Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

PEDIKULOSIS KAPITIS
FAIRUZ FAUZIA
TINJAUAN PUSTAKA
EPIDEMIOLOGI

PREVALENSI FAKTOR RESIKO


 Prevalensi tinggi terutama anak Higiene buruk
sekolah Sosial ekonomi
 Masalah negara maju maupun Tingkat pengetahuan
berkembang Kepadatan tempat tinggal
 Belum ada studi epidemiologi yang Karakteristik individu (umur, panjang rambut, tipe rambut)
jelas di Indonesia
 SD kabupaten tanah datar 52% anak Cara penularan :
SD kelas 4,5,6 terinfestasi tuma  kontak langsung
 Pondok pesantren Yogyakarta 2010  kontak tak langsung
71,3% terinfestasi  Kontak seksual
KLASIFIKASI

PEDIKULOSIS CAPITIS

PEDIKULOSIS CORPORIS

PEDIKULOSIS PUBIS
PEDIKULOSIS KAPITIS

Etiologi : pediculus humanus var capitis


kutu dewasa hidup 48 jam di luar kulit kepala
telur bertahan 7 hari di luar

Gejala klinis :
gatal
rambut kering kusam
krusta tebal bau busuk
Rambut bergumpal (plica polonica)
DIAGNOSIS : klinis + telur kutu

DD/ : Pioderma kulit kepala


Tinea kapitis
Dermatitis seboroik
TERAPI NON FARMAKOLOGI

 Mencukur rambut (kosmetik)


 Mengambil kutu
 Secara langsung (sulit ditemukan, kutu dapat berpindah 6-30 cm per menit dan
menghindari cahaya)
 Menggunakan sisir kutu
Rambut dibasahi terlebih dahulu, lakukan tiap 3-4 hari selama 2 minggu
TERAPI FARMAKOLOGI

TERAPI TOPIKAL
Pyrethrin
Permertrin losio 1%
Benzyl Alchohol losio 5%
Malathion losio 0,5%
Spinosad 0,9 %
Pencegahan :
Penderita dipisahkan
Individu yang berkontak dengan pasien sebaiknya diperiksa dan diobati
Perbaiki higiene pribadi
Tidak berbagi atau bertukar pakaian, seprai, tempat tidur, bantal atau handuk
Alat yang berkontak dibersihkan,di cuci dapat menggunakan air hangat suhu
53,5° C atau 130 F selama 5-10 menit. Jika tidak bisa dicuci, benda tersebut
dimasukkan ke dalam kantong plastik tertutup selama 2 minggu
GAMBAR-GAMBAR
PEDIKULOSIS KORPORIS

Etiologi : pediculus humanus var korporis


pada lipatan pakaian
Predileksi: dada,punggung,perut
Diagnosis :
gatal
ekskoriasi
telur kutu
DD/ : skabies,pioderma,gigitan kutu lain

Terapi : Gamexan 0,5%-1% krem.


PEDIKULOSIS PUBIS

Etiologi : Pthirus pubis
Diagnosis :
kutu di rambut pubis &rambut perianal
maculae caerulae
gatal
coitus suspectus
DD/ : skabies,dermatitis kontak,dermatitis seboroik

Terapi = terapi pedikulosis kapitis


perlu pengobatan partner seks
GAMBAR-GAMBAR
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. K
 Umur : 9 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Alamat : Warnasari
 Status : Belum Menikah
 Pekerjaan : Pelajar
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
 Gatal pada kepala yang semakin meningkat sejak 1 minggu yang lalu

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


 Gatal dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya gatal dirasakan hilang timbul dan tidak menganggu aktivitas.
Namun 1 minggu yang lalu gatal semakin memberat dan pasien semakin sering menggaruk kepalanya sehingga
timbul beberapa luka di kulit kepala. Beberapa luka mengeluarkan nanah kemudian kelamaan menjadi keropeng.
 Demam tidak ada
 Keluhan gatal di badan tidak ada
 Riwayat ditemukannya kutu disangkal
 Pasien mengaku jarang mencuci rambut, biasanya 2x seminggu
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
 Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


 Saudara perempuan pasien juga menderita keluhan gatal di kepala sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat menemukan kutu di rambut saudara perempuan pasien (+).

RIWAYAT ALERGI
 Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, dan debu disangkal

RIWAYAT SOSIAL
 Pasien tinggal di rumah bersama orang tua dan saudara perempuannya. Pasien tidur sekamar dengan saudara perempuannya dan sering memakai sisir serta
bantal yang sama
 Penggunaan pakaian atau handuk bersama anggota keluarga yang lain disangkal

RIWAYAT PENGOBATAN
 Pasien tidak mengonsumsi obat apapun
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum
 Keadaan umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : composmentis cooperatif
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 90 x/menit, reguler.
 Pernafasan : 24 x/menit
 Suhu : 36,8° C
 BB/TB : 30 kg / 135 cm
PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
 Kulit
Warna kuning langsat, tidak terdapat lesi dan kelainan lainnya, teraba hangat
 Kelenjar getah bening
Tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
 Kepala
Bulat, simetris, normosefal
 Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra(-/-), pupil isokor 3 mm/3 mm,refleks cahaya (+/+),
 Telinga
Sekret tidak ada
 Hidung
nafas cuping hidung tidak ada
 Gigi dan mulut
Mukosa bibir dan mulut basah, sianosis sirkum oral tidak ada
 Leher
Tidak ada kelainan, KGB tidak membesar
 Toraks  Abdomen
 Paru
 Inspeksi : distensi tidak ada
 Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
 Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak
 Palpasi : fremitus tidak dapat dinilai
teraba.
 Perkusi : sonor
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : suara napas bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat  Punggung : Tidak terdapat kelainan
 Palpasi : Iktus kordis teraba di 1 jari medial LMCS RIC V  Genitalia : tidak ada kelainan
 Perkusi: atas RIC II, kanan LSD, bawah 1 jari medial  Anggota gerak : akral hangat, CRT <2 detik
LMCS RIC V
 Auskultasi : irama reguler, bising tidak ada
STATUS DERMATOLOGI

 Lokasi : rambut kepala


 Distribusi : Terlokalisir
 Efloresensi : pada kepala terutama bagian parietal dan
oksipital terdapat papul dan pustul eritem bentuk tidak khas,
batas tegas, ukuran lentikular sampai numular dengan krusta
kekuningan di atasnya serta ditemukan telur kutu di
sekitarnya.
RESUME
 Pasien laki-laki, 9 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan Gatal pada kepala yang semakin
meningkat sejak 1 minggu yang lalu. Gatal dirasakan sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya gatal
dirasakan hilang timbul dan tidak menganggu aktivitas. Namun 1 minggu yang lalu gatal semakin
memberat dan pasien semakin sering menggaruk kepalanya sehingga timbul beberapa luka di kulit
kepala. Beberapa luka mengeluarkan nanah kemudian kelamaan menjadi keropeng. Riwayat
ditemukannya kutu di sangkal. Pasien tinggal di rumah dan tidur sekamar dengan saudara
perempuannya dengan keluhan yang sama. Riwayat ditemukan kutu pada rambut saudara perempuan
pasien (+). Pasien sering memakai sisir dan bantal yang sama dengan saudaranya dan jarang mencuci
rambut.
 Pada pemeriksaan kepala terutama bagian parietal terdapat papul dan pustul eritem bentuk tidak khas,
batas tegas, ukuran lentikular sampai numular dengan krusta kekuningan di atasnya serta ditemukan
telur kutu di sekitarnya.
DIAGNOSIS

DIAGNOSIS KERJA
 Pedikulosis Kapitis

DIAGNOSIS BANDING
 Tinea kapitis
 Dermatitis seboroik Tinea kapitis Dermatitis seboroik
PENATALAKSANAAN
 NON MEDIKAMENTOSA
 Penjelasan penyakitnya disebabkan oleh infeksi parasit, dan sangat mudah menular melalui kontak langsung ataupun tidak
langsung.
 Menjelaskan bahwa pengobatan juga harus dilakukan kepada saudara perempuan pasien
 Menjaga kebersihan, terutama kebersihan kepala, keramas sekali dalam 2 hari dengan menggunakan sampo.
 Tidak menggunakan barang pribadi seperti sisir, bantal dan handuk secara bersama-sama.
 Membersihkan dan menjemur kasur secara rutin, mengganti alas kasur rutin, mencuci dan menyetrika baju secara teratur, dan
membersihkan sisir.
 dibutuhkan kerjasama dengan pasien dan orang serumah untuk bersama-sama melakukan pengobatan agar tidak menjadi
sumber infeksi.
 Menjelaskan cara pemakaian obat
 MEDIKAMENTOSA
 Permetrin 1% lotio
 Amoxicillin 3 x 250 mg
PROGNOSIS

 Quo ad vitam : bonam


 Quo ad sanam : bonam
 Quo ad functionam : bonam
 Quo ad kosmetikum : bonam
DISKUSI

 Telah dilakukan pemeriksaan seorang pasien laki-laki berusia 9 tahun di Puskesmas


Citangkil 2 dengan keluhan kepala terasa gatal sejak 3 minggu yang lalu. Pada pasien
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
 Hasil anamnesis pada pasien mengeluhkan kepala yang terasa gatal sejak 3 minggu
yang lalu. Hal tersebut terjadi karena pengaruh liur dan ekskreta dari kutu yang
masuk ke dalam kulit ketika tungau menghisap darah. Pasien mengatakan saudara
perempuannya juga mengeluhkan keluhan yang sama sejak 1 bulan yang lalu.
Kemungkinan kutu berpindah dari saudara pasien. Pada pasien ini ditemukan faktor
risiko terjadinya pedikulosis capitis yaitu usia muda, tingkat kebersihan rambut yang
masih rendah dan penggunaan barang secara bersama seperti bantal, sisir, dan adanya
riwayat kontak dengan penderita pediculosis
 Pada pemeriksaan terlihat papul dan pustul eritem bentuk tidak khas, batas tegas,
ukuran lentikular sampai numular dengan krusta kekuningan di atasnya serta
ditemukan telur kutu di sekitarnya. Lesi pada kulit kepala pasien menunjukkan sudah
terjadi infeksi sekunder akibat garukan.
 Tungau / kutu adalah ektoparasit obligat yang menghabiskan siklus hidupnya yaitu
telur, nimfa, dan dewasa di rambut dan kulit kepala manusia. Telur juga diletakkan
sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut. Ditemukannya telur kutu pada
rambut di kepala pasien sudah dapat menegakkan diagnosis pada pasien ini
 Penatalaksanaan pedikulosis kapitis pada pasien disarankan untuk terapi umum dan
khusus.
Penatalaksanaan umum dengan pemberian edukasi pada pasien mengenai
penyakitnya, disebabkan oleh infeksi parasit, dan sangat mudah menular melalui
kontak, pengobatan juga harus dilakukan kepada saudara pasien, menjaga kebersihan,
terutama kebersihan kepala, keramas sekali dalam 2 hari dengan menggunakan
sampo, tidak menggunakan barang pribadi seperti sisir, handuk, dan bantal secara
bersama-sama, membersihkan dan menjemur kasur secara rutin, mengganti alas kasur
rutin, mencuci dan menyetrika baju secara teratur, dan membersihkan sisir.
 Pada pasien diberikan permetrin 1% lotio dengan cara pasien disuruh cuci rambut
dulu dengan sampo, kemudian keringkan rambut dengan handuk, oleskan obat ke
bagian rambut dan kulit kepala, dan didiamkan selama 10 menit, kemudian bilaslah
rambut dan kulit kepala dengan air, keringkan rambut dengan handuk dan disisir
dengan serit, jika masih terdapat kutu, dapat diulangi satu minggu lagi. Diharapkan
penggunaan permetrin dapat membunuh kutu pada rambut pasien. Karena sudah
terjadinya infeksi sekunder pada kulit kepala, pasien juga diberikan antibiotik
amoxicillin 3 x 250 mg.
 Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam bonam, quo ad sanationam bonam, quo
ad functionam bonam, dan quo ad kosmetikum bonam.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai