Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT TANPA DEHIDRASI

OLEH:
dr. Ida Ayu Dwi Kamaswari

PENDAMPING:
dr. Anak Agung Raka Wirawan
dr. Made Ary Puspitasari

DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM INTERNSIP


RUMAH SAKIT KASIH IBU TABANAN
PROVINSI BALI
2021
BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : GAPP
Umur : 7 bulan 28 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Br. Dangin Jalan, Ds. Kelating, Kerambitan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Hindu
No. RM : 91562
Tanggal dan waktu pemeriksaan : 18-12-2020; 20:35 WITA

I.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Diare
Riwayat Penyakit Sekarang (alloanamnesa):
Pasien datang dengan keluhan diare sejak 5 hari lalu, disertai demam sejak 1
hari lalu. Total diare sebanyak >5x, terakhir diare tadi pagi sekitar pukul 08:00
WITA. Ibu pasien mengatakan bahwa diare cair (+), berlendir (+), darah (-), 1 hari
yang lalu pasien semat munah 2x. Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), sesak
(-), BAK dalam batas normal. Ibu pasien mengatakan pasien semakin ingin
minum lebih banyak dari biasanya.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Disangkal

Riwayat Pengobatan
Pasien belum sempat mengkonsumsi obat apapun.

Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan maupun obat-obatan disangkal.
I.3 PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
• Keadaan umum : lemah
• Kesadaran : compos mentis
• GCS : E4V5M6
• Berat Badan : 9,8 kg
• Vital Sign
- Tekanan Darah : 85/60 mmHg (posisi baring)
- Nadi : 126x/menit, regular, kuat angkat
- Frekuensi nafas : 30 x/menit, regular
- Suhu aksilla : 38,6ºC
Status Generalis
• Kepala : Normocephali, ubun-ubun cekung (-)
• Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, refleks pupil +/+, mata
cowong (-)
• THT
- Telinga : Hiperemi -/-, edema -/-, sekret -/-, nyeri tarik -/-
- Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret -/-
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
• Leher : JVP dalam batas normal, pembesaran KGB (-)
• Thorax
Cor
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL sinistra, kuat
angkat (-), thrill (-)
 Perkusi : Batas atas ICS II, batas bawah ICS V, batas kanan
PSL dextra ICS IV, batas kiri MCL sinistra ICS V
 Auskultasi : S1 S2 tunggal regular
• Pulmo
 Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-), jejas (-)
 Palpasi : fremitus Normal / Normal
 Perkusi : Sonor / Sonor
 Auskultasi: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
• Abdomen
 Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), massa (-)
 Auskultasi: Bising usus (+)
 Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani
 Turgor pada kulit abdomen kembali cepat
• Ekstremitas : akaral hangat (+), CRT <2 detik

I.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Uji analisis faeces (19-12-2020)
Feces rutin:
Makroskopis:
- Warna : kuning
- Konsistensi : cair
- Lendir : negative
- Darah : negative
Mikroskopis:
- Sisa pencernaan:
a. Lemak :2
b. Karbohidrat : (+)
c. Serat-serat : (+)
- Leukosit : 2-5/LPB
- Eritrosit : 0-1/LPB
- Parasite : Entamoeba coli (+), stadium kista
- Telur cacing : tidak ditemukan
- Jamur : tidak ditemukan

2. Darah Lengkap
 Darah lengkap (18-12-2020)
 WBC : 9.58.103/L
 RBC : 4.52.106/L
 HGB : 9.4 g/dL
 HCT : 29,1 %
 PLT : 249.103/L

I.5 ASSEMENT
Diagnosis: Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan-sedang
Diferential Diagnosis: Giardiasis

I.6 PLANNING
TERAPI
Medikamentosa:
Konsul Spesialis Anak:
- IVFD KA-EN 3B 20 tpm micro
- Promuba 3 x cth 2/3
- Sanmol 3 x 1ml
- Obat puyer 3 x 1
Non-Medikamentosa:
- Konsul Spesialis Anak:
 Bed rest
 Diet lunak
 Cek DL dan cek FL

MONITORING
- Observasi Vital Sign
- Keluhan

KIE
- Penjelasan mengenai gastroenteritis beserta komplikasinya
- Penjelasan mengenai MRS serta evaluasi TTV setiap hari

PROGNOSIS
- Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
- Ad Functionam : Dubia Ad Bonam
- Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
I.7 RESUME
Pasien datang dengan keluhan BAB cair (diare) sejak 5 hari sebelum MRS
yaitu tepatnya pada saat pagi hari sekitar pukul 08:00 WITA. Keluar tiba-tiba dan
sudah berlangsung > 5x saat itu. Feces dengan konsistensi cair, ibu pasien
mengatakan berlendir, tidak ada darah. Menurut ibu pasien, 1 hari yang lalu pasien
sempat muntah 2x. Selama BAB cair dan muntah ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya terlihat lebih rewel dan terlihat lebih haus dari biasanya.
Selain buang air besar cair dan muntah, pasien juga mengalami demam sejak 5
hari sebelum MRS yaitu pada pagi hari timbul bersamaan dengan munculnya diare
dan saat pemeriksaan di IGD, pasien masih demam dengan suhu 38.6C.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum pasien tampak sakit
sedang dan lemas, pasien masih mau minum. Pada pemeriksaan kepala tidak
didapatkan ubun-ubun cekung dan mata cowong. Pemeriksaan turgor kulit abdomen
ditemukan kembali cepat.

LAPORAN PERKEMBANGAN PASIEN DI RUANGAN

19/12/ 2020 S: ibu pasien mengatakan pasien BAB cair 1x, - IVFD KA-EN 3B 20 tpm
makan minum baik. mikro
R. Ayodya -
RS Kasih Ibu - Sanmol 3 x 1ml
O:
Tabanan
KU: lemah N: 96x/menit - Promuba 3 x cth 2/3
RR: 20x/menit Suhu: 36°C
Status General - Obat puyer 3 x 1

Mata: Anemis -/-


- cek hasil FL
Thorax: Cor: S1S2 tunggal reguler
Pulmo: Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Ekstremitas: Hangat
A: GEA dengan dehidrasi ringan sedang

20/12/2020 S: ibu pasien mengatakan BAB 1x, ampas (+), - IVFD KA-EN 3B 20 tpm
makan dan minum baik. mikro
R. Ayodya -
O: KU: lemah
RS Kasih Ibu - Sanmol 3 x 1ml
N: 92 x/menit
Tabanan
RR: 20 x/menit Suhu: 36°C
Status General
- Promuba 3 x cth 2/3
Mata: Anemis -/-
Thorax: Cor: S1S2 tunggal reguler - Obat puyer 3 x 1
Pulmo: Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Ekstremitas: Hangat - Hasil FL

A: GEA dengan dehidrasi ringan sedang


- rencana pulang

21/12/2020 S: ibu pasien mengatakan pasien masih lemas - BPL


namun sudah tidak BAB cair. Makan dan
R. Ayodya-RS - Kontrol hari Kamis tgl
minum baik.
Kasih Ibu 24-12-2020
Tabanan O: Status Present
N: 82 x/menit
RR: 20 x/menit Suhu : 36,2°C
Status General
Mata: Anemis -/-
Thorax: Cor: S1S2 normal reguler
Pulmo: Ves +/+, rh -/-, wh -/-
Ekstremitas: Hangat
A : GEA dengan dehidrasi ringan sedang
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Definisi

Gastroenteritis atau flu perut atau infeksi perut atau di Indonesia sering disebut
muntaber ditandai dengan gejala seperti diare, demam dan atau tanpa muntah. Diare
adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3kali/hari, disertai perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dari biasanya dengan atau tanpa lendir dan darah. Diare
akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (kurang dari 2 minggu),
sedangkan diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari (lebih dari 2
minggu).1, 2, 3, 4

Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besar lebih dari 3-4 kali
perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak tergolong diare, tetapi
merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya perkembangan
saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair yang
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak
buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah
dapat disebut diare. 1

II. 2 Epidemiologi

Secara epidemiologi diare dapat ditemukan di seluruh dunia baik di negara yang
telah maju ataupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di negara maju
walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan sosial ekonomi yang tinggi tetapi
penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan selain karena morbiditasnya juga
karena biaya perawatan kesehatannya yang cukup besar.5 Berdasarkan data dari World
Gastroenterology Organisation Practice Guideline di seluruh dunia terdapat sekitar 1,5
miliar kasus diare pertahun dengan angka kematian 1,5-2 juta terutama pada anak usia
kurang dari 5 tahun atau mencapai angka 18% dari seluruh dunia yang berarti lebih dari
5000 anak yang menderita diare setiap harinya, dari semua kasus yang kematian akibat
diare sekitar 78% terjadi di kawasan Afrika dan Asia Tenggara dan pada negara
berkembang anak- anak usia dibawah 3 tahun mengalami diare kurang lebih 3 kali
setiap tahunnya.6,7

Di Indonesia angka morbiditas dan mortalitas akibat diare masih tinggi. Pada tahun
2000-2010 terlihat kecenderungan insidens yang meningkat berdasarkan hasil survei
dari Departemen Kesehatan. Pada tahun 2000 incidence rate (IR) diare 310/1000
penduduk, tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.8 Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare juga masih sering terjadi dengan jumlah kematian yang masih tinggi.9 Diare
merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 berdasarkan pola penyebab kematian
pada semua umur, sedangkan berdasarkan dari hasil Riskesdas tahun 2007 diare masih
sebagai penyebab kematian nomor satu pada Balita.9

II.3 Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh banyak penyebab, dimana dapat dikelompokkan


menjadi:10, 11
1. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak
terutama trigliserida rantai panjang, dan protein seperti
beta-laktoglobulin.

2. Keracunan makanan, makanan mengandung zat kimia beracun atau


makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin.
3. Alergi : susu sapi Cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE), atau

makanan tertentu.
4. Imonodefisiensi. Diare akibat imunodefisiensi ini sering terjadi pada

penderita AIDS.

5. Atau infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus ataupun parasit

(Gambar 1).
Gambar 1. Agen Penyebab Diare
(Sumber : World Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012)

Berdasarkan gambar di atas, penyebab tersering pada gastroenteritis pada anak


adalah infeksi virus. Rotavirus dan adenovirus merupakan penyebab tersering diare
akut pada anak dibawah usia 2 tahun. 1

Tabel 1. Frekuensi pathogen menjadi penyebab tersering


Tabel 2. Penyebab tersering berdasarkan usia anak

Klasifikasi
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :10, 11

1. Lama waktu diare: diare akut dan diare kronik


2. Mekanisme patofisiologis: osmotik, sekretorik, malabsorbsi, inflamasi,
infeksi, dan gangguan peristaltik.
3. Berat ringannya diare: berat atau ringan
4. Penyebabnya infeksi atau tidak: diare infektif atau diare non infektif
5. Penyebabnya organik atau tidak: diare organik atau diare fungsional

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dengan menggunakan criteria WHO atau
maurice king. 1
Penilaian A B C

Lihat:

Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel *lesu,lunglai/tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa,tidak haus *haus ingin minum banyak *malas minum atau tidak
bias minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedang Dehidrasi berat

Bila ada 1 tanda* ditambah Bila ada 1 tanda* ditambah


1 atau lebih tanda lain 1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

II. 4 Manifestasi Klinis


Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya dapat
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala
gastrointestinal bisa berupa diare, keram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi
sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.1, 2

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga akan meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi
menurut tonisistas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat. 1, 2

Infeksi ekstraintestinal yang berkaitan dengan bakteri enteric pathogen antara lain :
vulvovaginitis, infeksi saluran kemih, endokarditis, osteomyelitis, meningitis,
pneumonia, hepatitis, peritonitis dan septic tromboplebitis. Gejala neurologik dari infeksi
usus bisa berupa parestesia ( akibat makan ikan, kerang, monosodium glutamate),
hipotoni dan kelemahan otot. 1, 2

Bila didapatkan gejala demam atau panas badan karena proses peradangan atau
akibat dehidrasi. Panas badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare.
Nyeri perut yang lebih hebat dan tenesmus terjadi pada perut bagian bawah serta rectum
menunjukan terkenanya usus besar. Mual dan muntah adalah gejala yang tidak spesifik
akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena mikroorganisme yang menginfeksi
saluran cerna bagian atas seperti: virus enterik, bakteri yang memproduksi enteroroksin,
giardia, dan cryptosporidium. 1, 2
Tabel 3. Gejala klinis diare akut
Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera
II.5 Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, kramp Tenesmus,kolik - Tenesmus, kramp Kramp
Nyeri kepala - + + - - -
lamanya sakit 5-7 hari >7hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek menerus
Darah - + Kadang - + Cair
Bau Langu - Busuk - - -
Warna Kuning hijau Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Amis khas
Leukosit - + + - - Seperti air
Lain-lain anorexia Kejang+ Sepsis + Meteorismus Infeksi sistemik+ cucuian beras
-
-

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui hasil anamnesis dalam kasus ini alloanamnesa,


pemeriksaak fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada alloanamnesis pasien ini ditemukan
gejala diare sejak 5 hari dengan ferkuensi >5x disertai dengan demam sejak 1 hari.
Pasien minum lebih banyak dari biasanya.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan, suhu 38.6C, ditemukan tanda dehidrasi seperti
turgor kulit di abdomen kembali cepat. Sedangkan pada pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium darah lengkap didapatkan, WBC 9.58, RBC 4.52, HGB 9.4,
PLT 249, MCV 64.4, HCT 29.1. Pada pemeriksaan feses lengkap didapatkan, bagian
makroskopis ditemukan warna kuning, konsistensi cair, darah (-), lendir (-), untuk bagian
mikroskopis ditemukan lemak 2 globul/LPB, karbohidrat (+), serat-serat (+), leukosit 2-5
LPB, eritrosit 0-1 LPB, parasit ditemukan Entamoeba coli (+) stadium kista.

Berdasarkan gambaran tersebut maka assement pasien saat ini adalah gastroenteritis
akut dengan dehidrasi ringan sedang.

II. 6 Penatalaksanaan

1. Cegah dehidrasi dan pertahankan kecukupan gizi:

- ASI diteruskan, selingi dengan Cairan Rehidrasi Oral (CRO).


- Berikan minum yang banyak.

- Bila anak tidak mengkonsumsi ASI, pemberian susu formula tidak perlu
diganti atau diencerkan.

- Bila terjadi dehidrasi ringan-sedang, pemberian makanan diteruskan dan


tidak ada pembatasan jenis makanan.

- Bila terjadi dehidrasi berat, stop makanan hingga dehidrasinya membaik.


2. Zinc

Suplementasi Zinc pada GEA telah terbukti mengurangi durasi dan beratnya
episode GEA, serta berhasil menurunkan insiden diare dalam waktu 2 – 3
minggu ke depan. Oleh karena itu, semua pasien diare sebaiknya diberi Zinc
segera seketika anak mengalami diare.

Dosis:

-  Anak < 6 bulan: 1⁄2 tablet (10 mg), 1x sehari selama 10-14 hari.

-  Anak > 6 bulan: 1 tablet (20 mg) sehari selama 10-14 hari.

Cara Pemberian:

-  Bayi: larutkan tablet dengan sedikit (5 mL) ASI perah, CRO atau air minum
bersih di sendok kecil.

-  Anak: tablet dikunyah atau dilarutkan dengan sedikit air di sendok.

Durasi:
Orang tua harus diberi penjelasan perihal pentingnya untuk memberikan Zinc
selama 10-14 hari meski diare nya sudah sembuh sebelum durasi tersebut.
Terangkan pula bahwa Zinc akan memperbaiki kesehatan secara menyeluruh,
pertumbuhannya dan nafsu makannya.

3. Terapi medikamenstosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti
antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang
mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu
mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan
sebagian besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun.
Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk
pengobatan diare akut. 1, 12
- Antibiotik
Diindikasikan pada pasien yang mengalami infeksi bakteri inasif,
traveller’s diarrhea dan imunosupresi.
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif

Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari

Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20 mg/kg BB

2x sehari selama 3 hari 4x sehari selama 3 hari

Ceftriaxone 50-100 mg/kgBB

1x sehari IM selama 2-5 hari

Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB

3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus


berat)

Giardiasis Metronidazole 5mg/KgBB

3 x sehari selama 5 hari


- Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan
dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk
bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan efek probiotik dalam
pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus ,
kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit,
modifikasi toksin atau reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus
melalui penyediaan nutrient dan imunomodulasi. Mekanisme kerja
probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa
usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya
kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel
mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat
lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di
dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen.
Lactobacillus strain pada manusia mempunyai kemampuan melekat pada
Caco-2 cells dan sel goblet HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus.
Lactobacillus acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai kemampuan melekat
yang kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan Lactobacillus strain
LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah. Kemampuan perlekatan
tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain LA1 mempunyai
kemampuan untuk mencegah perlekatan entero patogenic Eschercia coli
(EPEC) dan bakteri enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium,
Yersinia tuberculosis. Kemampuan mencegah perlekatan strain LA1 lebih
efektif bila diberikan sebelum atau bersamaan dengan infeksi E coli
daripada setelah infeksi E coli. Disamping mekanisme perlekatan dengna
reseptor pada epitel usus untuk mencegah pertumbuhan bakteri patogen
melalui kompetisi, bakteri probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh
karena produksi substansi anti bakteri misalnya: asam organik,
bacteriocin, microcin, reuterin, volatile fatty acid, hidrogen peroksida dan
ion hidrogen. 1, 13

II.7 Komplikasi
- Dehidrasi
- Syok hipovolemik

II. 8 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang,
ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya, sehingga umumnya prognosis adalah dubia
ad bonam. Bila kondisi saat datang dengan dehidrasi berat, prognosis dapat menjadi
dubia ad malam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Agtini, M. D., & Soenarto, S. S. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Kementrian kesehatan
RI.

2. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus dalam Kapita
Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:100-111
3. Behrman Richard E, Kliegman Robert, Nelson Waldo E, Vaughan Victor C. nelson
textbook of pediatrics. 17th edition. EGC. Jakarta : 2000
4. Farthing, M., Lindberg, G., Dite, P., Khalif, I., Lindo, E. S., Ramakrishna, B. S., et al.
2008. acute diarrhea. World Gastroenterology Organisation practice guideline.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman pelayanan medis. jilid 1. Jakarta :
pengurus pusat IDAI
6. Kemenkes, R. 2011. panduan sosialisasi tatalaksana diare balita. Indonesia : kementrian
kesehatan republik indonesia.
7. Lindberg, G., Salam, M., Farthing, M., Khalif, I., Lind, E. S., Ramakrishna, B. S., et al.
2012. Acute diarrhea in adults and children : a global perspective. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines.
8. Salwan, hasri. 2014. Diare Akut. Palembang. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH
9. Setiawan, B. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (5 ed.). Jakarta: Interna Publishing.
10. Subagyo, B. S. 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1, Edisi 1. Jakarta:
IDAI.
11. Suratmaja Sudaryat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Halaman :1-24
12. Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut Disebabkan Bakteri. sumatera
utara: Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai