : dalam batas normal
Hidung
Perdarahan: (-)
Sekret : (-)
Mulut
Bibir : sianosis (-)
Gigi geligi : normal
Gusi : perdarahan (-)
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R-2 cmH2O
Pembuluh darah : venaectasis (-)
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Thorax
Inspeksi:
Bentuk : simetris kiri = kanan
Pembuluh darah: venaectasis (-)
Buah dada : simetris
Sela iga : semetris kiri=kanan
Lain-lain : (-)
Paru-paru
Palpasi:
Fremitus raba: menurun pada hemithorax sinistra
dan dextra setinggi ICS IX
Nyeri tekan :(-)
Perkusi:
Paru: redup pada ICS III kiri dan kanan dan pekak
pada ICS IX paru kiri dan kanan
Batas paru depan kanan: ICS VI dextra
Batas paru belakang kanan : vertebra thoracalis IX
dextra posterior
Batas paru belakang kiri: vertebra thoracalis X sinistra
posterior
Auskultasi:
Bunyi pernapasan: vesikuler
Bunyi tambahan : Rh +/+ (rhonki basah kasar pada
paru dan kiri), Wh -/-
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak, batas jantung dalam batas
normal
Auskultasi: bunyi jantung I/II regular, murmur(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, ikut gerak napas
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-)
Hati : tidak teraba
Limpa: tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
Perkusis : tympani, ascites (-)
Auskultasi: peristaltic (+) kesan normal
Alat kelamin : tidak dilakukan
pemeriksaan
Anus dan rectum : tidak dilakukan
pemeriksaan
Punggung:
Palpasi : nyeri tekan (-), massa teraba (-),
Perkusi : nyeri ketok (-)
Auskultasi: Rh +/+ (rhonki basah kasar pada
paru kanan dan kiri) Wh -/-
Gerakan: normal
Lain-lain :(-)
Ekstremitas: akral hangat, edema pretibial -/-,
dorsum pedis -/-, pembesaran KGB (-),
 Rontgen Thorax PA (26/7/2019)
• Jantung: Posisi normal. Cardiothoracic Ratio (CTR) <
50%.
Aorta: tak tampak elongasi/pelebaran abnormal/
kalsifikasi.
• Paru-paru : Tampak konsolidasi di suprahiler kiri.
Corakan vaskular paru tampak meningkat.
Hilus kanan dan kiri tak tampak kelainan.
• Mediatinum: Trachea di midline, sudut carina dalam
batas normal.
Tak tampak adanya pelebaran mediastinum dan
massa.
• Sinus prenicocostalis kanan dan kiri, tajam.
• Costae, corpus vertebrae, pedicle, dan spatium
intervertebrae tampak baik.
• Subdiafragma tak tampak kelainan.
• Soft tissue dinding thorax tampak baik

Simpulan: Susp. pneumonia dd/ massa paru


 Xpert MTB-RIF Assay G4 (1/8/2019)
Test result:
• MTB Detected Medium
• Rif resistance Not Detected

 Fungsi Hati (15/8/2019)


• SGOT: 150
• SGPT: 172

 Fungsi Hati (22/8/2019)


• SGOT: 33
• SGPT: 95
Tuberculosis Paru

Pneumonia
Massa paru
 Penatalaksanaan Medikamentosa:
• OAT kategori I
• Konsul ke dokter spesialis paru

 KIE pasien dan keluarga:


• Mengenai penyakit yang diderita pasien
• Obat-obatan yang diresepkan, cara minum,
lama minum obat, efek samping yang dapat
timbul, dan kemungkinan gagal pengobatan
• Perlunya PMO
• Menggunakan masker saat di rumah untuk pasien
dan keluarganya agar tidak tertular
Seorang perempuan, 38 tahun, datang ke poli
umum Bali Royal Hospital (BROS) dengan keluhan
utama batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu.
Dari anamnesa didapatkan batuk memberat
sejak 2 minggu ini, disertai dahak yang berwarna
kuning kehijauan, darah (-). Ada demam dan
meriang pada sore hari dan penurunan berat
badan sebanyak 8 kg dalam 1 bulan tanpa
penyebab yang jelas. Riwayat meminum obat
batuk dan antibiotik yang dibeli sendiri namun
tidak ada perubahan. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan rhonki basah kasar pada paru kanan
dan kiri.
Dubius ad Bonam
 Masalah Diagnosis
› Anamnesis

Teori Pasien

Berdasarkan gejala klinis: • Batuk 1 bulan, darah (-)


1. Gejala respiratorik • Dada kadang nyeri saat
tuberkulosis paru: batuk ≥ 2 batuk terlalu keras, sesak (-).
minggu, batuk darah, sesak • Demam sore hari dan
nafas, dan nyeri dada. menggigil sejak 2 minggu
2. Gejala sistemik tuberkulosis yang lalu
paru: demam sore hari, • Nafsu makan menurun sejak
malaise, keringat malam, 2 minggu yang lalu
anoreksia, dan berat badan • Penurunan berat badan 8
menurun. kg selama 1 bulan.
› Pemeriksaan Fisik

Teori

Pada pasien tuberkulosis paru Pasien


dapat ditemukan antara lain
suara nafas bronkial, amforik, Rhonki basah kasar
suara nafas melemah, rhonki pada paru kanan dan
basah, tanda-tanda penarikan kiri.
paru, diafragma, dan
mediastinum.

Sesuai dengan temuan pemeriksaan fisik Tuberkulosis Paru


› Pemeriksaan Penunjang

Teori

1. Pemeriksaan bakteriologik untuk


menemukan kuman tuberkulosis Pasien
yang dapat di cek pada dahak,
cairan pleura, cairan • Dilakukan pemeriksaan
cerebrospinal, bilasan bronkus, Xpert MTB-RIF Assay G4
bilasan lambung, urin, feces, dengan hasil MTB
dan jaringan biopsi Detected Medium.
2. Pemeriksaan imaging foto thorax • Pemeriksaan radiologi foto
PA dan CT scan. Pada foto thorax PA ditemukan
thorax PA dapat ditemukan tampak konsolidasi di
bayangan noduler di segmen suprahiler kiri.
apikal dan posterior paru,
kavitas, bercak milier, dan efusi
pleura unilateral.
› Penatalaksanaan

Teori

OAT Lini 1:
•INH
•Rifampisin
•Pirazinamid
•Streptomisin Pasien
•Etambutol
OAT Lini 2: Pasien saat ini dalam
•Kanamisin pengobatan OAT Lini 1
•Amikasin
•Kuinolon
•Obat lain masih dalam
penelitian yaitu makrolid dan
amoksilin + asam klavulanat.
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim
paru karena infeksi kuman mycobacterium tuberculosis.
Gejalanya dibagi 2 menjadi gejala respiratorik
tuberkulosis paru yaitu terdapat batuk ≥ 2 minggu,
batuk darah, sesak nafas, dan nyeri dada dan gejala
sistemik tuberkulosis paru yaitu demam sore hari,
malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan
menurun. Dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan dahak dan imaging untuk menegakkan
diagnosis. Pengobatan TB paru terbagi menjadi 2 fase
yaitu fase intensif selama 2-3 bulan dan fase lanjutan
selama 4-7 bulan.
1. Amin Z. Bahar A, Tuberkulosis paru dalam:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV, Jakarta, 2007: 988-93.
2. Mansjoer A. Triyanti K. et all, Pulmonologi
tuberculosis paru dalam: Kapita selekta
kedokteran, Jilid I Edisi 3, Jakarta, Media
Aesculapius, 2001: 472-6.
3. Treatment of Tuberculosis. Guidelines for
National Programmes 3rd ed. WHO –
Geneva, 2003.

Anda mungkin juga menyukai