I. REKAM MEDIS
A. Anamnesis
Autoanamnesis
1. Identifikasi
Nama
: Ny. D
Med.Rek/Reg
: 914044/15025112
Umur
: 31 tahun
Suku bangsa
: Sumatera
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: IRT
Alamat
MRS
2. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x lamanya 3 tahun
3. Riwayat Reproduksi
Menarche 13 tahun, lama haid 5 hari, siklus haid 28 hari, HPHT 1/02/2015
4.Riwayat Persalinan
1. Hamil ini
5. Riwayat penyakit dahulu
Morbus Hansen (+)
6. Riwayat gizi/sosial ekonomi:
Sedang
7. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Hamil kurang bulan dengan keluar air-air dan bercak kemerahan di
wajah
Riwayat perjalanan penyakit :
Sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit os mengeluh keluar air-air dari kemaluan,
jernih, bau (-), R/ perut mules yang menjalar ke pinggang (-), R/keluar darah lendir (-),
os lalu pergi ke rumah sakit, R/ demam (-), R/ keputihan (+), R/ post coital (+), R/
trauma/perut diurut (-), R/ sakit gigi dan sakit kulit (+), R/ trauma (-).Os mengaku
: composmentis
Tipe badan
: asthenicus
Berat badan
: 55 kg
Tinggi badan
: 153 cm
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Pernafasan
: 20x/menit
Suhu
: 36,5 0C
b. Keadaan khusus
Kepala
Leher
Thoraks
Abdomen
: hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-)
Ekstremitas
Status dermatologis :
a/r kepala : facies leonine (+), madarosis (+), saddle nose (+), pacth
hipopigmentasi multiple ireguler plakat diskret.
a/r ekstremitas : makula-pacth hiperpigmentasi multiple ireguler nummularplakat diskret, sebagian tampak nodul eritem multiple 3-5 cm diskret, nyeri
tekan, skuama putih kehitaman selapis, lesi hipoastesi (+)
2. Pemeriksaan Obstetri
Pada pemeriksaan obstetri saat masuk rumah sakit tanggal 25 September 2015 pada
pukul 03.24 wib didapatkan :
- Pemeriksaan luar : tinggi fundus uteri pusat- prosessus xyphoideus (24 cm), letak
janin memanjang, punggung di kanan, terbawah kepala, floating (+), his (-), denyut
jantung janin 148 x/menit, taksiran berat badan janin 1158 gram.
- Inspekulo : Portio livide, orificium uteri eksterna tertutup, fluor (+), fluxus (+)
ketuban tak aktif, lakmus tes (+) merah biru, Erosi/Laserasi/Polip (-),
- Pemeriksaan dalam : Portio lunak, posterior, eff. 0%, pembukaan kuncup, terbawah
kepala, ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai.
C. Pemeriksaan penunjang
Darah rutin(25-09-2015)
Hemoglobin
: 7,2 g%
Hematokrit
: 23 vol %
Leukosit
: 15.100/mm3
Trombosit
: 286.000/mm3
Hitung jenis
: 0/1/77/17/5
Petanda infeksi
CRP kualitatif
: Positif
CRP kuantitatif
: 81
Urinalisis
Warna
: Kuning muda
Kejernihan
: Jernih
Berat jenis
: 1.005
pH Urine
: 6.0
leukosit
: Negatif
D. Diagnosa kerja
G1P0A0 hamil 30 minggu belum inpartu dengan KPD 2 jam + susp. Morbus Hansen janin
tunggal hidup presentasi kepala
E. Prognosis
Ibu
: dubia
Janin : dubia
F. Terapi
- Konservatif
- Observasi tanda vital ibu, denyut jantung janin
- IVFD RL gtt xx/menit
- Nifedipine 10 mg/ 6 jam per oral
- Inj. Dexametason 6 mg/ 12 jam IV
- Inj. Ampisilin 1g/6 jam IV (Skin test)
- Rencana USG konfirmasi
Tanggal
25.09.2015
07.00 WIB
Follow up
S: Keluhan : Hamil kurang bulan dengan keluar air-air dan bercak bercak wajah
O: Status present :
KU : Sedang TD: 120/70 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :84x/menit
T : 36,5C
R/ facialis : eritema (+), makula hipopigmentasi (+), hipoastesi (+)
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 1/2pusat - prosessus xyphoideus (24 cm), memanjang,
punggung kanan, terbawah kepala, floating,
his (-), denyut jantung janin 142 x/menit, taksiran berat badan janin 1150
gram.
VT : Portio lunak, posterior, eff. 0%, pembukan kuncup, terbawah kepala,
ketuban dan penunjuk belum dapat dinilai.
A: G1P0A0 hamil 30 minggu belum inpartu dengan KPD 7 jam + susp. Morbus
Hansen janin tunggal hidup presentasi kepala
P: - Konservatif
- Obs TVI, DJJ
- IVFD RL gtt xx/mnt
- Nifedipine 10mg/ 6jam (oral)
- Inj. Ampicilin 1 g/6 jam IV (ST)
- Inj. Dexametason 6 mg/ 12 jam IV
- Rencana USG konfirmasi
25.09.2015
09.00 WIB
25.09.2015
11.52 WIB
11.59 WIB
13.30 WIB
25.09.2015
16.00 WIB
25.09.2015
18.00 WIB
25.09.2015
19.00 WIB
25.09.2015
19.40 WIB
19.50 WIB
20.00 WIB
S: Keluhan : Mau melahirkan dengan hamil kurang bulan dan keluar air-air dan
bercak bercak wajah
O: Status present :
KU : Sedang TD: 110/80 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :88x/menit
T : 36,5C
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 1/2pusat - prosessus xyphoideus (24 cm), memanjang,
punggung kanan, terbawah kepala, U 3/5, his (+) 2x 10/25, denyut
jantung janin 158 x/menit, taksiran berat badan janin 1158 gram.
VT : Portio lunak, medial, eff. 50%, pembukan 3 cm, ketuban (+), terbawah
kepala, penunjuk UUK kanan depan.
A: G1P0A0 hamil 28 minggu inpartu kala I fase laten dengan KPD 18 jam + Morbus
Hansen janin tunggal hidup presentasi kepala + oligohidramnion
P: - Obs TVI, DJJ, HIS
- IVFD RL gtt xx/mnt
- Inj. Ampicilin 1 g/6 jam IV
- Inj. Dexametason 1 g/12 jam IV
- R/ partus pervaginam
S: Keluhan : Mau melahirkan dengan hamil kurang bulan dan keluar air-air dan
bercak bercak wajah
O: Status present :
KU : Sedang TD: 110/80 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :88x/menit
T : 36,5C
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 1/2pusat - prosessus xyphoideus (24 cm), memanjang,
punggung kanan, terbawah kepala, U 2/5, his (+) 3x 10/45, denyut
jantung janin 152 x/menit, taksiran berat badan janin 1158 gram.
VT : Portio lunak, anterior, eff. 100%, pembukan 8 cm, ketuban (+), terbawah
kepala, penunjuk UUK kanan depan.
A: G1P0A0 hamil 28 minggu inpartu kala I fase aktif dengan KPD 19 jam + Morbus
Hansen janin tunggal hidup presentasi kepala + oligohidramnion
P: - Obs TVI, DJJ, HIS
- IVFD RL gtt xx/mnt
- Inj. Ampicilin 1 g/6 jam IV
- Inj. Dexametason 1 g/12 jam IV
R/ partus pervaginam
S: Keluhan : Mau melahirkan dengan hamil kurang bulan dan keluar air-air dan
bercak bercak wajah
O: Status present :
KU : Sedang TD: 110/80 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :88x/menit
T : 36,5C
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 1/2pusat - prosessus xyphoideus (24 cm), memanjang,
punggung kanan, terbawah kepala, U 1/5, his (+) 4x 10/45, denyut
jantung janin 155 x/menit, taksiran berat badan janin 1158 gram.
VT : Portio tak teraba, pembukan lengkap, ketuban (-) jernih, bau (-), terbawah
kepala, H III +, penunjuk UUK kanan depan.
A: G1P0A0 hamil 28 minggu inpartu kala II dengan KPD 19 jam + Morbus Hansen
janin tunggal hidup presentasi kepala + oligohidramnion
P: - Pimpin persalinan
- episiotomi mediolateral
Lahir neonatus hidup perempuan BB 1400 g, PB 40 cm, AS 8/9 PTAGA
Plasenta lahir lengkap BP 300 gr, 15x16 cm, PTP 42 cm
Laporan persalinan (Dr. Rafiyandi)
25.09.2015
22.00 WIB
G. Follow Up
Tanggal
26.09.2015
07.00 WIB
Follow up
S: Keluhan : Habis melahirkan
O: Status present :
KU : Sedang TD: 110/80 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :88x/menit
T : 36,5C
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif
(-), lokia (+) rubra, Vulva tenang
A: P1A0 post partum spontan hari ke-1 + morbus hansen
P: - Obs TVI, Perdarahan
- Vulva hygiene
- ASI on demand
- Diet biasa
- cefadroxil 500 mg/12 jam PO
- As. Mefenamat 500 mg/8 jam PO
- Neurodex 1 tab/12 jam PO
- MDT teruskan
27.09.2015
07.00 WIB
28.09.2015
07.00 WIB
S: Keluhan : (-)
O: Status present :
KU : Sedang TD: 110/70 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :84x/menit
T : 36,5C
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif
(-), lokia (+) rubra, Vulva tenang
A: P1A0 post partum spontan hari ke-2 + morbus hansen
P: - Obs TVI, Perdarahan
- Vulva hygiene
- ASI on demand
- Diet biasa
- cefadroxil 500 mg/12 jam PO
- As. Mefenamat 500 mg/8 jam PO
- Neurodex 1 tab/12 jam PO
- MDT teruskan
- Konsul PKBRS
S: Keluhan : (-)
O: Status present :
KU : Sedang TD: 110/80 mmHg RR : 20x/ menit
Sens : CM
N :88x/menit
T : 36,5C
Status Obstetri:
PL : tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, perdarahan aktif
(-), lokia (+) rubra, Vulva tenang
A: P1A0 post partum spontan hari ke-3 + morbus hansen + insersi IUD
P: - Obs TVI, Perdarahan
- Vulva hygiene
- ASI on demand
- Diet biasa
- cefadroxil 500 mg/12 jam PO
- As. Mefenamat 500 mg/8 jam PO
- Neurodex 1 tab/12 jam PO
- MDT teruskan
- R/pulang
II. PERMASALAHAN
1. Bagaimanakah pengaruh kehamilan terhadap perjalanan penyakit morbus Hansen pada
pasien ini?
2. Apakah penyakit morbus Hansen ini berhubungan dengan partus prematurusnya?
3. Bagaimanakah penaganan kasus morbus Hansen pada pasien ini?
4. Apakah yang harus dilakukan bila pasien ingin hamil lagi di kemudian hari?
10
PB
MB
2. Kerusakan saraf
- > 5 lesi
- Distribusi lebih simetris
- Hilangnya sensasi
kurang jelas
- Banyak cabang saraf
1-5 lesi
Hipopigmentasi/eritema
Distribusi tidak simetris
Hilangnya sensasi jelas
Reaksi kusta
Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik.1 Penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan
(cellular response) atau reaksi antigen antibody (humoral response). Reaksi ini dapat
terjadi sebelum pengobatan, tetapi terutama terjadi selama atau setelah pengobatan. Dari
segi imunologis terdapat perbedaan prinsip antara reaksi tipe 1 dan tipe 2, yaitu pada
reaksi tipe 1 yang memegang peranan adalah imunitas seluler (SIS), sedangkan pada
reaksi tipe 2 yang memegang peranan adalah imunitas humoral. 1,6
a. Reaksi tipe 1
Menurut Jopling, reaksi kusta tipe I merupakan delayed hypersensitivity reaction
yang disebabkan oleh hipersensitivitas selular (reaksi reversal upgrading) seperti halnya
reaksi hipersensitivitas tipe IV. Antigen yang berasal dari kuman yang telah mati
11
(breaking down leprosy bacilli) akan bereaksi dengan limfosit T disertai perubahan
sistem imun selular yang cepat. Jadi pada dasarnya reaksi tipe I terjadi akibat perubahan
keseimbangan antara imunitas dan basil. Dengan demikian, sebagai hasil reaksi tersebut
dapat terjadi upgrading/reversal. Pada kenyataannya reaksi tipe I ini diartikan dengan
reaksi reversal oleh karena paling sering dijumpai terutama pada kasus-kasus yang
mendapatkan pengobatan, sedangkan down grading reaction lebih jarang dijumpai oleh
karena berjalan lebih lambat dan umumnya dijumpai pada kasus-kasus yang tidak
mendapat pengobatan.1,6,7
b. Reaksi tipe II
Reaksi tipe II disebabkan oleh hipersensitivitas humoral , yaitu reaksi hipersnsitivitas
tipe III karena adanya reaksi kompleks antigen-antibodi yang melibatkan komplemen.
Terjadi lebih banyak pada tipe lepromatous juga tampak pada BL. Reaksi tipe II sering
disebut sebagai Erithema Nodosum Leprosum (ENL) dengan gambaran lesi lebih
eritematus, mengkilap, tampak nodul atau plakat, ukuran bernacam-macam, pada
umunnya kecil, terdistribusi bilateral dan simetris, terutama di daerah tungkai bawah,
wajah, lengan, dan paha, serta dapat pula muncul di hampir seluruh bagian tubuh kecuali
daerah kepala yang berambut, aksila, lipatan paha, dan daerah perineum. Selain itu
didapatkan nyeri, pustulasi dan ulserasi, juga disertai gejala sistematik seperti demam
dan malaise. Perlu juga memperhatikan keterlibatan organ lain seperti saraf, mata, ginjal,
sendi, testis, dan limfe.6,7,10
Tabel 2. Perbedaan Reaksi Kusta Tipe 1 dan Tipe 2
No
1
2
Gejala/tanda
Kondisi umum
Peradangan di kulit
Tipe 1 (reversal)
Baik atau demam ringan
Tipe II (ENL)
Buruk, disertai malaise
dan febris
Timbul nodul kemerahan,
Waktu terjadi
Nodul
dapat
pecah (ulserasi)
Setelah pengobatan yang
lama, umumnya lebih dari
Tipe kusta
PB atau MB
6 bulan
MB
12
Saraf
6
7
saraf
Hampir tidak ada
- Melahirkan
- Obat-obat
meningkatkan
kekebalan tubuh
eritem multiple 3-5 cm diskret, nyeri tekan, skuama putih kehitaman selapis, lesi
hipoastesi (+).
Dalam kehamilan aktivitas sel T cenderung tertekan atau menurun. Wanita hamil
lebih mudah terkena infeksi virus seperti hepatitis dan pathogen intraseluler seperti
toxoplasmosis. Demikian pula wanita hamil beresiko tinggi terhadap infeksi kusta atau
peningkatan perjalanan penyakit kusta. Pada data laporan kasus 60 tahun yang lalu
tercatat bahwa kehamilan dapat mencetuskan eksaserbasi dari kuman kusta ataupun pada
wanita hamil rentan terhadap kuman ini.6,7
Peningkatan aktifitas penyakit ini selama kehamilan dapat disebabkan 2 hal yaitu,
progresifitas penyakit itu sendiri atau komplikasi imunologik. Pada penelitian yang
dilakukan di USA dikemukakan bahwa bertambah beratnya penyakit ini pada saat
kehamilan. Keadaan ini semakin diperparah jika tanpa dilakukan pengobatan.
13
14
(T4) selama kehamilan disebabkan eksaserbasi penyakit ini ; terdapat peningkatan yang
cepat dari T4 selama kehamilan sampai dua kali dari keadaan normal pada trimester
ketiga, dengan penurunan sampai satu dan setengah kali seminggu postpartum.
2. Infeksi
Selama kehamilan wanita mengalami penuruan resistensi terhadap infeksi virus
(influenza, poliomyelitis, herpes, rubella, hepatitis), dan juga infeksi pneumococcal dan
malaria.6
3. Peningkatan insidensi reaksi kusta
a) Reaksi tipe I. Pada reaksi upgrading (reversal) biasanya terjadi selama
puerperium ketika CMI tertekan oleh adanya kehamilan. Reaksi downgrading bisa
terjadi karena penurunan CMI, dan sering terjadi pada trimester ketiga.
b) Reaksi tipe II (ENL). Pada reaksi tipe ini sering terjadi saat kehamilan trimester
ketiga dan puerperium, tetapi bisa juga menjadi komplikasi pada awal kehamilan karena
stress mental, dan dalam beberapa tahap kehamilan karena peningkatan insidensi infeksi.
Kedua faktor diatas diketahui dapat meningkatkan resiko terjadinya reaksi kusta
tipe II. Pada puerperium, reaksi ini berhubungan dengan stress fisik dari proses
persalinan dan kembalinya ke keadaan normal peningkatan plasma ACTH dan kortisol
pada trimester kedua dan ketiga.5,6,7,8,10
2. Apakah penyakit morbus Hansen ini berhubungan dengan partus prematurusnya?
Keadaan janin dalam masa kehamilan pada ibu dengan kusta merupakan masalah
yang penting. Beberapa masalah obstetri telah dilaporkan pada wanita hamil dengan kusta
tanpa melihat tipe kusta tersebut. Komplikasi kehamilan dan prematuritas menjadi masalah
utama pada wanita hamil dengan kusta. Penelitian yang dilakukan di Etiopia didapatkan
kelahiran bayi dengan ibu menderita kusta memilki berat badan lahir yang rendah. Pada
penelitian yang sama kemudian dilakukan uji estrogen pada usia kehamilan 32-40 minggu
diperoleh kadar estrogen yang rendah. Hal ini dapat menjelaskan keadaan berat badan lahir
yang rendah disebabkan penurunan perfusi uteroplasenta. Selama kehamilan wanita
mengalami penuruan resistensi terhadap infeksi virus, bakteri maupun parasit. Namun pada
pasien ini tidak diketahui apakah ada infeksi lain yang menyertai.5,6
Pada pasien ini didapatkan waktu kehamilan 28 minggu (preterm) tapi tidak
ditemukan PJT, berat badan lahir bayi 1.400 gram (NKB-SMK).
15
16
17
18
meskipun kontak dekat adalah yang paling rentan. Masa inkubasi kusta adalah 6 bulan
sampai 40 tahun atau lebih. Masa inkubasi rata-rata adalah 4 tahun untuk kusta tuberkuloid
dan 10 tahun untuk kusta lepromatosa. Setelah melahirkan sebaiknya kontak ibu dengan
bayi dibatasi, kontak hanya di saat pemberian asi saja hingga pengobatan ibu selesai.7,8,9,10
4. Apakah yang harus dilakukan bila pasien ingin hamil lagi di kemudian hari?
Penanganan terbaik pada pasien dengan kusta adalah penundaan kehamilan hingga
pengobatan tuntas. Pemberian Rifampisin dapat mengurangi efektivitas kontrasepsi
hormonal, sehingga saran alternatif kontrasepsi harus ditawarkan (IUD). Walaupun
didapatkan kasus di Meksiko, wanita hamil yang telah tuntas menjalani pengobatan kusta
(MDT), setelah 2 tahun mereka hamil kembali dan mengalami kekambuhan di trimester
ketiga, setidaknya efek negatif (teratogenik) dari pemberian terapi MDT dapat
dikurangi.4,7,9,10
KESIMPULAN
1. Kehamilan dapat memperburuk klinis kusta, dimana yang terjadi pada pasien ini
berupa reaksi kusta tipe 2 (ENL)
2. Tingginya resiko persalinan prematur juga didapatkan pada pasien ini namun tidak
dengan PJT.
3. Terapi kusta pada pasien ini berupa MDT untuk tipe MB dengan regimen yang sama
dengan yang diberiksan sebelum hamil.
4. Penularan kusta tidak mudah ditularkan, penularan melalui droplet dan kontak lama.
Kontak dengan bayi sebaiknya hanya saat menyusui saja.
5. Sejumlah kecil obat diekskresikan lewat asi namun tidak ada laporan mengenai
dampak buruknya, hanya pada Klofasimin yang dapat menyebabkan kekuninga pada
kulit bayi.
6. Rifampicin dapat mengurangi efek kontrasepsi hormonal sehingga pada pasien ini
sebaiknya dianjurkan penggunaan IUD. Bila pasien merencanakan untuk hamil lagi
sebaiknya setelah pengobatan selesai.
RUJUKAN
19
1.
A.Kosasih, I Made Wisnu, Emmy Sjamsoe Dili, Sri Linuwih Menaldi. Kusta.Dalam : Djuanda,Adhi
dkk.(ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.Cetakan Kelima. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.2010;73-88
2. A.Elizabeth, R William, Berrington, et al. Leprosy and the Human Genome. Micobacterium and
Molecular Biology Reviews. American Society for Microbiology.2010. 589-620
3. Krishnamurthy, K. Kar, et al. Editor. Pathogenesis of Leprosy. In: Training Manual for Medical Officer,
National Leprosy Eradication Programme. New Delhi: Directorete General of Health Services Ministry
of Health Services Ministry of Health and Family Welfare, 2009; 12 16 p
4. World
Health
Organization.
Leprosy.
Fact
sheet.
2012.
Available
from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs101/en/. Diakses tanggal 28 September 2015
5. Krishnamurthy, K. Kar, et al. Editor. Diagnosis of Leprosy & Cliical Examination of Person Affected by
Leprosy. In: Training Manual for Medical Officer, National Leprosy Eradication Programme. New
Delhi: Directorete General of Health Services Ministry of Health Services Ministry of Health and
Family Welfare, 2009; 31 33 p
6. Krishnamurthy, K. Kar, et al. Editor. Reaction in Leprosy (Lepros Reaction). In: Training Manual for
Medical Officer, National Leprosy Eradication Programme. New Delhi: Directorete General of Health
Services Ministry of Health Services Ministry of Health and Family Welfare, 2009; 20-21p
7. N.Diana, J.Lockwood, H.Hemali, Z.Sinha. Pregnancy and Leprosy: A Comprehensive Literature
Review. International Journal of Leprosy.USA.1999:6-12
8. E. Mary, Wikswo, Rishi Desai, et al. Leprosy in Pregnant Woman, United States. In: Emerging
Infectious Diseases Vol. 19. 2013. Available from: www.cdc.gov/eid. Diakses tanggal 28 Semptember
2015
9. Duncan, M. E., Melsom, R., Pearson, J. M. H.and Run.ov, D. S. The association of pregnancyand
leprosy. I. New cases, relapse of cured patients and deterioration of patients on treatment during
pregnancy and lactationresults of aprospective study of 154 pregnancies in 147 Ethiopian women. In:
Cun ingham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CS, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Editors. Preterm
labor.In: Williams Obstetric. New york: McGraw Hill. 2014; 24: 829-61
10. Duncan, M. E. And Pt:Arson, J. M. H. The association of pregnancy and leprosy. III. Erythemanodosum
leprosum in pregnancy and lactation. In: Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CS, Dashe JS,
Hoffman BL, et al. Editors. Preterm labor. In: Williams Obstetric. New york: McGraw Hill. 2014. 129142.