PATOGENESIS
M. leprae
Sist imun seluler ( tipe LL) Makrofag tak mampu hancurkan M. leprae multiplikasi bebas merusak jaringan
Sist imun seluler (tipe BB) Makrofag mampu hancurkan M.leprae berubah jadi sel epitheloid sel datia Langhans kerusakan saraf/jaringan yang progresif
3
DIAGNOSIS
KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Madrid (1953) Indeterminate (I) Tuberkuloid (T) Borderline (B) Lepromatosa (L) B. Klasifikasi Ridley-Jopling (1962) - kepentingan risert
Tuberkuloid (TT) Borderline tuberkuloid Mid-borderline (BB) Borderline lepromatous (BL) Lepromatosa (LL)
kepentingan program
Pausibasilar (PB) tipe I, TT, BT dengan BTA Multibasilar (MB) tipe LL, BL, BB, BT dengan BTA +
TUJUAN KLASIFIKASI Menentukan rejimen terapi, prognosis, gambaran klinis Menentukan perencanaan operasional (pasien menular target terapi) Identifikasi pasien dengan kemungkinan cacat
TABEL GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA MULTIBASILER (MB) SIFAT
LESI Bentuk
LEPRAMATOSA (LL)
Makula Infiltrat difus papul Nodus Tak terhitung praktis tidak ada kulit sehat Simetris
Jumlah Distribusi
Permukaan
Batas Anestesia
Halus berkilat
Tak jelas Tak ada sampai tak jelas Banyak (ada globus) Banyak (ada globus) Negatif
Halus berkitat
Agak jelas Tak jelas
BTA
Agak banyak
Negatif Biasanya negatif
Tes lepromin
TABEL GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA PAUSIBASILER (PB) SIFAT
LESI Bentuk Jumlah Distribusi
TUBERKULOID (TT)
Makula saja Makula dibatasi infiltrat Satu, dapat beberapa asimetris
INDETERMINATE (I)
Hanya makula
Beberapa atau satu dengan Satu atau beberapa satelit Masih asimetris variasi
Permukaan
Batas Anestesia
Kering bersisik
Jelas jelas
Halus berkitat
Agak jelas Tak jelas
BTA
Lesi kulit
Tes lepromin
KUSTA TIPE INDETERMINATE Klinis : makula hipopigmentasi + skuama Lokasi : ekstensor ekstremitas, wajah, bokong Merupakan 20-80% tanda pertama penderita MH sebagian besar sembuh spontan Histo PA : kuman/infiltrat sekitar saraf perifer
10
REAKSI KUSTA
PENGERTIAN
Istilah Reaksi menggambarkan keadaan berbagai gejala dan tanda radang akut pada lesi kusta, akibat perjalanan penyakit atau komplikasi penyakit kusta. Meliputi hal-hal sebagai berikut :
Komplikasi akibat reaksi Komplikasi akibat imunitas yang menurun. Komplikasi akibat kerusakan saraf. Komplikasi disebabkan resisten terhadap obat anti kusta.
11
PENYEBAB
Penyebab pasti masih belum diketahui kemungkinan akibat episode hipersensitivitas akut terhadap antigen basil yang menimbulkan gangguan keseimbangan imunitas Pencetus : Setelah pengobatan anti kusta intensif Infeksi rekuren Pembedahan Stres fisik Imunisasi Kehamilan
12
PEMBAGIAN REAKSI
13
Reaksi Tipe 1
Merupakan delayed hypersensitivity reaction seperti halnya reaksi hipersensitivitas tipe IV menurut Coombs dan Gall dengan antigen yang berasal dari basil yang telah mati
lebih sering terjadi pada bentuk BB yang akan berubah menjadi bentuk BT dan akhirnya ke bentuk TTs atau berubah menjadi bentuk BL dan akhirnya ke bentuk LLs.
14
15
. Reaksi Tipe 2 Dikenal dengan nama eritema nodosum leprosum (ENL). Reaksi hipersensitivitas tipe III menurut Coomb dan Gell dengan antigen berasal dari produk kuman yang telah mati dan bereaksi dengan antibodi membentuk kompleks Ag-Ab. Kedudukannya dalam spektrum tetap
16
17
PENANGANAN REAKSI KUSTA Pada prinsipnya pengobatan reaksi kusta terutama ditujukan untuk:
o Mengatasi neuritis mencegah tidak menjadi paralisis / kontraktur. o Pencegahan terjadinya kebutaan bila mengenai mata. o Membunuh kuman penyebab o Mengatasi rasa nyeri
18
19
Reaksi ringan
Nonmedikamentosa
Istirahat, imobilisasi, berobat jalan.
Medikamentosa
Aspirin: Dosis 600-1200 mg / 4 jam, 4 sampai 6 kali sehari. Klorokuin: Dosis: 3 kali 150 mg/hari.
Reaksi berat
Segera rujuk ke Rumah Sakit untuk perawatan
20
21
CACAT KUSTA
Kecacatan akibat kerusakan saraf tepi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu : Tahap I
Terjadi kelainan pada saraf berupa penebalan saraf, nyeri, tanpa gangguan fungsi gerak, terjadi gangguan sensorik.
Tahap II
Kerusakan saraf berupa paralisis tidak lengkap pada otot kelopak mata, jari tangan, dan kaki. Dapat terjadi pemulihan kekuatan otot.
Tahap III
Terjadi penghancuran saraf. Kelumpuhan akan menetap. Dapat terjadi infeksi progresif dengan kerusakan tulang dan kehilangan penglihatan.
22
PATOGENESIS KECACATAN
23
JENIS CACAT KUSTA Kelompok cacat primer kelompok cacat/ kerusakan yang terjadi akibat respons jaringan terhadap M.leprae. Misalnya :
Cacat pada fungsi saraf sensorik seperti claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes. Infiltrasi kuman langsung pada kulit dan jaringan penyangga misalnya fasies leonina, alopesia atau madarosis, kulit kering. Infiltrasi kuman kusta pada tendo, ligamen, sendi, tulang rawan, tulang, testis, dan bola mata.
24
25
Tingkat 0 : tidak ada anestesi dan kelainan anatomis. Tingkai 1 : ada anestesi, tanpa kelainan anatomis. Tingkat 2 : ada anestesi disertai kelainan anatomis
26
28
29