TINJAUAN PUSTAKA
1.1 PENDAHULUAN
Chancroid disebut juga soft chancre atau ulcus molle chancre mou,
pertama kali dibedakan dari sifilis atau hard chancre oleh Ricord di
Perancis pada tahun 1852. Basil penyebab diperlihatkan dan diuraikan
oleh Ducrey pada tahun 1889, seorang bacteriologist di Universitas
Noples. Unna menguraikan histologi chancroid dan mendapatkan
sederetan basil Gram negatif pada lesi. 1
Penyakit ini lebih sering ditemukan di negara berkembang terutama
dengan hygiene dan sosio-ekonomi rendah. 1,2,3 Transmisi penyakit ini
selain melaui hubungan seksual dapat pula melalui autoinokulasi.
Penyakit ini mula-mula menyebar melalui kontak seksual dan jauh
lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan. 1,2 Penyakit ini lebih
banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis tetapi dapat ditemukan di
seluruh dunia. Sejak tahun 1980 penyakit ini bertambah banyak di
Amerika Serikat, yang nampaknya disebarkan oleh imigran dari Karibia,
Meksiko dan Asia Tenggara yang berkunjung ke Amerika Serikat. Ada 788
kasus yang dilaporkan pada tahun1980 dibandingkan dengan 4998 kasus
pada tahun 1987.1
1.2 DEFINISI 1,2,4
Ulkus mole atau sering disebut chancroid ialah penyakit ulkus
genital akut, setempat, dapat berinokulasi sendiri (autoinoculation),
disebabkan oleh Haemophilusducreyi, dengan gejala klinis khas berupa
ulkus di tempat masuk kuman dan seringkali disertai supurasi kelenjar
getah bening regional
1.3 SINONIM
Chancroid, soft chancre, soft ulcer, soft sore, ulcer molle 1,2,4,5
1.4 EPIDEMIOLOGI
Ulkus mole merupakan salah satu IMS klasik, masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat karena H. ducreyi dan HIV akan saling
laki-laki
daripada
karena
ukuran
mikroskopis
dan
pleimorfik,
dan
seksual. Lekosit
polymorphonuclear
misalnya disuri, nyeri saat defekasi, dispareunia atau duh vagina. Ulkus
tidak senyeri pada laki-laki. Lesi intravagina jarang ditemukan dan
biasanya tidak begitu nyeri. Dapat pula terjadi lesipada serviks, perineum,
anorektum atau orofarings. 2,3,4,5,6,8
Ulkus multipel kadang-kadang membentuk kissing lesions, yaitu
lesi yang timbul pada permukaan yang saling berhadapan. Pada 50%
pasien dapat dijumpai bubo inguinal dan umumnya unilateral. Bubo
seringkali berfluktuasi dan mudah pecah.
2,3,4,5,6,8
dan Unna, juga dapat dilakukan pewarnaan blue dan wright. Pada
sediaan yang positif ditemukan kelompok basil yang tersusun
seperti barisan ikan.1,4,6,7,8 Sensitivitas dan spesifisitas cara ini
kurang dari 50%.1,2
merupakan
suatu
metode
dengan
TERAPI
Pengobatan yang dianjurkan:
KOMPLIKASI2,3,4,5,6,8,10,11
1. Adenitis inguinal (bubo inflamatorik) paling sering terjadi,
didapatkan pada separuh kasus. Timbul beberapa hari sampai 3
ulkus
dengan
organisme
semakin
parah
dan
Vincentii
destruktif
akan
dan
sukardiobati
6. Infeksi campuran dengan Treponema pallidum menyebabkan
ulkus mikstum yang pada mulanya menunjukkan gambaran
ulkus mole namun makin lama makin nyeri berkuran serta lebih
berindurasi.
1.12
PROGNOSIS
Buila pterapi berhasil, keluhan akan menghilang dalam waktu 3
hari, dan ulkus akan membaik dalam waktu 1-2 minggu pengobatan.
Ulkus yang besar memerlukan waktu lebih dari 2 minggu. Penyembuhan
limfadenitis yang berfluktuasi dapat lebih lama lagi, kadang-kadang perlu
dilakukan aspirasi dengan jarum atau insisi berulang. Prognosi baik
dengan pengobatan antibiotik. Pada beberapa kasus dapat timbul jaringan
parut meskipun terapi berhasil baik. Bila tidak adA perbsaikan klinis perlu
dipertimbangkan berbagai kemungkinan: ketepatan diagnosis; terjadi
koinfeksi dengan penyebab IMS lain, pasien telah terinfeksi HIV; pasien
tidak mematuhi pengobatan; atau telah terjadi resistensi antimikroba
terhadap H. ducreyi.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuddin H, Asnawi M, Safruddin A, Amiruddin MD. Chancroid.
Penyakit Menual Seksual. Bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin
fakultas kedokteran Universitas Hasanuddin. Makasar, mei 2004,
halaman 111-122.
2. Indriatmi, W., dalam: Djuanda Adhi, Prof.Dr.dr.editors. 2015. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI. p.
