Anda di halaman 1dari 38

Morbus

Hansen
Definisi
Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini juga kerap dikenal dengan
penyakit lepra atau kusta.

Bakteri Mycobacterium leprae pada umumnya menyerang saraf tepi, kulit,


dan saluran nafas atas tetapi tidak menyerang CNS

Morbus Hansen pada umumnya ditemukan di negara berkembang dengan


prevalensi yang beragam.
ETIOLOGY
⮚ Disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae
⮚ Bakteri gram positif
⮚ Merupakan bakteri tahan asam (BTA)
⮚ Bersifat aerob dan tidak membentuk spora
⮚ Non motil berukuran 1-8 μ X 0,2-0,5 μ
⮚ Tidak bisa dikultur pada media buatan
⮚ Hasil tes lab menunjukkan bakteri bertumbuh pada suhu 27 0 C – 33 0 C
⮚ Mampu bertahan diluar tubuh manusia 9 hari
⮚ Masa inkubasi rata – rata: 2 – 5 tahun
⮚ Membelah dalam waktu 14 – 21 hari
EPIDEMIOLOGI
• Lebih dari 80% kasus baru secara global berasal dari India, Brazil, dan
Indonesia
• Indonesia menduduki peringkat 7 pada daftar penemuan kasus baru
pada 17 negara yang melaporkan >1000 kasus selama tahun 2006
– 2015
• Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta, yaitu prebalensi kusta
< 1 per 10.00 penduduk pada tahun 2000
• Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,70
kasus/10.000 penduduk
• Angka penemuan kasus: 6,08 kasus per 100.000 penduduk
PATOGENESIS
• Belum dipahami secara penuh, diduga melalui saluran
nafas
• Menyerang sell schwann 🡪 pelepasan sitokin inflamasi
atau aktivittas sitotokksik sel T 🡪 edema di dalam
perineural sheath 🡪 ischemia 🡪 apoptosis 🡪 menyebabkan
demieliasi saraf dan menurunnya kemampuan konduksi
akson 🡪 bermanifestasi dengan mati rasa pada lesi
PATOGENESIS
PATOGENESIS
Faktor risiko
Kontak erat dengan penderita
Usia
Genetik
Kondisi immunosupresi 🡪 infeksi HIV, pasien
menjalani kemoterapi
KLASIFIKASI
Madrid Ridley - Jopling
• Indeterminate (I), • Tuberkuloid (TT)
• tuberkuloid (T), • Borderline tuberkuloid (BT)
• borderline-dimorphous (B), • Mid – borderline (BB)
• lepramatosa (L) • Bprderline lepromatosa
(BL)
WHO • Lepromatosa (LL)

• Pausibasilar (PB)
• Multibasilar (MB)
Klasifikasi WHO
PB MB
Skin lesion 1 – 5 lesions >5 lesions

Hypopigmentation/ More symmetrical


erythema distribution

Asymmetrical Loss of sensation


distribution

Definite/profound loss
of sensation

Nerve Damage 1 trunk Many nerve trunks


Klasifikasi Ridley - Jopling
Tipe
TT(Tuberkuloid)
• Lesi erythematous atau plak hipopigmentasi
• Berbatas tegas
• Permukaan lesi kering, terkadang bersisik
• Jumlah lesi soliter
• Penebalan saraf perifer
Tipe BT (Borderline
Tuberculoid)
• Kombinasi gejala klinis TT dan BT
(memiliki kemiripan lebih dengan TT)
• Ada lesi satelit
• Permukaan lesi kering
• Makula hipopigmentasi dengan batas
tidak tegas
• Kerusakan saraf lebih ringan
dibandingkan TT
• Jumlah lesi soliter atau beberapa
Tipe BB (Mid
Borderline)
• Kombinasi antara TT dan LL
• Lesi multipel dengan ukuran dan
bentuk beragam
• Distribusi simetris
• Lesi berwarna kulit atau erythematous
• Punched out lesion (swiss cheese
lesion)
Tipe BL (Borderline
Lepromatous)
• Lesi menyerupai LL
• Distribusi lesi simetris
• Lesi berupa infiltrate makul
erythema/plak
• Ada “glove and stocking
numbness”
• Masih bisa ditemukan kulit
normal
Tipe LL (Lepromatous Leprosy)
• Lesi ditemukan dalam jumlah yang banyak
dan bersifat simetris
• Lesi hipopigmentasi dan macula erythema
dengan batas tidak tegas dan permukaan
mengkilat
• Tidak ditemukan kulit normal
• Leonine facies 🡪 terminal stage 🡪
penebalan kulit dahi, kehilangan alis dan
bulu mata (madarosis), penebalan daun
telinga
Leprosy Cardinal Signs
1. Hilangnya sensasi pada lesi hipopigmentasi/ berwarna kemerahan
2. Penebalan saraf tepi dengan hilangnya sensasi dan/atau kelemahan otot
3. Adanya BTA pada slit skin smear

DIAGNOSIS 🡪 1 dari 3 gejala cardinal


Tes tambahan
- Skin slit semar 🡪 mengambil sampel pada lesi kulit lalu
melakukan tes BTA
- Lepromin test 🡪 tes intradermal untuk delayed type
hypersensitivity terhadap antigen M. LEPRAE
- Skin biopsy
- M. leprae DNA PCR
Gambaran klinis lainnya
• Mata: iritis, iridocyclitis, • Lidah: ulcus, nodus
gangguan visus, uveitis • Laring: suara parau
• Testis: pchitis, atrofi testikel, • Kelenjar limfa: limfadentitis
steril • Rambut/bulu: alopecia,
• Hati: hepatitis, he[atic madarosis
amyloidosis
• Ginjal: glomerulonephritis,
renal amyloidosis
• Tulang: osteoporosis
Diagnosis Banding
⮚ Granuloma annulare
⮚ Infeksi jamur
⮚ Annular psoriasis
⮚ SLE (systematic lupus erythematous)
⮚ Keloid
⮚ Mycosis fungoides
⮚ Neurofibromatosis
⮚ Cutaneous leishmaniasis
Pemeriksaan pasien
Anamnesis, keras/lunak, nyeri ✔ Identittas pasien
✔ Chief complaint
✔ Basic 4, sacred 7
✔ Riwayat kontak dengan penderita
Inspeksi ⮚ Head to toe
⮚ Mengidentifikasi lesi (macula, nodul,
jaringan parut, kulit keriput, penebalan
kulit, kehilangan rambut)
Palpasi ✔ N. Aurikularis magnus, N. Ulnaris, N.
peroneus
✔ Palpasi untuk menilai 🡪 ada
pembesaran atau tidak,
regular/irregular, nyeri tekan/tidak
Treatment Dewasa PB leprosy
DRUG DOSE DURATION
Rifampicin 600 mg 1x/ bulan
Dapsone 100 mg Setiap hari

Durasi total: 6 bulan


Treatment Anak (10 – 14 tahun) PB leprosy
DRUG DOSE DURATION
Rifampicin 450 mg 1x/ bulan
Dapsone 50 mg Setiap hari

Treatment Anak (5 – 9 tahun) PB leprosy


DRUG DOSE DURATION
Rifampicin 300 mg 1x/ bulan
Dapsone 25 mg Setiap hari

Durasi total: 6 bulan


Treatment Dewasa MB leprosy
DRUG DOSE DURATION
Rifampicin 600 mg 1x/ bulan
Clofazimine 300 mg 1x/bulan
50 mg Setiap hari
Dapsone 100 mg Setiap hari

Durasi total: 12 bulan


Treatment Anak (10 – 14 tahun)
MB leprosy
DRUG DOSE DURATION
Rifampicin 450 mg 1x/ bulan
Clofazimine 150 mg 1x/bulan
50 mg Setiap 2 hari
Dapsone 50 mg Setiap hari

Durasi total: 12 bulan


Treatment Anak ( 5- 9 tahun)
MB leprosy
DRUG DOSE DURATION
Rifampicin 300 mg 1x/ bulan
Clofazimine 100 mg 1x/bulan
50 mg 2x/minggu
Dapsone 25 mg Setiap hari

Durasi total: 12 bulan


Leprosy reaction
(reaksi kusta)
Adalah manifestasi akut/subakut pada
penderita kronis leprosy yang dapat
melibatkan gejala sistemik dan disebabkan
oleh perubahan respon imun tubuh
TIPE 1 (Reversal Reaction)
⮚ Reaksi
hipersensitivitas tipe
lambat
⮚ Reaksi pada
borderline (BB, BT,BL)
⮚ Manifestasi klinis:
perubahan pada lesi
kulit, ada kemerahan
dan bengkak,
terkadang bisa timbul
ulserasi pada lesi
TIPE 2 (Erythema Nodosum
Leprosum)
⮚ Terjadi pada pasien
lepra time MB (BL,LL)
⮚ Reaksi humoral
kompleks imun
mengendap dikulit 🡪
membentuk nodul
⮚ Nodul terasa nyeri bila
ditekan
Treatment Leprosy Reaction
⮚ Analgetik & sedative
a. Aspirin 🡪 600 – 1200 mg setiap 4 jam, 4 – 6x/hari
b. Paracetamol 300 – 1000 mg, 4 – 6 x/hari
c. Prednisone 30 – 80 mg/hari
⮚ Isitirahat
⮚ imobilisasi
Leprosy disabilities

⮚ Disability primer 🡪 cacat yang disebabkan


langsung oleh perjalanan/aktivitas penyakit
⮚ Disability sekunder 🡪 cacat yang terjadi akibat
adanya cacat primer (akibat kerusakan saraf yang
mengalami inflamasi)
Prevention of disability
• Deteksi awal dan pemberian terapi secepatnya
• Meminum obat sesaui indikasi
• Memakai alat pelindung (kacamata, sepatu, dll)
• Operasi rekonstruksi (bila diperlukan)
• Manajemen reaksi akut
sources
● 1International Textbook of Leprosy. 2022. Epidemiology of Leprosy. [online] Available at:
<https://internationaltextbookofleprosy.org/chapter/epidemiology-leprosy> [Accessed 7 May 2022].
● CDC. 2022. [online] Available at: <https://www.cdc.gov/leprosy/index.html> [Accessed 7 May 2022]
● Bhandari, J., Awais, M., Robbins, B. and Gupta, V., 2022. Leprosy. [online] Ncbi.nlm.nih.gov. Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559307/> [Accessed 8 May 2022].
● Who.int. 2022. Leprosy (Hansen's disease). [online] Available at:
<https://www.who.int/health-topics/leprosy#tab=tab_1> [Accessed 8 May 2022].
● Dermnetnz.org. 2022. Leprosy (Hansen disease) | DermNet NZ. [online] Available at:
<https://dermnetnz.org/topics/leprosy\> [Accessed 8 May 2022].
● infodatin. 2018. KEMENKES RI
● Misch, E., Berrington, W., Vary, J. and Hawn, T., 2010. Leprosy and the Human Genome. Microbiology and
Molecular Biology Reviews, 74(4), pp.589-620.
● Neder, L., Rondon, D., Cury, S. and da Silva, C., 2014. Musculoskeletal manifestations and autoantibodies in
children and adolescents with leprosy. Jornal de Pediatria, 90(5), pp.457-463.

Anda mungkin juga menyukai