Aktivasi makrofag
Manifestasi MB
Gejala Klinis
•Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran
klinis, bakterioskopis, histopatologis, dan
serologis.
•Pemeriksaan bakterioskopis memerlukan
waktu sekitar 15-30 menit untuk mendapatkan
hasilnya, histopatologis 10-14 hari, dan jika
memungkinkan tes lepromin (Mitsuda).
•Bentuk tipe klinis bergantung pada sistem
imunitas seluler penderita. Sistem imun
seluler (SIS) yang baik akan tampak gambaran
klinis ke arah tuberkuloid, sebaliknya sistem
imun seluler yang rendah akan memberikan
gambaran lepromatosa.
Zona spektrum kusta menurut macam-macam klasifikasi
Klasifika
Zona Spektrum Kusta
si
BT BL
TT BB LL
Ridley & (Borderline (Borderline
(Tuberkuloid (Mid (Lepramatos
Jopling tuberculoid lepromatosa
polar) borderline) a polar)
) )
Lepromatos
Madrid Tuberkuloid Borderline
a
Puskesm
PB MB
as
Gambaran Klinis, Bakteriologi, dan imunologik kusta
multibasilar
Sifat Leprametosa (LL) Borderline Mid Borderline
Lepromatosa (BL) (BB)
Lesi
-Bentuk Makula Makula Plakat
Infiltrat difus Plakat Dome-Shape
(kubah)
Papul Papul Punched-out
Nodus
-Jumlah Tidak terhitung, prktis tidak Sukar dihitung, Dapat dihitung, Kulit
ada kulit sehat masih ada kulit sehat jelas ada
sehat
-Distribus Simetris Hampir simetris Asimetris
-Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak
berkilat
-Anestesia Biasanya tidak jelas Tak jelas Lebih jelas
Sifat Leprametosa Borderline Mid Borderline
(LL) Lepromatosa (BB)
(BL)
BTA
-Lesi Kulit Banyak (ada Banyak Agak Banyak
Globus)
-Sekret Hidung Banyak (ada Biasanya Negatif Negatif
Glubus)
N. Medianus
• Anestesia pada ujung jari ( anterior ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah)
• Tidak mampu adduksi ibu jari
• Clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah.
• Ibu jari kontraktur.
• Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral.
Gejala Kerusakan Saraf
N. Radialis
• Anestesia dorsum manus serta ujung proximal jari telunjuk.
• Tangan gantung ( wrist drop )
• Tidak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan.
N. Peroneus Communis
• Anestesia tungkai bawah, bagian lateral, dan dorsum pedis.
• Kaki gantung (foot drop)
• Kelemahan otot peroneus
N. Tibialis posterior
• Anestesia telapak kaki
• Claw toes
• Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
Gejala Kerusakan Saraf
N. Fasialis
• Cab. Temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus
• Cab. Bucal, mandibular, dan servikal menyebabkan
kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan mengatupkan
bibir.
N. Trigeminus
• Anestesia kulit wajah, kornea, dan konjungtiva mata
• Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Pemeriksaan dilakukan pada beberapa saraf
superficial yaitu N.Facialis, N. Aurikularis magnus, N.
Radialis, N.ulnaris, N. Medianus, N. Poplitea lateralis
atau N. Peroneus komunis dan N. Tibialis posterior,
dari semua saraf yang wajib dilakukan pemeriksaan
yaitu saraf ulnaris, N. Tibialis Posterior dan N.
Peroneus komunis
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Pemeriksaan saraf ulnaris dilakukan dengan cara
pasien diminta mengaduksikan jari ke 5 sambil
pemeriksa menahan jari kedua hingga 4 sehingga
yang digerakan oleh pasien hanya jari kelima.
• Pemeriksaan saraf medianus pasien diminta untuk
menggerakan ibu jari secara menyilang ke arah jari
ke lima, jika pasien bisa maka tes dilakukan dengan
cara memberi sedikit tekanan pada sisi ibu jari dan
pasien diminta untuk menggerakan ibu jari
melawan tahanan tersebut.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Saraf radialis diperiksa dengan cara pasien diminta
melakukan hiperekstensi dorsum manus yang
diberikan tahanan oleh lengan pemeriksa
• Saraf peroneus komunis diperiksa dengan cara
memberi tahanan pada kaki pasien dan pasien
diminta melakukan fleksi dan ekstensi dorsum
pedis.
Pemeriksaan Fungsi Motorik
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Bakteriologis
Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau
usapan dan kerokan mukosa hidung yang
diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil
tahan asam, antara lain Ziehl-Neilsen.
Pemeriksaan Bakteriologis dapat meliputi
pemeriksaan indeks bakteri dan indeks
morfologi.
• Pemeriksaan indeks bakteri: untuk
mengetahui kepadatan BTA tanpa
membedakan solid / non solid.
Skor Keterangan
1+ 1- 10 BTA dalam 100 LP
2+ 1 – 10 BTA dalam 10 LP
3+ 1 – 10 BTA rata-rata dalam 1LP
4+ 11 – 100 BTA rata-rata dalam 1LP
5+ 101 – 1000 BTA rata-rata dalam 1
LP
6+ >1000 BTA rata-rata dalam 1LP
•
Pemeriksaan Histopatologik
• Makrofag dalam jaringan mempunyai fungsi
fagositosis. Jika ada kuman (M. leprae) masuk,
akibatnya akan bergantung pada Sistem Imunitas
Selular (SIS) seseorang.
• Apabila SIS tinggi, makrofag akan mampu
memfagositosit M. leprae. Datangnya histiosit ke
tempat kuman disebabkan karena proses
imunologi dengan adanya faktor kemotaktik.
Kalau datangnya berlebihan dan tidak ada lagi
yang harus difagosit, makrofag akan berubah
bentuk menjadi sel epiteloid yang tidak dapat
bergerak dan kemudian akan dapat berubah
menjadi sel datia Langhans.
Pemeriksaan Serologis
• Pemeriksaan serologik dapat membantu
menegakkan diagnosis kusta yang meragukan karena
tanda klinis dan bakteriologi tidak jelas. Macam –
macam pemeriksaan serologik kusta:
REAKSI BERAT :
1.ISTIRAHAT / IMMOBILISASI
2.PEMBERIAN ANALGETIK , ANTIPIRETIK
3.CARI FAKTOR PENCETUS
4.MDT DITERUSKAN DENGAN DOSIS SAMA
5.PEMBERIAN OBAT ANTI REAKSI
Klasifikasi Kecacatan menurut WHO Expert Comitte
on Leprosy (1997)
Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat 0: Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan
atau deformitas yang terlihat
Tingkat 1: Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau
deformitas yang terlihat
Tingkat 2: Terdapat kerusakan atau deformitas
Cacat pada mata
Tingkat 0: Tidak ada gangguan pada mata akibat kusta; tidak ada
gangguan penglihatan