475-477.
3. Spinola, Stanley M. In: Holmes, King.K., et al. 2008. Sexually
Transmitted Diseases. 4th ed. USA: Mc.Graw Hill. p. 689-699
4. Martodiharjo, Sunarko., dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Surabaya:
Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. p. 147-149
5. Sterry, W., Paus, R., Burgdorff, W. 2006. Dermatology. Stuggart :
Thieme. p. 150-151
6. Wolff, K., Goldsmith, L.A., et al. 2008. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. 7th ed. USA: Mc.Graw Hill. p. 1983-1986.
7. Brooks, Geo. F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2005. Medical
Microbiology. USA: Mc.Graw Hill. p. 395-400.
8. Shimizu, Hiroshi. 2007. Shimizus Textbook of Dermatology.
Nakayama: Hokkaido University Press. p. 497-498.
9. James, W.D., Berger, T.G., Elston, D.M.2006. Andrews Diseases of
The Skin Clinical Dermatology. Tenth Edition. Canada : W.B.
Saunders Company. p. 274-275.
10. Arenas, R., Estrada, R. 2001. Tropical Dermatology. USA : Landes
Bioscience. p. 187-189.
11. Cowan, Frances. In: Adler, M., French, P., et al. 2004. ABC of
Sexually Transmitted Infections. 5th ed. London : BMJ Books. p. 44.
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
: 51 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
No RM
: 760607
Tinggi Badan/Berat Badan : 155 cm/ 60 kg
Pendidikan terakhir
: S1
Pekerjaan
: Guru SD
Status perkawinan
: Sudah menikah
Alamat
: Jl. Wonorejo l No 37-B Surabaya
Tanggal Pemeriksaan
: 25 Januari 2016
2.2 ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Luka di kemaluan
a. Keluhan Tambahan
Nyeri tekan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum
Haji Surabaya pada tanggal 25 Januari 2016 dengan keluhan luka
di alat kelamin. Ada 2 luka menggaung, satu di bibir kemaluan
bagian dalam (labia minor) dan satu bagian luar (labia mayor).
Awalnya muncul bisul merah kecil berisi nanah di labia
minor, berukuran 0,5 cm. Bisul disadari pasien sejak 5 hari
sebelum datang ke poli kulit, saat membersihkan kemaluan. Bisul
semakin lama semakin besar.. Dua hari kemudian bisul pecah dan
tampak luka yang menggaung berukuran sekitar 1 cm. Luka terasa
nyeri jika ditekan atau tersentuh tangan. Tidak ada keluhan nyeri
saat buang air kecil.
Kemudian 3 hari sebelum datang ke poli pasien menyadari
ada bisul baru yang muncul di bagian labia mayor berukuran 0,5
cm, yang keesokan harinya pecah dan muncul luka menggaung.
Oleh pasien dioleskan povidone iodine 2x sehari, namun tidak
10
Riwayat sosial
Pasien bekerja sebagai guru SD
Sudah menikah selama 30 tahun, dan memiliki 3 anak
Suami bekerja sebagai guru SMK
Pasien mengaku tidak pernah berganti-ganti pasangan seksual
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Kepala
: dbn
Leher
: dbn
Thorax
: dbn
Abdomen
: dbn
Ekstremitas Atas
: dbn
11
Status Dermatologis
Pada regio labia minor sinistra terdapat ulkus bulat
menggaung dengan tepi eritematosa, dasar kotor berwarna
kekuningan, perabaan lunak dan nyeri tekan berdiameter 1cm.
Pada regio labia mayor sinistra terdapat ulkus menggaung
dengan tepi eritematosa, dasar kotor, perabaan lunak dan nyeri
tekan dengan diameter 0,5 cm
2.4 RESUME
2016
Ada 2 luka menggaung, satu di bibir kemaluan bagian dalam (labia
membaik.
Pada pemeriksaan didapatkan 1 ulkus berdiameter
1cm,
12
2.7 PLANNING
1. Planning Diagnosis
Pengecatan Gram, Kultur bakteri, dan tes antibodi terhadap sifilis untuk
menyingkirkan kemungkinan sifilis
2. Planning Terapi
Medikamentosa
Topikal : Kompres PZ dengan kasa 2-3x sehari, selama 15 menit
Oral : Ciprofloxacine 2 x 500 mg/hari selama 7 hari
Non Medikamentosa
-
Menjaga
kebersihan
badan,
utamanya
area
genital
untuk
3. Edukasi :
- Pasien diberi penjelasan mengenai penyakit yang diderita, penyebab
dan pengobatannya
- Menyarankan pasangan pasien untuk ikut memeriksakan diri
- Pasien diberi penjelasan aturan minum obat dan kompres.
- Menghindari kontak seksual dengan pasangan selama pengobatan
belum selesai
2.8 PROGNOSIS
Baik, bila pengobatan dilakukan secara tepat, teratur dan tuntas.
13
BAB 3
FOTO KASUS
Gambar
pada labia minor
14
Ulkus
Mole
Hasil
VDRL/TPHA
15
laboratorium
16