Anda di halaman 1dari 32

MORBUS HANSEN

DEFINISI

Morbus Hansen dikenal juga dengan nama penyakit


Lepra atau Kusta merupakan penyakit infeksi kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
EPIDEMIOLOGI
DISTRIBUSI DI INDONESIA
ETIOLOGI
● Mycobacterium leprae
○ Bakteri tahan asam (BTA)
○ Gram positif
○ Tidak dapat dikultur pada media buatan
○ Bersifat aerob dan obligat intraseluler : afinitas  makrofag dan sel
Schwann
○ Bakteri non-motil ukuran : 1-8 μ X 0,2-0,5 μ
○ Replikasi dalam 11 – 21 hari
○ Tumbuh maksimal pada suhu 270 C - 300 C
○ Masa inkubasi: 6 bulan sampai 40 tahun/lebih
○ Masa inkubasi rata-rata: 4 tahun (tuberkuloid), 10 tahun
(lepromatosa
PATOGENESIS

M. Leprae menginfeksi sel schwann  memicu cell-mediated immune respose  terjadi


reaksi inflamasi kronis  perineurium swelling  menyebabkan ischemia, apoptosis
bahkan demyelination
● CMI Rendah  Makrofag tidak mampu menghancurkan bakteri
 Bakteri bermultip;ikasi bebas dan merusak jaringan (tipe
lepromatosa)
● CMI Tinggi  Makrofag mampu menghancurkan bakteri 
Makrofag menjadi sel epiteloid sel datia Laghans  Reaksi
berlebihan menyebabkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar
(Tipe Tuberkuloid)
GEJALA KLINIS
• Lesi makula
hipopigmentasi, batas tegas
kadang juga tidak tegas • Lesi makula atau plak
• Rasa raba normal/ sedikit hipopigmentasi
terganggu • Memiliki batas lesi yang
• Keringat, pertumbuhan tegas
rambut normal • Permukaan lesi kering,
• Lokasi: wajah, punggung, anestesi, rambut
ekstensor lengan • sudah mulai hilang
• Jumlah lesi
INTERMEDIAT soliter/beberapa
E (I) • Penebalan saraf perifer
TUBERCULOID
(TT)
• Campuran TT dan BB, dengan lesi kulit
• Campuran tipe TT dan LL, paling tidak mirip tipe TT
stabil, distribusi simetris • Makula hipopigmentasi, distribusi
• Plak menonjol (dome shape), bentuk asimetris,
tidak teratur, permukaan kasar agak • batas tak tegas, permukaan lesi yang
mengkilat kering,
• Ditemukan lesi satelit, penebalan saraf • jumlah lesi soliter/beberapa, lesi satelit
dan lesinya khas ada punched out • Gangguan saraf lebih ringan tapi yang
terkena lebih banyak
MILD BORDERLINE
BORDERLINE TUBERCULOID
(BB) (BT)
• Lesi menyerupai tipe LL, dengan jumlah • Jumlah lesi sangat banyak, distribusi
simetris
lesi yang sulit dihitung • Tidak dijumpai kulit normal.
• Masih dijumpai kulit normal • Permukaan lesi halus mengkilat, batas
• Makula infiltrat merah/plak, papul, lesi tidak tegas
permukaan lesi halus mengkilat, batas • Lesi macula, infiltrate difus, papul,
nodul
tegas, distribusi lesi simetris • Fase lanjut didapatkan makula kasar,
• Lesinya khas ada punched out menebal, dan mengkilat, terutama
• Keratitis dan madarosis tidak lengkap pada dahi, daun telinga, dan hidung
dan terjadi Madarosis  Facies
MILD leonine
LEPROMATOSA
LEPROAMTOSA
(BL)
(LL)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN
01 BAKTERIOSKOPIK
02 PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI
(KEROKAN K
JARINGAN KULIT)

03 PEMERIKSAAN
SEROLOGIK  jarang
dikerjakan  cardinal sign
(jumlah lesinya)
PEMERIKSAAN
BAKTERIOSKOPIK
(KEROKAN JARINGAN
KULIT) Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit
atau usapan dan kerokan mukosa hidung
Pemeriksaan ini dapat membantu yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap
diagnosis kusta, menentukan klasifikasi basil tahan asam (BTA), dengan ZIEHL-
spektrum kusta, progresifitas penyakit NEELSEN  jaringan diharapkan
serta pemantauan hasil pengobatan. mengandung sel Virchow (sel lepra) yang
di dalamnya mengandung kuman M.
Leprae
Lokasi dimana pemeriksaan ini dilakukan adalah 4 tempat yaitu telinga kanan, dahi
kanan, dagu, bokong kiri pada laki-laki dan paha atas kiri pada wanita atau pada 3 lokasi
yaitu cuping telinga kanan dan kiri serta lesi kulit aktif  cara pemeriksaan ini
menggunakan scalpel steril, lesi didesinfeksi dijepit dengan ibu jari dan telunjuk agar
menjadi iskemik, sehingga kerokan jaringan mengandung sedikit mungkin darah yang
akan mengganggu gambaran sediaan.
PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIK

Sedangkan pada spektrum


Didapatkan gambaran lepromatosa didapatkan
Pada kasus yang meragukan, granuloma epiteloid dengan gambaran granuloma
pemeriksaan histopatologi infiltrat limfosit serta makrofag yang lebih sedikit
dapat membantu dimana pada didapatkan sedikit bakteri dan didapatkan daerah grenz
kusta spektrum tuberkuloid tahan asam dengan pewarnaan zone disertai dengan bakteri
Ziehl Nielsen tahan asam yang banyak pada
pewarnaan Ziehl Nielsen
PEMERIKSAAN SEROLOGIK

Titer antibodi PGL-1 serta pemeriksaan Polymerase Chain


Reaction (PCR). Pemeriksaan PCR memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi akan tetapi memerlukan biaya yang
besar serta peralatan khusus, sedangkan PGL-1 memberikan
sensitivitas hanya 30-60% pada pasien dengan spektrum
pausibasiler sehingga dapat memberikan negatif palsu pada
kelompok pasien ini
KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO Klasifikasi kusta menurut WHO dapat di golongkan
dalam dua tipe yaitu: tipe Pausi Basiler (PB), dan tipe Multi Basiler (MB).
Klasifikasi Ridley-Jopling, penyakit kusta dapat di klasifikasikan dalam 5 tipe, yaitu :
Kusta tipe Tuberculoid (TT), Borderline Tuberculoid (BT), Borderline Lepramatause
(BL), Mid Borderline (MD), dan Lepramatouse (LL).
DIAGNOSIS
BANDING
DIAGNOSIS BANDING

Dermatofitosis Tinea Vesikolor Pitiriasis Rosea

• Gatal • Makula • Herald patch


• Lesi berbatas hipopigmentasi (medallion)
tegas • Christmas tree
pattern
TERAPI
TERAPI
Rifampisin Ofloksasin Minosiklin

Regimen pengobatan MDT (Multi Dewasa 600 mg 400 mg Single 100 mg Single
Drug Therapy) di Indonesia (50-70 kg) Single Dose Dose Dose

sesuai rekomendasi WHO (1998):

1. PB 1 Lesi  ROM tidak Anak (10- 300 mg 200 mg Single 50 mg Single


14 tahun) Single Dose Dose Dose
direkomendasikan bagi ibu
hamil dan anak-anak < 5
tahun
Anak (<10 300 mg 25 mg Single
tahun) Single Dose Dose
TERAPI

Regimen pengobatan MDT (Multi


Drug Therapy) sesuai
rekomendasi WHO (1998):

2. PB 2-5 Lesi : Diselesaikan


dalam 6-9 bulan
TERAPI

Regimen pengobatan MDT


(Multi Drug Therapy) sesuai
rekomendasi WHO (1998):

3. MB lesi lebih dari 5 :


Diselesaikan dalam 12-
18 bulan
Efek samping obat

• Rimfampisin: sindroma kulit (rasa pasa, gatal) sindroma perut (nyeri, mual,
muntah, diare), sindroma flu (demam, mengigil), sindroma pernafasan
(sesak), hepatotoksik, perubahan warna air seni, feses, ludah, air mataa
• Clofazimine: rangsangan dan obstruksi saluran cerna, hiperpigmentasi kulit
dan mukosa
• DDS (diaminodifenil sulfon): reaksi alergi (fixed drug eruption), hepatitis,
nefritis, anemia, hemolitik
Evaluasi Terapi
• RFT (Release from Treatment):
● Telah selesai pengobatan MDT (multiple drug therapy) 6 blister
dalam waktu 6 -9 bulan untuk PB atau
● Telah menyelesaikan pengobatan MDT 12 blister dalam waktu 12 - 18
bulan untuk MB

• Default:
● Penderita PB selama > 3 bulan tidak mengambil obat atau
● Penderita MB selama >6 bulan tidak mengambil obat

• Relaps: Telah selesai pengobatan dan muncul lesi baru pada kulit
Komplikasi

1. Atritis
2. Sepsis
● Pencegahan
• Pengobatan pasien dengan MDT-WHO sampai RFT
• Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf
secara rutin
• Penanganan reaksi
• Perawatan diri
• Penggunaan alat bantu
• Rehabilitasi medis ( operasi rekonstruksi)
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai