Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KASUS

KDK + DIARE AKUT NON


DISENTRIFORM TANPA DEHIDRASI

Perseptor :
Dr.Yoke Ayukarningsih,dr.,Sp.A.,M.Kes
IDENTITAS PASIEN
• No RM : 492254
• Nama Pasien : an. AAA
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Tempat Tanggal Lahir : Garut, 07-07-2016
• Usia : 2 tahun 8 bulan
• Alamat : Asrama Yon Armed 4
• Tanggal Masuk : 26 April 2019
• Tanggal Pemeriksaan : 26 April 2019
IDENTITAS ORANG TUA
Ibu
• Nama : Ny.L
• Umur : 32 tahun
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Alamat : Asrama Yon Armed 4

Ayah
• Nama : Tn.Z
• Umur : 35 tahun
• Pekerjaan : TNI
• Alamat : Asrama Yon Armed 4
TRIAGE
 Trauma • Pasien datang pukul 13.45
 Non Trauma  Sendiri
 Maternity  Diantar Orangtua

• Primary Survey • Pengkajian Assesment


 Airway  Autoanamnesis
Clear / Unclear  Alloanamnesis
 Breathing
Clear / Unclear
 Circulation
Clear / Unclear
ANAMNESIS
Keluhan utama : Kejang
Anamnesis Khusus :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan
kejang ±15 menit SMRS selama 1 menit. Ibu mengatakan saat
anak kejang mata mendelik ke atas, mulut tertutup dan tidak
berbusa kedua tangan dan kaki kelojotan.
Sebelum kejang pasien sadar, setelah kejang pasien lemas
dan mengantuk. Kemudian pasien dibawa ke UGD RS.Dustira.
Saat tiba pasien kembali kejang 32 detik. Saat kejang mata
pasien mendelik ke atas, tangan mengepal dan kaki menjadi
kaku, kemudian pasien menjadi kelojotan. Keluhan didahului
adanya demam ±12 jam SMRS.
Anamnesis umum :
Sebelum kejang, pasien mengalami demam sejak ±
12 jam SMRS. Demam mendadak tinggi dan terus
menerus sepanjang hari, namun ibu tidak mengukur
suhu anaknya.
Keluhan demam disertai dengan BAB cair sebanyak
5 kali/hari. BAB cair berwarna kuning, berampas, tanpa
lendir dan darah, tanpa ruam merah pada sekitar anus.
Keluhan disertai mual dan muntah sebanyak 4
kali/hari, berisi sisa makanan sebanyak ± ¼ gelas
belimbing. Keluhan tidak disertai rewel dan haus,
pasien masih mengeluarkan air mata saat menangis.
Pasien masih mau makan bubur bayi ± 3 SDM sejak
pagi, minum susu formula ±100 cc dan air putih ± 20 cc.
BAK 2 kali dalam satu hari.
Keluhan demam tidak disertai dengan adanya bintik-
bintik merah dikulit, gusi berdarah maupun mimisan.
Keluhan tidak disertai batuk dan pilek.
Keluhan kejang tidak didahului adanya luka pada
tubuh. Riwayat trauma tidak ada.
Riwayat kejang demam sebelumnya tidak ada.
Riwayat kejang tanpa demam tidak ada. Keluhan kejang
pada keluarga tidak ada.
Sehari-hari pasien biasa makan dengan nasi dan lauk pauk
sebanyak 3x perhari. Pasien biasa minum susu formula
sebanyak 250 cc dan air putih sebanyak ± 400 cc/24 jam.
Pasien menyukai sayuran namun jarang mengkonsumsi daging
dan buah.
Sumber air minum didapatkan dari membeli air galon
kemasan. Ibu pasien mencuci botol dot setiap kali habis
digunakan menggunakan sabun cuci dan air mengalir tanpa
pemanasan. Ibu pasien selalu mencuci tangan sebelum
menyuapi pasien tetapi terkadang tidak dengan sabun.
Jamban berada di belakang rumah dan dekat dengan
ruang makan. Sampah rumah tangga diambil 2 hari sekali oleh
petugas sampah. Keluhan serupa pada anggota keluarga
serumah dan lingkungan sekitar tidak ada.
Riwayat pengobatan saat dirumah pasien diberi
paracetamol (sanmol) ± 3 jam sebelum kejang. Saat
kejang dirumah tidak ada pengobatan dan langsung
dibawa ke UGD RS.Dustira. Saat di UGD pasien diberi
diazepam suposituria (stesolid) dan diberikan obat
penurun panas. Serta di pasang infus.
Riwayat alergi obat tidak ada. Pasien lahir dari ibu
P2A0 yang mengaku lahir cukup bulan (38 minggu)
dibantu bidan di rumah sakit. Lahir spontan, letak kepala,
langsung menangis dengan BB lahir 3.0 kg. Panjang badan
lahir 49 cm. riwayat imunisasi dasar lengkap.
RIWAYAT IMUNISASI
• BCG : 0 bulan
• Polio : 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
• DPT : 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
• Campak : 9 bulan
• Hepatitis B : 0 bulan, 1 bulan, 6 bulan
Anamnesis Tambahan :
Riwayat makanan
• 0 - 4 bulan : ASI
• 4 - 6 bulan : ASI
• 6 -12 bulan : ASI, MPASI
• 12 bulan – sekarang : ASI, susu formula, bubur, nasi
PEMERIKSAAN FISIK (DI UGD)
• Gcs : 15
• Tingkat kesadaran : Compos mentis
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Berat badan : 11 kg
• Tinggi badan : 90 cm
• Status gizi : IMT 17,1 kg/m2
• Tanda vital :
Nadi : 121 x/m, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 26 x/m
Suhu : 39,1 °C
• Status Neurologis :
- Saraf otak : normal
- Motorik : gerak aktif
- Sensorik : normal
- Vegetatif : normal
- Refleks fisiologis : (+/+) normal
- Refleks patologis : (-/-)

• Rangsang Meningen :
- Kaku Kuduk : (-)
- Brudzinski I/II/III : (-)
- Laseq : (-)
- Kerniq : (-)
• Kepala : Ubun-ubun besar cekung (-)
Mata : Kelopak mata cekung (-/-), air mata (+/+)
Konjuntiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
THT : Hidung : PCH (-/-), Rhinore (-/-)
Mulut : mukosa mulut dan lidah basah
• Leher : KGB tidak teraba
• Dada : bentuk dan gerak simetris, retraksi (-/-)
• Cor : BJ I & II murni reguler
• Pulmo : VBS kanan=kiri, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
• Perut : datar, soepel, nyeri tekan (-), BU (+), hepar dan
lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat.
• Perianal rash : (-)
• Alat gerak : akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-)
PEMERIKSAAN LAB (DI UGD)
PEMERIKSAAN SATUAN NILAI
Hb g/dL 11.5
Ht % 32.5
Eritrosit 10ˆ⁶/ᴜL 5.1
Leukosit 10ˆᵌ/ᴜL 14.3
Trombosit 10ˆᵌ/ᴜL 409
MCV Fl 63.2
MCH Pq 22.4
MCHC g/dL 35.4
RDW % 13.6
Basofil % 0.1
Eosinofil % 0.0
Neutrofil Segmen % 85.3
Limfosit % 9.8
Monosit % 4.8
DIAGNOSIS KERJA
Kejang Demam Sederhana + Diare Akut Non
Disentriform Tanpa Dehidrasi
PENATALAKSANAAN
Jam Tindakan
13.46 Oksigen dengan nasal kanul 2 L/menit
Stesolid 10 mg supp
Suhu 39,1°C
13.51 Kejang tidak berulang
Pengambilan sampel darah
Pemasangan infus → RL 1000 cc/24
jam
Paracetamol IV 160 MG
14.00 Kejang tidak berulang, suhu 38,4°C
L-bio 1 x 1 peroral
Zinc 1 x 20 peroral
PEMERIKSAAN FISIK (DI RUANGAN)
• Gcs : 15
• Tingkat kesadaran : Compos mentis
• Keadaan umum : Sakit sedang
• Berat badan : 11 kg
• Tinggi badan : 90 cm
• Status gizi : IMT 14,3 kg/m2
BB/U = 1 / 0
TB/U = 1 / 2
BB/TB = 0 / -1
IMT/U = 0 / -1
• Tanda vital :
Nadi : 121 x/m, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 26 x/m
Suhu : 39,1 °C
STATUS GENERALIS
• Kepala : Ubun-ubun besar cekung (-)
Mata : Kelopak mata cekung (-/-)
Konjuntiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
THT : Hidung : PCH (-/-), Rhinore (-/-)
Mulut : mukosa mulut dan lidah basah
• Leher : KGB tidak teraba
• Dada : bentuk dan gerak simetris, retraksi (-/-)
• Cor : BJ I & II murni reguler
• Pulmo : VBS kanan=kiri, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
• Perut : datar, soepel, nyeri tekan (-), BU (+), hepar dan lien
tidak teraba, turgor kulit kembali cepat.
• Perianal rash : (-)
• Alat gerak : akral hangat, CRT <2 detik, sianosis (-)
• Status Neurologis :
- Saraf otak : normal
- Motorik : gerak aktif
- Sensorik : normal
- Vegetatif : normal
- Refleks fisiologis : (+/+) normal
- Refleks patologis : (-/-)

• Rangsang Meningen :
- Kaku Kuduk : (-)
- Brudzinski I/II/III : (-)
- Laseq : (-)
- Kerniq : (-)
PENATALAKSAAN DI RUANGAN
• IVFD RL 1000 cc/24 jam
• Diazepam IV 4 mg jika kejang berulang
• PCT sirup 3 x 1 cth jika demam
• L Bio 1 x 2 sachet
• L Zinc sirup 1 x 2 cth
• Domperidon sirup 3 x ½ cth jika muntah
• Oralit 200 cc setiap BAB cair
PROGNOSIS
• Quo ada vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
FOLLOW UP 27-04-19
S : Kejang pada pukul 04.00 satu kali selama 2 menit dengan suhu 38,3. Mata pasien
mendelik, kedua tangan dan kaki kelojotan. Setelah kejang pasien mengantuk dan tidur. demam (+), BAB
cair 3x/hari ampas (+) lendir (-) darah (-), muntah (-), batuk pilek (-)
Input : makan : nasi lauk pauk 2-3 suap 3x makan/hari
minum : susu formula 4x/hari, 60 cc, air putih 250cc
Output : BAK 3x, BAB 3x
O : KU : CM, Sakit sedang, BB : 11 kg
HR : 98 x/m S: 37,3 R: 25 x/m
Kepala : UUB Cekung (-), kelopak mata cekung (-), mukosa mulut dan lidah basah (+)
Leher : KGB tidak teraba
Thorax : Bentuk dan Gerak simetris
Cor : SI-II, Murni reguler, murmur(-)
Pulmo : VBS ka=ki, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Cembung, Lembut
BU (+) normal, Hepar dan Lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2s
Genital : perianal rash (+)
A : Kejang demam Kompleks ec Diare akut tanpa dehidrasi
P : IUFD RL 1000cc/24 jam, PCT 3x1 cth, Diazepam 4 mg IV, L-Bio 1x1 cth, ZinC 1x20 mg, oralit
200 cc/diare, PCT 120 mg jika suhu >38
FOLLOW UP 28-04-19
S : Kejang (-). demam (-), BAB lembek 3 x sehari, muntah (-), batuk pilek (-)
Input : makan : nasi lauk pauk 3-5 suap 3x makan/hari, biskuit 2 pcs
minum : susu formula 4x/hari, 60 cc, air putih 200cc
Output : BAK 4x, BAB 3x
O : KU : CM, Sakit sedang, BB : 11 kg
HR : 92 x/m S: 36.8 R: 24x/m
Kepala : UUB Cekung (-), kelopak mata cekung (-), mukosa mulut dan lidah basah (+)
Leher : KGB tidak teraba
Thorax : Bentuk dan Gerak simetris
Cor : SI-II, Murni reguler, murmur(-)
Pulmo : VBS ka=ki, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Cembung, Lembut
BU (+) normal, Hepar dan Lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2s
Genital : perianal rash (+)
A : Kejang demam Kompleks ec Diare akut tanpa dehidrasi
P : IUFD RL 1000cc/24 jam, PCT 3x1 cth, L-Bio 1x1 cth, ZinC 1x20 mg, oralit 200 cc/diare, PCT
120 mg jika suhu >38
FOLLOW UP 29-04-19
S : Kejang (-). demam (-), BAB lembek, muntah (-), batuk pilek (-)
Input : makan : nasi lauk pauk 6 suap 3x makan/hari, roti coklat ¼ bulatan, 2 pcs wafer,
1 biskuit
minum : susu formula 5x/hari 60 cc, air putih 300cc
Output : BAK 4x, BAB 2x
O : KU : CM, Sakit sedang, BB : 11,2 kg
HR : 92 x/m S: 36.6 R: 25 x/m
Kepala : UUB Cekung (-), kelopak mata cekung (-), mukosa mulut dan lidah basah (+)
Leher : KGB tidak teraba
Thorax : Bentuk dan Gerak simetris
Cor : SI-II, Murni reguler, murmur(-)
Pulmo : VBS ka=ki, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Cembung, Lembut
BU (+) normal, Hepar dan Lien tidak teraba, turgor kulit kembali cepat
Ekstremitas: akral hangat, CRT< 2s
Genital : perianal rash (+)
A : Kejang demam Kompleks ec Diare akut tanpa dehidrasi
