Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

BRONKITIS KRONIK
Oleh: dr. Nur Afriani

Konsulen Pembimbing: dr. Sri Melati, Sp.P

Dokter Pendamping : dr. Haniza Rangkuti


dr. Amelia Santi
DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN

2 TINJAUAN PUSTAKA

3 LAPORAN KASUS

4 PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Pendahuluan
• Bronkitis  Proses peradangan pada bronkus,
saluran nafas yang mengalirkan udara dari
trakea ke paru.
• Bronkitis  salah satu penyakit yang sering
ditemui dalam bidang kedokteran respirasi.
• Bronkitis kronik sering dikaitkan dengan PPOK.
Di Inggris, PPOK menyebabkan kematian pada
6% pria dan 4% wanita, dan merupakan
penyebab kematian tersering ke-3, serta
penyebab kematian yg terus meningkat tiap
tahunnya.
• Diagnosis bronkitis sering ditegakkan dalam
praktik sehari-hari, namun gejalanya yg tidak
spesifik menyebabkan penyakit ini
underdiagnosis, dan terkadang overdiagnosis.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Bronkitis  proses inflamasi pada bronkus, menyebabkan
bengkak pada permukaan bronkus, mempersempit
salurannya dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.

• Bronkitis Kronik  sekresi mukus berlebihan pada


saluran pernafasan (bronchial tree) ditandai dengan batuk
berdahak secara terus-menerus (kronik) selama minimal 3
bulan dalam setahun dan telah berlangsung selama 2
tahun berturut-turut.
Epidemiologi 5%
• Amerika Serikat  14 juta orang menderita bronkitis = 5%
populasi Amerika Serikat.
• Bronkitis >> pada populasi dengan status ekonomi rendah dan
pada kawasan industri.
• Laki-laki >> wanita
Etiologi dan Faktor Risiko
Merokok
• Riwayat merokok
• Derajat berat merokok
Polusi udara
• Dalam ruangan
• Luar ruangan
• Tempat kerja
Hiperreaktivitas bronkus

Infeksi berulang pada saluran nafas bawah


Patofisiologi
Healthy Bronchi
• Mucus produced by goblet cells and mucus glands forms a thin
protective layer on the inside of each bronchi.
• The mucus traps inhaled particles and small hair like protrusions
called cilia move the mucus upward to be coughed out or
swallowed.
Chronic Bronchitis
• Repeated infection or inflammation (caused by irritating smoke) causes
increased mucus production.
– Mucus glands and goblet cells increase in number.
• Cigarette smoke damages the cilia and reduces their ability to move
mucus upward.
Chronic Bronchitis
• When cilia can no longer move excess mucus, it stays in the airways,
narrowing them.
– Retained mucus encourages bacterial growth which increases inflammation.
Retained Mucous Bacteria
Chronic Bronchitis
• Eventually, the bronchial lining becomes do damaged that the cilia
are completely destroyed and chronic inflammation, infection and
mucus build-up occur.
Inflammation
Cells without cilia
Diagnosis
Anamnesis Batuk produktif, warna kuning-hijau, terus-menerus
selama 3 bln, dalam 2 tahun berturut-turut.

Sesak nafas, mengi, nyeri dada, gejala mirip flu


biasa atau sinusitis, riw. Infeksi sal. nafas

PF Ringan-sedang  tidak sensitif

Berat  laju nafas meningkat, penggunaan otot


nafas tambahan, wheezing dan/atau rhonki kasar

PP Laboratorium DR, Analisa gas darah

Pemeriksaan faal paru  spirometri

Radiologi  rontgen thoraks


Diagnosis Banding
ASMA
BRONKIAL
Onset usia dini, gejala lebih menonjol pada
malam/dini hari, riw. Alergi, riw. Asma di
keluarga, hambatan aliran udara reversible

TB PARU
Onset disemua usia, batuk berdahak > 2
minggu, keringat malam hari, penurunan
BB, gambaran infiltrat/cavitas terutama di
apeks paru, konfirmasi mikrobiologi (BTA)

BRONKIEK
TASIS
Sputum purulen dalam jumlah banyak,
adanya rhonki basah dan jari tabuh, foto
thoraks  honeycomb appearance
Penatalaksanaan
Non medikamentosa
• Berhenti merokok
• Hindari polusi udara
• Hindari infeksi
• Mengkonsumsi makanan sehat
• Olahraga ringan dan teratur

Medikamentosa
• Mukolitik dan ekspektoran
• SABA atau LABA
• Anti kolinergik
• Glukokotikoid
• Antioksidan
• Antibiotik
Komplikasi

Hipertensi Cor Gagal


Pulmonal Pulmonal Nafas
Prognosis
Prognosis jangka pendek
maupun jangka panjang 
umur dan gejala klinis

Pada bronkitis kronik dengan


Pada eksaserbasi akut 
FEV1 < 1 liter  survival rate
prognosis baik dengan tarapi
selama 5-10 tahun mencapai 40%
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama • Nn. RN
Umur • 24 tahun
Jenis Kelamin • Perempuan
Alamat • Jl. Jendral Sudirman
Pekerjaan • Pegawai bengkel motor
Agama • Islam
Tanggal masuk RS • 17 Januari 2020

Tanggal keluar RS • 20 Januari 2020


Anamnesis

Keluhan utama

• Sesak nafas yang semakin


memberat sejak 1 hari SMRS
Anamnesis
RPS
• 1 bulan SMRS, pasien mengeluhkan batuk berdahak, warna kekuningan.
Demam (+) hilang timbul. Keringat malam hari (+), nafsu makan menurun (+),
Pasien mengeluhkan berat badannya turun sekitar 4 kg dalam 1 bulan ini.
Pasien berobat ke Puskesmas, diberi obat batuk dan demam, keluhan
berkurang, namun keluhan tersebut muncul kembali. Selain itu, pasien pernah
dilakukan pemeriksaan dahak BTA saat datang ke Puskesmas, dan dikatakan
hasilnya negatif.
• 4 hari SMRS, pasien mengeluhkan batuk semakin sering, dahak warna
kekuningan disertai darah (+) nyeri dada (+) sesak nafas (+), nyeri ulu hati (+)
dan mual (+) pasien berobat ke IGD RS Petala Bumi dan diberikan obat
cefadroxil, flutamol, ambroksol, ranitidine, magalat sirup. Keluhan berkurang,
lalu pasien dipulangkan dan dianjurkan untuk kontrol ke poli paru RS Petala
Bumi.
• 1 hari SMRS, pasien kontrol ke poli paru RS Petala Bumi dengan keluhan
sesak nafas terasa memberat (+), batuk makin sering (+), nyeri dada (+) saat
batuk, demam hilang timbul (+), sehingga pasien di rawat inap.
Anamnesis
RPD
• Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama: Ada, ± 1
tahun yang lalu, selama 3 bulan.
• Riwayat pengobatan dengan OAT : disangkal
• Riwayat kontak dengan penderita TB : disangkal
• Riwayat Komorbid lain: HT (-), DM (-), Peny. Ginjal (-),
Penyakit Jantung (-), TB (-) liver(-), keganasan (-).
• Riwayat Asma : disangkal
• Riwayat Alergi obat dan makanan: disangkal
• Riwayat operasi: disangkal
Anamnesis

RPK

• Riwayat sakit serupa: disangkal


• Riwayat asma dalam keluarga: disangkal
• Riwayat alergi dalam keluarga: disangkal
• Riwayat Komorbid: HT (-), DM (-), Penyakit Ginjal (-),
Penyakit Jantung (-), TB (-) liver (-), keganasan (-).
Anamnesis

Riwayat Sosial Ekonomi


• Pasien bekerja sebagai pegawai bengkel
motor selama 3 tahun (terpapar asap
kendaraan dan asap rokok)
• Riwayat merokok: perokok pasif
• Riwayat minum beralkohol: disangkal
Pemeriksaan Fisik
KU • Tampak sakit sedang

Kesadaran • Komposmentis

BB • 41 kg

TB • 158 cm

IMT • 16,4 (Underwight)

TD • 120/70 mmHg

HR • 100 x/menit

RR • 24 x/menit

Suhu • 36,7 C
Kepala & Leher
Mata

• Konjuntiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-)

Hidung

• Keluar cairan (-) nafas cuping hidung (-)

Mulut

• Tidak kering, sianosis (-)

Leher

• Pembesaan KGB (-), peningkatan JVP (-)


Thoraks Paru
Inspeksi

• Gerakan dinding dada simetris, retraksi inter costae (-).

Palpasi

• vocal fremitus simetris kiri dan kanan

Perkusi

• sonor pada semua lapangan paru

Auskultasi

• Suara nafas : bronkovesikuler (+/+)


• Suara tambahan : wheezing (+/-), ronkhi (-/-)
Thoraks Jantung
Inspeksi

• iktus cordis tidak tampak

Palpasi

• iktus cordis teraba pada linea midklavikula sinistra SIK V

Perkusi

• batas jantung normal

Auskultasi

• Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)


Abdomen
Inspeksi

• tampak datar, tanda radang (-), massa (-)

Auskultasi

• bising usus (+) 8 kali/menit

Palpasi

• NT (+) regio epigastrium, organomegali (-) massa (-)

Perkusi

• timpani di seluruh lapangan abdomen


Ekstremitas
• Sianosis (-), udem (-), clubbing finger (-),
akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium (17/01/2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hb 12,6 g/dl 12-14

Ht 36 % 37-43

MCV 82 fL 82-92

MCH 28 Pg 28-32

MCHC 35 % 32-36

Eritrosit 4,5 jt /mm 4.5-5.5 jt

Trombosit 273.000 /mm 150.000- 450.000

Leukosit 9.510 /mm 4.000-11.000


Pemeriksaan Penunjang
2. Radiologi Foto Thoraks PA (17/01/2020)
Interpretasi rontgen thoraks:
• Identitas sesuai
• Marker L
• Foto diambil secara PA
• Kekerasan cukup
• Trakea di tengah
• Jaringan lunak < 2 cm
• Clavicula, costae, scapula intak
• Sudut kostofrenikus kanan & kiri lancip
• Diafragma kanan dan kiri licin
• Cor: CTR < 50%,
• Pulmo: tampak corakan bronkovaskuler
meningkat, infiltrat (-), cavitas (-)
Kesan: Bronkitis
Pemeriksaan Penunjang
3. Sputum BTA (18/01/2020)
• Hasil sputum BTA sewaktu : negatif
• Hasil sputum BTA pagi : sampel (-)
4. Pewarnaan Gram (18/01/2020)
Jenis spesimen : Sputum
Hasil :
• Ditemukan Coccus gram positif, tunggal berpasa
ngan dan berbentuk rantai (Streptococcus sp)
Anjuran : Kultur
Resume
Nn. RN, Perempuan, 24 tahun, datang ke Poliklinik Paru RSUD Petala Bumi dengan
keluhan sesak nafas yang semakin memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak disertai dengan batuk
yang semakin sering dan nyeri dada. Pasien juga mengeluhkan batuk sejak 1 bulan yang lalu.
Batuk berdahak berwarna kekuningan dan disertai demam yang hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan keringat malam hari saat batuk kambuh, nafsu makan menurun dan berat badan
turun. Pasien berobat ke puskesmas dan diperiksa dahak BTA, dan dikatakan hasilnya negatif.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak yang disertai darah 4 hari SMRS. Pasien juga
mengeluhkan nyeri ulu hati dan mual. Pasien memiliki riwayat penyakit dengan keluhan serupa 1
tahun yang lalu. Pasien merupakan perokok pasif dan bekerja di bengkel motor selama 3 tahun
(terpapar asap kendaraan dan asap rokok).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan IMT pasien underweight. Pemeriksaan paru
didapatkan wheezing pada lapangan paru kanan. Pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
pada regio epigastrium. Dilakukan konfirmasi dengan rontgen toraks ditemukan gambaran
corakan bronkovaskular meningkat kesan bronkitis. Pada pemeriksaan pewarnaan gram
ditemukan coccus gram positif, tunggal berpasangan dan berbentuk rantai (Streptococcus sp).
Diagnosis Kerja
Bronkitis Kronik + Dispepsia

Diagnosis Banding
• TB Paru kasus baru
• Asma bronkial

Usulan Pemeriksaan Penunjang


• Kultur sputum
• Pemeriksaan gen expert
• Bronkodilator test
Penatalaksanaan
Edukasi
• Menjauhi inhalasi iritan seperti asap rokok dan polutan
• Menjalankan terapi dengan teratur
• Memakai masker saat terpapar asap dan polutan
Non Farmakologi
• Oksigen nasal kanul 3 L/menit
• Fisioterapi dada
Farmakologi
• IVFD RL 20 tpm
• Inj Metil prednisolon 62,5 mg/12 jam
• Inj Omeprazole 40 mg/ 24 jam
• Inj Ceftriaxon 2 g/24 jam
• N. Asetilsistein 2 x 1 tab
• Nebulizer combiven : pulmicort 1 : 1 /6 jam
Follow Up
Tanggal S O A P
Sabtu, Sesak nafas (+) sudah berku KU: Tampak sakit sedang Bronkitis kronik - IVFD RL 20 tpm
18 /01/2020 rang, batuk berdahak (+), de Kes: Komposmentis + Dispepsia - Inj Metil prednisolon 62,5 mg/12 j
mam (-) nyeri ulu hati (+) TD: 110/70 mmHg am
sudah berkurang HR: 82 kali/menit - Inj Omeprazole 40 mg/ 24 jam
RR: 22 kali/menit - Inj Ceftriaxon 2 g/24 jam
T: 36,3 C - N. Asetilsistein 2 x 1 tab
PF paru: Bronkovesikuler (+/+) R - Nebulizer combiven : pulmicort 1 :
honki (-/-) Wheezing (+/-) 1 /6 jam
Minggu, Sesak nafas (-), batuk berda KU: Tampak sakit sedang Bronkitis kronik - IVFD RL 20 tpm
19/01/2020 hak (+) sudah berkurang, d Kes: Komposmentis + Dispepsia - Inj Metil prednisolon 62,5 mg/12 j
emam (-) nyeri ulu hati (+) TD: 110/70 mmHg am
sudah berkurang HR:80 kali/menit - Inj Omeprazole 40 mg/ 24 jam
RR: 20 kali/menit - Inj Ceftriaxon 2 g/24 jam
T: 36,5 C - N. Asetilsistein 2 x 1 tab
PF paru: Bronkovesikuler (+/+) R - Nebulizer combiven : pulmicort 1 :
honki (-/-) Wheezing (-/-) 1 /6 jam
Follow Up
Tanggal S O A P
Senin, Sesak nafas (-), batuk ber KU: Tampak sakit sedang Bronkitis kronik - Pasien boleh rawat jalan
20/01/2020 dahak (+) sudah berkura Kes: Komposmentis - Obat pulang:
ng, demam (-), nyeri ulu TD: 120/80 mmHg • N-asetilsistein cap 2x200 mg
hati (-) HR: 84 kali/menit • Cefixime tab 2x200 mg
RR: 20 kali/menit • Lansoprazole cap 1x30 mg
T: 36,7 C • Ventoline MDI 3x1 puff
PF paru:
Bronkovesikuler (+/+) Rhonki (
-/-) Wheezing (-/-)
PEMBAHASAN
Pembahasan
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis bronkitis kronis
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan anamnesis, pasien ini
mengeluhkan batuk produktif sejak 1 bulan terakhir dan
pernah menderita gejala yang sama 1 tahun yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan demam yang hilang timbul,
anoreksia dan berat badan menurun. Pasien terpapar
dengan asap rokok dan kendaraan bermotor selama 3 tahun.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan mual. Pada
pemeriksaan fisik paru ditemukansuara nafas
bronkovesikuler pada kedua lapangan paru, dan didapatkan
suara nafas tambahan berupa wheezing pada lapangan paru
kanan. Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan adanya
nyeri tekan epigastrium. Sehingga ditegakkan diagnosis kerja
pada pasien ini yaitu bronkitis kronis dan dispepsia.
Pembahasan
Untuk mendukung diagnosis bronkitis kronik dilakukan pemeriksaan foto
thoraks, dan dijumpai gambaran peningkatan corakan bronkovaskular. Untuk
menyingkirkan diagnosa banding TB paru, perlu dilakukan pemeriksaan kuman
tuberkulosis dengan cara pemeriksaan sputum BTA. Untuk menyingkirkan
diagnosis banding asma bronkial, perlu dilakukan pemeriksaan bronkodilator
test. Dimana pada asma bronkial, gejala akan lebih membaik setelah diberikan
obat bronkodilator dibandingkan bronkitis kronik.
Penatalaksanaan umum pada bronkitis kronik bertujuan memperbaiki
kondisi tubuh penderita, mencegah perburukan penyakit, menghindari faktor
risiko. Termasuk dalam penatalaksanaan umum ini adalah pendidikan buat
penderita untuk mengenal penyakitnya lebih baik, menghindari polusi,
menghentikan kebiasaan merokok, menghindari infeksi saluran napas, hidup
dalam lingkungan yang lebih sehat, makanan cukup gizi dan mencukupi
kebutuhan cairan. Penatalaksanaan khusus dilakukan untuk mengatasi gejala
dan komplikasi. Tindakan ini berupa pemberian obat-obatan, terapi respirasi dan
rehabilitasi.
Pembahasan
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini berupa edukasi yaitu
mengenai pentingnya menjauhi asap rokok dan polutan udara serta
penggunaan masker saat terpapar dengan inhalasi iritan tersebut. Selain itu,
pasien juga diberikan penatalaksanaan non farmakologi yaitu oksigen nasal
kanul 3 L/menit untuk mengurangi gejala sesaknya, dan fisioterapi dada untuk
membantu pengeluran sekret/dahak. Untuk tatalaksana farmakologi pada
pasien ini yaitu N-asetilsistein oral sebagai mukolitik dan antioksidan,
metilprednisolon IV sebagai anti-inflamasi, dan seftriakson IV sebagai antibiotik.
Pasien juga mendapatkan terapi inhalasi yaitu combivent dan pulmicort sebagai
bronkodilator dan anti-inflamasinya. Pasien juga mendapatkan omeprazole IV
untuk menghambat produksi asam lambung, karena pasien menderita
dispepsia.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai