Anda di halaman 1dari 34

Refleksi Kasus

Morbus Hansen Multibasilar


7/100.000
Pendahuluan 16.856 KASUS
4.132 DI JATIM

Morbus Hansen adalah penyakit infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan


oleh Mycobacterium Leprae yang melibatkan kulit, saraf perifer, dan mukosa
saluran respirasi

Penularan melalui droplet dan kontak langsung (inokulasi pada kulit yang
2 tidak utuh) > memenuhi syarat imunitas,kemampuan hidup, dan 30C
Etiologi
 Kuman penyebab adalah Mycobacterium leprae
 Ukuran 3-8 µm x 0,5 µm
 Biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu
 Hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin
 Tahan asam dan alcohol
 Gram positif.
 Masa belah diri kuman kusta 12-21 hari
 Masa tunas yaitu rerata 2-5 tahun

3
Patogenesis

M. leprae
Tubuh Aktivitas
masuk melalui Apabila terjadi
bereaksi Sel Schwann regenerasi
kulit yang lecet gangguan
mengeluarkan merupakan sel saraf
pada bagian imunitas,
makrofag target untuk berkurang dan
tubu yang kuman dapat
untuk pertumbuhan terjadi
bersuhu dingin bermigrasi dan
memfagosit. M. leprae kerusakan
dan melalui beraktivasi
saraf progresif
mukosa nasal

4
Klasifikasi
 Klasifikasi Internasional : Klasifikasi Madrid 1953
 Indeterminate (I)
 Tuberkuloid (T)
 Borderline-Dimorphous (B)
 Lepromatosa (L)

 Klasifikasi untuk kepentingan riset : Klasifikasi Ridley- Jopling 1962


 Tuberkuloid (TT)
 Borderline tuberculoid (BT)
 Mid-borderline (BB)
 Borderline lepromatous (BL)
 Lepromatosa (LL)

5
 Klasifikasi untuk kepentingan program kusta : Klasifikasi
WHO 1981 dan modifikasi WHO 1988
 Paubasilar (PB) : Hanya kusta tipe Indeterminate, tuberkuloid
dan sebagian besar borderline tuberculoid dengan BTA negatif
menurut criteria Ridley dan Jopling atau tipeIndeterminate dan
Tuberkuloid menurut klasifikasi Madrid.
 Multibasilar (MB) : Termasuk kusta tipe lepromatosa,
borderline lepromatous, mid-borderline dan sebagian
borderline tuberculoid menurut criteria Ridley dan Jopling atau
borderline- dimorphous dan lepromatosa menurut Madrid dan
semua tipe kusta dengan BTA positif.

 Klasifikasi lainnya :
 Kusta Neural
 Kusta Histoid

6
Gambaran Klinis

7
8
menyerang organ lain…
Iritis, iridosiklitis, gangguan visus hingga
kebutaan

Epistaksis, hidung pelana

Arthritis, absorbsi

Ulkus, nodus

Alopesia, madarosis
9
Saraf tepi yang dapat terserang akan menunjukkan berbagai
kelainan, yaitu :
 N. Fasialis : lagoftalmus, mulut mencong
 N. trigeminus : anestesi kornea
 N. radialis : tangan lunglai/drop wrist
 N. ulnaris : anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan
sebagian jari IV.
 N. medianus : anestesi dan paresis/ paralisis otot tangan jari I,II,
III dan bagian jari IV. Kerusakan N. ulnaris dan N. medianus
menyebabkan jari kiting (clow toes) dan tangan cakar (claw hand)
 N. peroneus komunis : kaki simper (drop foot)
 N. tibialis posterior : mati rasa telapak kaki dan jari kiting.

10
Diagnosis
 Tanda cardinal

Bercak kulit mati rasa

Penebalan saraf tepi

Ditemukan kuman tahan asam


11
• Keluhan
Anamnesis • Riwayat kontak

Inspeksi • Lesi pada kulit

• Kelainan kulit
Palpasi • Kelainan saraf

Tes Fungsi Saraf • Tes Sensoris, otonom dan motoris

Pemeriksaan • Pemeriksaan hapusan sayatan kulit


Bakterioskopis
12
Histopatologi • Subepidermal clear zone (sel virchow)

• Antibodi PGL-1, antibody antiprotein


Serologi 16kD dan 35kD
• Antibodi antilipoarabinomanan (LAM)

PCR • Amplifikasi DNA M.Leprae

13
Pengobatan
 MDT untuk multibasilar (BB,BL,LL atau semua tipe dengan BTA
positif) adalah 12-18 bulan:
 Rifampicin 600 mg setiap bulan, dalam pengawasan
 DDS 100 mg setiap hari
 Klofazimin : 300 mg setiap bulan, dalam pengawasan, diteruskan
50 mg sehari atau 100 mg selama sehari atau 3 kali 100 mg setiap
minggu

14
Pasien Menolak Klofazimin
 Bila pasien menolak mengonsumsi klofazimin, maka
klofazimin dalam MDT12 bulan dapat diganti dengan
ofloksasin 400 mg/hari atau minosiklin 100 mg/hari selama
12 bulan atau rifampisin 600 mg/bulan, ofloksasin 400
mg/bulan dan minosiklin 100 mg/bulan selama 24 bulan.

15
Hipersensitivitas Dapson
 Bila dapson menyebabkan terjadinya efek simpang berat,
seperti sindrom dapson (sindrom hipersensitivitas obat), obat
ini harus segera dihentikan. Tidak ada modifikasi lain untuk
pasien MB, sehingga MDT tetap dilanjutkan tanpa dapson
selama 12 bulan. Sedangkan untuk pasien PB, dapson diganti
dengan klofazimin dengan dosis sama dengan MDT tipe MB
selama 6 bulan.

16
Resistensi Rifampicin

17
 MDT untuk pausibasilar (I, TT, BT dengan BTA negatif)
adalah :
 Rifampicin 600 mg setiap bulan, dengan pengawasan
 DDS 100 mg setiap hari
 Keduanya diberikan dalam 6 dosis selama 6 bulan sampai 9
bulan, berarti RFT setelah 6-9 bulan.

18
Pencegahan Kecacatan dan Prognosis
 Pencegahan kecacatan
 Upaya pencegahan cacat primer
 Upaya pencegahan cacat sekunder

 Prognosis
Bergantung pada tipe kusta apa yang diderita oleh pasien,
akses ke pelayanan kesehatan dan penanganan awal yang
diterima oleh pasien. Kusta pada anak lebih baik karena pada
anak jarang terjadi reaksi kusta.

19
Refleksi kasus

20
Identitas

 Nama : Ny. S
 Umur : 27 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Wuluhan, Jember
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Pendidikan : SMP

21
Anamnesis
 KU : Bercak kemerahan
 RPS : Pasien mengeluh terdapat bercak kemerahan pada wajah, perut,
tangan, dan kaki disertai tangan mati rasa dan sulit menggenggam sejak 4
bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan timbul bercak kemerahan
sebesar koin 50 rupiah pada badan dan kaki. Semakin hari bercak tersebut
semakin membesar dan menebal. Pagi ini pasien merasakan lengan
bawah, tungkai, dan wajah yang terdapat kemerahan membentuk pulau-
pulau dan membengkak hingga pasien kesulitan membuka mata. Pasien
juga merasakan hidung yang terkena bercak kemerahan membengkak
hingga pasien kesulitan bernafas akibat hidung tersumbat. Pasien
menyangkal adanya demam, gangguan penglihatan, maupun alis rontok.
Pasien mengatakan ibu pasien mengalami keluhan serupa.
 RPO : disangkal
 RPD : DM (-) HT (-) Alergi (-)
 RPK : ibu pasien mengalami keluhan serupa.

22
Pemeriksaan
Fisik
 Keadaan umum : cukup
 Kesadaran : composmentis
 Tekanan darah : 100/80 mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Laju pernapasan : 20x/menit
 Suhu aksila : 36,7C

 Kepala-Leher : a/i/c/d -/-/-/-, pembesaran KGB (-)


 Thorax : C/ IC tidak tampak, S1S2 tunggal, e/g/m -/-/-
P/ simetri vesikuler (+) rho (-) whe (-)
 Abdomen : flat, BU (+), soepel, timpani
 Ekstremitas :akral hangat & tidak ada oedema di keempat
ekstremitas

23
Status Dermatologis
 Regio facialis: plak eritema multipel, bentuk ireguler, hidung pelana,
anesthesia, lagoftalmus (+), pruritus (-), edema (+) berbagai ukuran
terbesar 3x3 cm dan ukuran terkecil 1x1cm
 Regio abdomen anterior: plak eritema multipel, bentuk ireguler,
anesthesia, edema (+), pruritus (-), berbagai ukuran dengan ukuran
terbesar 8x15cm dan ukuran terkecil 4x5cm
 Regio palmar manus dan wrist: plak eritema multipel, bentuk ireguler,
anesthesia, edema (+), pruritus (-), berbagai ukuran dengan ukuran
terbesar 2x3 cm dan ukuran terkecil 2x1 cm
 Regio patella cruris: plak eritema, skuama, bentuk ireguler,
anesthesia (+), edema (+), pruritus (-)

24
Status Dermatologis

25
 Pemeriksaan Sensibilitas :
 Rasa raba : terganggu di dalam lesi dan tidak terganggu di luar lesi
 Rasa tusuk : terganggu di dalam lesi dan tidak terganggu di luar lesi
 Rasa suhu : tidak dilakukan

 Pemeriksaan Saraf Perifer :


 N. Aurikularis magnus : menebal D/S (+/-), nyeri D/S (-/-)
 N. Ulnaris : menebal D/S (+/-), nyeri D/S (-/-)
 N. Tibialis posterior : menebal D/S (-/+), nyeri D/S (-/-)
 N. Peroneus lateral : menebal D/S (-/-), nyeri D/S (-/-)

26
 Pemeriksaan Motoris
 Mata : lagoftalmus (+)
 Ekstremitas superior : tahanan lemah
 Ekstremitas inferior : tahanan baik

 Pemeriksaan Otonom
 Tidak terdapat daerah dehidrasi disekitar lesi

27
Pemeriksaan Penunjang

 Diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan bakterioskopik (uji


BTA)

28
Diagnosis banding
 Morbus Hansen
 Tinea corporis
 Psoriasis

29
Diagnosis kerja
 Morbus Hansen tipe Multibasilar

30
Penatalaksanaan
Terapi diberikan regimen MDT tipe multibasilar yang dilakukan
sebanyak 12 dosis (bulan)
 Rifampisin 600 mg/bulan diminum di depan pengawas
 Klofazimin 300 mg/bulan di depan pengawas
Ditambahkan
 Klofazimin 50 mg/hari
 DDS 100 mg/hari

31
Edukasi
 Menginformasikan bahwa keluhan kesemutan, kram dan baal
merupakan proses dari perjalan penyakit kusta
 Menginformasikan bahwa penyakit kusta dapat disembuhkan
tetapi membutuhkan kepatuhan dalam pengobatan
 Menjaga kebersihan terutama menggunakan pelembab dan alas
kaki, agar mencegah terjadinya komplikasi berupa kecacatan
 Menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan bergizi
guna meningkatkan sistem pertahanan tubuh
 Menjaga diri sendiri dari trauma guna mencegah luka
 Latihan fisioterapi bagian yang merasa baal, yaitu pada otot yang
dipersarafi oleh nervus yang mengalami pembesaran

32
Prognosis
 quo ad vitam : dubia ad bonam
 quo ad functionam : dubia ad malam
 quo ad sanationam : dubia ad malam

33
34

Anda mungkin juga menyukai