P : IUFD RL 1000cc/24 jam, PCT 3x1 cth,L-Bio 1x1 cth, ZinC 1x20 mg, oralit 200 cc/diare, PCT
120 mg jika suhu >38
KEJANG DEMAM
DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
(IDAI 2006)
Kejang demam merupakan bangkitan kejang pada
anak usia 6 bulan hingga 5 tahun, berhubungan dengan
demam yang tidak disebabkan oleh infeksi SSP. (ILAE
1983)
EPIDEMIOLOGI
• 2-4% populasi anak.
• Paling banyak pada anak usi 6 bulan – 5 tahun.
• Sebagian besar kejang demam sederhana, kejang
demam kompleks hanya 35%.
• 16% kasus berulang dalam 24 jam.
KLASIFIKASI
Karakteristik Kejang Demam Kejang Demam
Kompleks Sederhana
Durasi >15 menit <15 menit
Bentuk bangkitan Fokal/parsial satu sisi, Umum tonik dan
atau kejang umum atau klonik
didahului fokal
Rekurensi dalam Ada Tidak ada
24 jam
Gejala kejang fokal Ada Tidak ada
MANIFESTASI KLINIK
• Terjadinya bangkitan kejang pada anak-anak,
sebagian besar bersaman dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat.
• Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam
pertama sewaktu demam.
• Sifat bangkitan dapat berbentuk umum tonik dan
atau klonik, maupun fokal.
Lanjutan
• Kejang Tonik
Terjadi kekakuan pada otot di seluruh tubuh.
• Kejang Klonik
Adanya sentakan berulang dan teratur pada kedua
bagian tubuh pada saat yang bersamaan.
• Kejang Fokal
sering terjadi pada sebelah lengan atau satu sisi
wajah dan mungkin menyebar ke bagian tubuh yang
lain pada satu sisi yang sama.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
Tidak rutin dikerjakan
Atas indikasi : untuk mencari penyebab demam
• Hematologi rutin, urin lengkap
• Elektrolit dan gula darah
Atas indikasi : muntah, diare, dehidrasi, asupan
cairan kurang
• Pungsi Lumbal
AAP 1996 → AAP 2011
- Kecurigaan tanda dan gejala meningitis atau klinis
mengarah ke infeksi SSP.
- Bayi berusia 6-12 bulan dengan status imunisasi
Haemophillus influenzae type B / Streptococcus
pneumoniae negatif atau tidak dapat dipastikan.
- Pasien telah mendapat AB, karena AB dapat
menutupi tanda dan gejala meningitis.
• Elektroensefalografi
- Tidak diperlukan, terutama pada KD
sederhana/tanpa defisit neurologis.
- Konsensus UKK neurologi IDAI 2016
Kejang fokal
- Abnormalitas EEG dapat berkaitan dengan risiko
epilepsi → bukan indikasi terapi profilaksis
CT/MRI Kepala
• Tidak diperlukan pada kejang demam sederhana ataupun
kompleks.
• Insiden kelainan patologis intrakranial pada kejang demam
kompleks sangat rendah
• Harus dilakukan : makro/mikrosefali, kelainan neurologi yang
menetap, terutama lateralisasi.
PATOFOSIOLOGI KEJANG
Mekanisme kejang ada beberapa teori
1. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan
pompa NaK misalnya hipoksemia, iskemia dan hipokalemia.
2. Perubahan permeabilitas membran sel syaraf, misalnya
hipokalsemia, hipomagnisemi.
3. Perubahan relatif neurotransmitter yang bersifat eksitasi
dibandingkan dengan neurotransmitter inhibisi dapat
menyebabkan depolarisasi berlebihan mislanya ketidak
seimbangan GABA atau glutamat yang dapat menimbulkan
kejang.
PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM
↑ K+ dan ↓ Na+
(di dalam neuron dan Potensial
sebaliknya) membran neuron

Mudah dilalui ion Sangat sulit dilalui


Kalium (K+) ion Natrium (Na+)

Glukos
O₂ SEL OTAK a

Kardivaskular Membran Membran


permukaan dalam permukaan luar

Paru-paru Lipoid Ionik


Potensial KESEIMBANGAN Enzim
membran neuron Na-KTPase

Dapat berubah karena :


DEMAM 1. Perubahan konsentrasi ion di ruang
ekstraseluler
2. Rangsangan yang datang mendadak
DIFUSI ION K+ dan ion seperti rangsangan mekanis, kimiawi,
Na+ atau aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari
membran sendiri karena penyakit
Lepas muatan listrik atau keturunan

Meluas ke seluruh sel GABA tidak dapat


menginhibisi eksitasi berlebih
Perantara
neurotransmitter
KEJANG Glutamin menjadi
glutamat (eksitator)
PENATALAKSANAAN
• Saat kejang
Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling
cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang
diberikan secara intravena.

• Saat demam
-Antipiretik
Dosis paracetamol yang digunakan adalah 10-15
mg/kg/kali.

• Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/KgBB setiap 8 jam
pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang
pada 30%-60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal
dosis 0,5 mg/KgBB setiap 8 jam pada suhu .38,5°C.
PEMBERIAN OBAT RUMATAN
Indikasi pemberian obat rumat/kontinyu
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut (salah satu) :
1. Kejang lama > 15 menit.
2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang, misalnya hemiparesis, cerbral palsy,
retardasi mental, hidrosefalus.
3. Kejang fokal.
PILIHAN OBAT
• Fenobarbital 4-6 mg/KgBB/hari dalam 2 dosis.
• Asam valproat 15-40 mhg/KgBB/hari dalam 2-
3 dosis

Diberikan selama 1 tahun.


EDUKASI ORANGTUA
1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya
mempunyai prognosis baik.
2. Memberitahukan cara penanganan kejang.
3. Memberikan infromasi mengenai kemungkinan
kejang kembali.
SAAT KEJANG….
• Tetap tenang dan tidak panik
• Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
• Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau
hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan
memasukkan sesuatu kedalam mulut.
• Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
• Tetap bersama pasien selama kejang.
• Berikan diazepam rektal dan jangan diberika jika kejang
telah berhenti.
• Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5
menit atau lebih.
FAKTOR RISIKO BERULANGNYA KD
Risiko berulangnya KD :
• Secara keseluruhan 30-35 %
• 50-65% awitan kejang I usia <12 bulan.
• <20 % awitan kejang I usia >12 bulan.

Mayoritas (50-75%) rekurensi terjadi pada 1 tahun


pertama setelah awitan kejang.
Faktor risiko :
• Usia muda saat awitan kejang I
• Riwayat KD pada keluarga kandung
• Suhu yang rendah saat kejang
• Interval yang pendek antara demam dan kejang

Jika semua faktor risiko ada, kemungkinan berulang


70%.
Jika tidak ada faktor risiko 20%.
PROGNOSIS
• Umumnya memiliki prognosis yang baik
• Namun dapat berisiko terjadi kejang demam
berulang, epilepsi, hingga mengalami kecacatan atau
kelainan neurologis.
DIARE
DEFINISI
Diare adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah. (IDAI
2016)
EPIDEMIOLOGI
• Di Indonesia menurut Riskesdas 2007 merupakan
salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak terutama < 5 tahun.
• Di dunia sebanyak 6 juta anak meninggal setiap
tahunnya.
• Sering terjadi di negara berkembang.
CARA PENULARAN DAN FAKTOR RISIKO

• Melalui fekal-oral.
• Kontak langsung dengan tangan penderita atau
dengan barang yang tercemar tinja.
• Melalui 4 F : finger, flies, fluid, field.
• Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan
pertama kehidupan bayi.
• Gizi buruk.
• Imunodefisiensi
ETIOLOGI
Infeksi • Malabsorbsi
• Bakteri KH
E.Coli sp (20-30%) Lemak dan protein
Enteropatgenik E.Coli (EPEC) • Alergi
Enterotoksigenik E.Coli (ETEC) Susu sapi
Enteroinvasif E.Coli (EIEC) Alergi makanan

Enterohemoragik E.Coli (EHEC) • Keracunan makanan


Enteroadheren E.Coli (EAEC) Makanan mengandung : zat kimia beracun, dll

• Shigela sp (1-2%) • Imunodefisiensi


Sh. Flexneri
Sh. Sonnei
Sh. Disentri
Sh. Boydil
• Virus
Rotavirus
• Parasit
ANAMNESIS
Anamnesis
1. Lama diare, frekuensi sehari, warna dan konsistensi tinja,
warna, bau, ada/tidak lendir dan darah.
2. Bila disertai muntah tanyakan volume dan frekuensinya.
3. BAK biasa atau berkurang, jarang atau tidak kencing
dalam 6-8 jam terakhir.
4. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare.
5. Adakah demam atau penyakit lain yang menyertai seperti :
batuk, pilek, otitis media, campak.
6. Tanyakan riwayat imunisasinya.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Timbang BB , ukur suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah.
2. Cari tanda-tanda dehidrasi : kesadaran, rasa haus
dan turgor kulit abdomen, ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata cewong atau tidak, ada atau tidak
adanya air mata, bibir mukosa mulut dan lidah
kering atau basah.
3. Cek bising usus.
4. Cek capillary refill time
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
-Tidak rutin dilakukan.
- Untuk mencari sebab dasar terjadinya diare atau
mencari sebab-sebab lain selain diare.
- Pada dehidrasi berat.
▪Darah : darah lengkap, serum elektrolit,
analisa gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap
antibiotika.
▪Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan
terhadap antibiotika
• Tinja
- Pemeriksaan Makroskopik : untuk mencari
organisme penyebab.
- Pemeriksaan Mikroskopik : mencari adanya leukosit
dapat memberikan informasi tentang penyebab
diare, letak anatomis serta adanya proses
peradangan mukosa.
REHIDRASI
Melakukan rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi :
• Rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi dengan pemberian
oralit atau cairan rumah tangga : < 1 tahun 50-100 ml/diare, 1-2
tahun 200 ml/diare, 2-5 tahun 400 ml/diare
• Rencana terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringan-sedang
diberikan oralit 75 mg/kgBB selama 3 jam kemudian bila sudah
terjadi rehidrasi dilanjutkan dengan rencana terapi A
• Rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat :
– < 1 tahun : 1 jam pertama 30 ml/kgBB, 5 jam berikutnya 70 ml/kgBB
– >1 tahun : ½ jam pertama 30 ml/kgBB, 2 ½ jam berikutnya
70ml/kgBB
TATALAKSANA
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit.
Berikan oralit pada anak setiap kali BAB
Untuk anak < 2 tahun : 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk anak > 2 tahun : 100-200 ml tiap BAB
1. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Anak < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
Anak > 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
1. ASI dan makanan tetap diberikan.
2. Antibiotik selektif
Jangan diberikan jika tidak ada indikasi.
PEMBERIAN MAKANAN PADA ANAK
• Beri makan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat
• Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur setiap porsi
makan
• Beri makanan kaya Kalium seperti sari buah segar,
pisang, air kelapa hijau.
• Beri makan lebih sering dari biasanya dengan porsi lebih
kecil (setiap 3-4 jam)
• Setelah diare berhenti, beri makanan yang sama dan
makanan tambahan selama 2 minggu
KOMPLIKASI
• Dehidrasi
• Gangguan sirkulasi → syok
• Gangguan asam basa → asidosis metabolik
• Gangguan keseimbangan elekrolit → hiponatremia
• Gangguan gizi → hipoglikemia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai