Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 5

Kartika Panggabean 181000080 Program


Penanggulangan
Silvi Anggraeni M 181000082 Penyakit Menular
Tetanus Neonatorum
Rismadani Daulay 181000084

Irpah Hasnia An-Nur 181000233


Tetanus neonatorum (TN) DEFINISI
adalah infeksi pada bayi
berusia < 28 hari

karena bakteri
Clostridium
tetani, yang
masuk ke tubuh
melalui luka

Bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh


manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat
mengahancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan
merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat
neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan
spasme otot.
PENULARA
N
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab
radang yang sering dijumpai pada bayi baru
lahir, bukan karena trauma kelahiran atau
asfeksia tetapi disebabkan oleh infeksi pada
neonatal melalui :

01 02 03

Infeksi melalui Pemberian Pertolongan persalinan


tali pusat imunisasi tetanus tidak memenuhi
akibat toxoid (TT) pada persyaratan kesehatan
pemotongan ibu hamil tidak yaitu syarat “3 bersih”
yang tidak dilakukan, atau (bersih tangan penolong,
steril. tidak lengkap, bersih alat pemotong tali
atau tidak sesuai pusat, dan bersih tempat
dengan bersalin).
ketentuan
MASA GEJALA
INKUBASI KLINIS

GEJALA AWAL
1. Masa inkubasi Clostridium kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan
tetani yaitu 3 - 28 hari, 01 menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam.
rata-rata 6 hari.
2. Apabila masa inkubasi Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek
kurang dari 7 hari, (sucking) antara 3 sampai dengan 28 hari setelah
biasanya penyakit lebih lahir.
parah dan angka
GEJALA BERIKUTNYA
kematiannya tinggi.
3. Pada kasus tetanus
neonatorum yang tidak 02 Kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.

dirawat, CFR nya


mendekati 100%, KOMPLIKASI
terutama yang mempunyai
Patah tulang akibat kejang, bronkhopneumonia, asfiksia
masa inkubasi kurang dari
7 hari
03 dan sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir/sekret
dan sepsis
EPIDEMIOLOGI

GLOBAL • TN diduga menyebabkan sekitar 500.000 kematian di


seluruh dunia pada awal era 1980an

• Kematian bayi akibat TN tersebut secara berturut-turut


paling banyak ditemukan di Asia Tenggara (34,2%),
Afrika (28,2%), Pasifik Barat dan Tiongkok (21,4%),
dan Mediterania Timur (15,7%).

• Pada negara Amerika Latin dan negara berkembang


lainnya, dilaporkan bahwa angka mortalitas akibat TN
pada tahun 1970-1980an berkisar antara 5-60 kasus per
1000 kelahiran hidup yang merepresentasikan 23-72%
dari seluruh kematian neonatus.
EPIDEMIOLOGI

GLOBAL • Seiring dengan penggalakan program vaksinasi tetanus,


insidens tetanus di negara berkembang menurun secara drastis

• Pengenalan definisi pengentasan tetanus neonatorum sebagai


masalah kesehatan masyarakat pada tahun 1993 
menginspirasi banyak negara untuk menyelenggarakan program
yang efektif guna menurunkan kejadian TN menjadi kurang dari
1 kasus per 1000 kelahiran di tiap distrik di seluruh dunia.

• WHO (2017)  ada 2.266 laporan kasus tetanus neonatorum di


seluruh dunia. Cakupan imunisasi tetanus pada ibu hamil
dilaporkan mencapai 73%.
EPIDEMIOLOGI

• Perubahan drastis tingkat kematian dan insidens


INDONESIA tetanus neonatorum dan non neonatorum antara kurun
tahun 1990-2015 di Indonesia  keberhasilan
penggalakan program vaksinasi TT dalam dua dekade
tersebut.
• 1990  angka kematian tetanus neonatorum
diperkirakan mencapai 7200 jiwa dengan insidens
tetanus neonatorum (TN) 2000 jiwa per 100.000
penduduk
• 2015  angka kematian TN tercatat 406 jiwa dengan
perkiraan insidens TN 105 kejadian per 100.000
penduduk.
• selama periode 25 tahun tersebut  penurunan angka
kematian tetanus neonatorum hingga 95% berkat
berbagai upaya pengentasan tetanus yang telah dimulai
sejak akhir dekade 1970.
EPIDEMIOLOGI

SUMATERA UTARA
• 2009  ditemukan sebanyak 6 kasus
• 2010  ditemukan sebanyak 5 kasus
• 2011  ditemukan sebanyak 11 kasus
• 2012  ditemukan sebanyak 3 kasus
• 2014  ditemukan sebanyak 2 kasus
• 2015  Kota Gunung Sitoli melaporkan 1
kasus tetanus neonatorum
• 2016  tidak ada ditemukan kasus TN
FLASHBACK .
VAKSINASI UNTUK PENCEGAHAN
...

Kematian karena infeksi tetanus ini


merupakan akibat dari proses persalinan
yang tidak aman/steril atau berasal dari
luka yang diperoleh ibu hamil sebelum
melahirkan

Sebagai upaya pengendalian Kelompok usia 15-39, WUS

hamil tidak hamil


dilaksanakan program
Imunisasi Td pada WUS  5 dosis
imunisasi Tetanus Toksoid
dengan interval tertentu
Difteri (Td) bagi Wanita
Usia Subur (WUS) dan ibu
IMUNISASI
hamil. LANJUTAN Berdasarkan hasil screening imunisasi
Peraturan Menteri Kesehatan sebelumnya
No. 12 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi
Imunisasi dasar Imunisasi lanjutan Imunisasi lanjutan
SKRINING STATUS bayi baduta BIAS
IMUNISASI Pemberian vaksin mengandung “T” pada Imuniasi calon
kegiatan imunisasi lainnya pengantin

1. Pemberian imunisasi Td tidak perlu dilakukan bila hasil


screening menunjukkan wanita usia subur telah
mendapatkan imunisasi Td5 yang harus dibuktikan
dengan buku KIA, rekam medis, dan atau kohort
Screening status
imunisasi tetanus
harus dilakukan
3. Saturn
sebelum pemberian Kelompok ibu hamil yang sudah mendapatkan Td2 sampai
vaksin. dengan Td5 dikatakan mendapatkan imunisasi Td2+
TETANUS
TOKSOID
(TT)

• Golongan: Obat Keras.


Vaksin TT tersedia dalam bentuk • Kelas Terapi: Vaksin, Antisera dan Imunologi.
suspensi berwarna putih, • Kandungan: Toksoid tetanus murni 10 Lf/0.5 mL.
mengandung toksoid tetanus • Bentuk: Suspensi Injeksi.
murni, teradsorbsi kedalam • Satuan Penjualan: Vial.
aluminium fosfat. • Kemasan: 1 Vial 5 mL (10 dosis).
• Farmasi: Biofarma

merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi


terhadap tetanus dan difteri
Sebagai upaya pencegahan tetanus neonatorum dan maternal, WHO
merekomendasikan jadwal pemberian vaksin TT pada wanita usia
PENERIMA reproduktif dan wanita hamil yang belum pernah mendapat vaksin TT, Td,
VAKSIN maupun DTP seperti pada tabel.

Dosis TT atau Td (menurut


Durasi Proteksi yang
catatan resmi vaksinasi Kapan Diberikan
Diharapkan
sebelumnya)
 
Saat kontak pertama dengan
Tabel 1. Jadwal Imunisasi 1 tenaga kesehatan atau sedini
Toksoid Tetanus pada mungkin pada awal kehamilan

Wanita Usia Reproduktif 1-3 tahun


atau Wanita Hamil yang 2 Minimal 4 minggu setelah TT1

Belum Pernah Mendapat Minimal 5 tahun


Minimal 6 bulan setelah TT2 atau
Vaksin TT, Td, atau DTP 3
pada kehamilan berikutnya

Minimal 10 tahun
Minimal 1 tahun setelah TT3 atau
4
pada kehamilan berikutnya

Sepanjang usia
Minimal 1 tahun setelah TT4 atau
5 reproduktif atau lebih
pada kehamilan berikutnya
lama lagi
Namun, apabila seorang wanita usia reproduktif atau sedang hamil mampu menunjukkan catatan
vaksin tetanus (DPT, DT, Td, atau TT) yang resmi saat bayi, anak-anak, dan remaja, maka rekomendasi
jadwal vaksinasi tetanus berikutnya mengikuti rekomendasi berikut ini :

Rekomendasi Imunisasi
Riwayat imunisasi Saat kemudian
Usia saat vaksinasi sebelumnya hari (interval
Pada kontak saat ini/
Tabel 2. Pedoman terakhir (menurut catatan
sedang hamil
minimal 1 tahun
resmi) dari vaksin
Jadwal Imunisasi
sebelumnnya)
Toksoid Tetanus
2 dosis TT/Td
pada Wanita yang
Bayi 3 DPT (interval antar dosis 1 dosis TT/Td
Pernah Imunisasi
minimal 4 minggu)
Tetanus saat
Anak-anak 4 DPT 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Bayi, Anak-Anak, Usia sekolah 3 DPT + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
dan Remaja
Usia sekolah 4 DPT + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td Tidak perlu vaksin

4 DPT + 1 DT/Td saat


usia 4-6 tahun + 1
Remaja Tidak perlu vaksin Tidak perlu vaksin
TT/Td saat usia 14-16
tahun
SEPUTAR
VAKSIN

Jarang terjadi, bersifat Kontra indikasi


Bagaimana vaksin • Gejala-gejala berat
ringan (lemas dan
diberikan kemerahan pada lokasi
karena dosis TT
sebelumnya.
Vaksin TT diberikan suntikan), bersifat
• Hipersensitif terhadap
secara intra muskular sementara, dan kadang-
komponen vaksin.
atau subkutan dalam, kadang gejala demam
• Demam atau infeksi
dengan dosis 0,5 ml. akut.
Efek samping
Efektivitas Vaksin

Liu ZC, Zhou B, Tan SK (2017)


Elisa Standar Sayangnya, terdapat
Neutralisasi in vivo beberapa laporan kasus
(modifikasi ELISA) tetanus yang masih
konsentrasi terjadi pada individu
antibodi yang dengan konsentrasi
Sejauh ini belum kadar dianggap antibodi melebihi
ada batasan antibodi protektif adalah ambang batas tersebut
parameter melebih 0,01 minimal 0,1-0,2
imunologi definitif IU/mL IU/mL
yang berkaitan biasanya
langsung dengan dianggap
tingkat proteksi protektif
untuk tetanus
Efektivitas Vaksin

Roper MH, Vandelaer JH, Gasse FL,


2007
Atas alasan tersebut,
jumlah dosis yang
disarankan untuk
Pada populasi vaksin TT primer pada
anak-anak, bayi adalah 3 kali
Antibodi tetanus . Selain itu, pemberian 3 dengan interval antar
pasca dosis TT imunitas juga dosis TT primer pemberian minimal 4
pertama terbentuk menurun menginduksi minggu
secara lambat dan seiring pembentukan
hanya terdiri dari berjalannya titer antibodi
IgM non waktu melebihi ambang
neutralisasi dan batas protektif
sedikit IgG saja dengan rerata
antibodi di atas
0,2 IU/mL
CAKUPAN
IMUNISASI
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2019

• Cakupan imunisasi Td pada


status Td1 sampai Td5 pada
CAKUPAN IMUNISASI Td1-Td5 PADA WANITA wanita usia subur tahun 2019
USIA SUBUR DI INDONESIA TAHUN 2019 masih sangat rendah yaitu
kurang dari 10% jumlah seluruh
WUS.
• Cakupan Td5 sebesar 8,02%
dengan cakupan tertinggi di
Provinsi Jawa Timur sebesar
51,61% dan
• Terendah di Sumatera Utara
sebesar 0,002%. Terdapat 4
provinsi yang belum
melaporkan yaitu Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung,
Jawa Barat, Nusa Tenggara
Barat dan Sulawesi Utara.
CAKUPAN IMUNISASI Td2+ PADA IBU
HAMIL DI INDONESIA TAHUN 2019
Cakupan imunisasi Td2+ pada ibu hamil tahun 2019
1 sebesar 64,88%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tahun 2018 yang sebesar 51,76%

Cakupan imunisasi Td2+ juga lebih rendah sekitar

2 23,66% dibandingkan dengan cakupan pelayanan


kesehatan ibu hamil K4 yang sebesar 88,54%  Td2+
merupakan syarat pelayanan kesehatan ibu hamil K4

Provinsi Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Banten, dan DI


3 Yogyakarta memiliki capaian imunisasi Td2+ pada ibu
hamil tertinggi di Indonesia

Provinsi dengan capaian terendah yaitu Kepulauan


4 Bangka Belitung (0,01%), Sumatera Utara (0,10%),
Kalimantan Timur (1,43%), dan Papua Barat (13,27%)
PROGRAM Permasalahan kematian ibu dan bayi pada saat ini masih
PENANGGULANGA menjadi masalah yang serius terutama di negara-negara yang
N belum maju atau sedang berkembang seperti di Indonesia,
setiap tahunnya kematian ibu dan bayi masih saja terjadi,
meskipun pemerintah telah banyak melakukan upaya
pencegahan terjadinya kematian ibu dan bayi.

Bertujuan meningkatan kesehatan ibu dan bayi dengan


Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatorum (ETMN).
PROGRAM Beberapa cara diantaranya melakukan imunisasi Tetanus
SDGs Toksoid (TT) dengan pencapaiaan yang tinggi dan merata,
melakukan persalinan yang bersih dan aman
Pertolongan persalinan
Program untuk mengeliminasi tetanus neonatorum dimulai yang aman dan bersih

ETM dengan pemberian vaksin Tetanus Toxoid kepada ibu hamil,


calon pengantin, dan bayi yang bertujuan untuk mengeliminasi
Cakupan imunisasi
tetanus pada neonatal dan Wanita Usia Subur (WUS),
N termasuk ibu hamil
MARS
rutin yang tinggi dan
merata, dan surveilans
Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan
4º Despite being
dengan pemberian imunisasi TT
red, Mars
kepada ibu
actually a cold place
is
hamil Sebaiknya imunisasi TT diberikan
sebelum kehamilan 8 bulan, dan lebih
minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat
baik lagi ketika diketanui positif hamil
bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum dan mendapat TT1 pada K1 ANC
TEMPAT PELAYANAN
IMUNISASI TT

01 Puskesmas 04 Rumah bersalin 07 RS Swasta

Dokter Praktik
02 PUSTU 05 Polindes 08 Mandiri

03 Rumah sakit 06 Posyandu 09 Bidan Praktik

Tempat-tempat pelayanan milik pemerintah imunisasi diberikan dengan “gratis”


Imunisasi TT bertujuan untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang
dilahirkan. Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil setelah ditentukan dahulu
status imunisasinya, pengkajian yang dapat dilakukan bidan :

01 03 05
Jika memiliki kartu
02
Jika tidak memiliki
Jika belum pernah,
berikan dosis 04
imunisasi berikan pertama TT dan Jika tidak bisa
imunisasi sesuai kartu imunisasi anjurkan kembali mengingat atau tidak
Jika sudah pernah,
jadwal pemberian tanyakan apakah sesuai jadwal tahu sebaiknya
berapa banyak dosis
pernah pemberian TT berikan dosis kedua
yang diberikan
mendapatkan dan anjurkan untuk
sebelumnya dan
imunisasi kembali sesuai jadwal
berikan dosis
sebelumnya baik
berikutnya secara
DPT (difteri pertusis
berurutan sesuai
tetanus),DT (difteri
jadwal
tetanus) maupun TT
EFEKTIVITAS 1997 Upaya pemenuhan Upaya yang bisa dilakukan
Behavioural
cakupan imunisasi rutin yang
PROGRAM untuk menurunkan angka
Screening
tinggi dan Techique
merata sebagai salah kematian Ibu dan Bayi adalah
satu strategi untuk eliminasi dengan peningkatan cakupan
tetanus telah dilaksanakan Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Faktor yang mempengaruhi rendahnya
OAE
jangkauan imunisasi TT  Kurangnya
sejak tahun program imunisasi pada ibu hamil yang tujuannya
TT pada WUS. Meskipun memberikan kekebalan aktif
kegiatan promosi kesehatan serta demikian, sampai saat ini
rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap tetanus
cakupan imunisasi TT WUS di
terhadap imunisasi TT walaupun Indonesia masih sangat
imunisasi tersebut dapat diperoleh rendah
secara gratis di tempat pelayanan
kesehatan

02 01
ETMN
Mempertahankan status ETMN.
Ditjen PP & PL
ETMN sampai saat ini tidak bisa Rendahnya hasil cakupan
mencapai target yang telah ditetapkan imunisasi TT lengkap pada ibu
yaitu <1/1000 kelahiran hidup sebagai hamil berarti akan mengurangi
target nasional ETMN keberhasilan program imunisasi
dalam melindungi ibu hamil dan
bayi dari penyakit tetanus

2016
Kemenkes RI, 2017 TT1 23,4% • Cakupan imunisasi TT2+ pada ibu
TT2 21,8% hamil di Indonesia, Provinsi dengan
Target yang ditetapkan oleh
TT39,4% capaian terendah yaitu Sumatra
pemerintahan Indonesia
TT4 7,8% Utara sebesar 13,43%, Kalimantan
mengenai program imunisasi
TT58,2% Utara sebesar 15,03% dan Papua
Tetanus Toksoid saat kehamilan
TT2+47,3% sebesar 19,55%
sebesar 80%, namun pada
kenyataannya target yang dicapai • Cakupan imunisasi TT5 pada wanita
belum sesuai dengan target usia subur Provinsi dengan capaian
nasional yang telah ditetapkan terendah yaitu Sulawesi Utara dan
sumatra utara sebesar 0,25%
TERIMA
KASIH !
ADA PERTANYAAN
?? UNMUTE
NOW !!

Anda mungkin juga menyukai