KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
Oleh :
Cita Laelika Novialianti Putri
19360047
Pembimbing :
dr. Resati N P, M.Sc., Sp.KK, FINSDV
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Alamat : Kemiling
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
II. ANAMNESIS :
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 11 Februari 2020 pukul 10.42 WIB
Keluhan Utama :
Muncul bercak kemerahan pada lengan kanan dan kiri, leher, lipatan lutut
Keluhan Tambahan :
Gatal
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang ke Poliklinik kulit RSPBA dengan keluhan 10 hari yang lalu muncul
bercak kemerahan pada lengan kanan dan kiri, leher, lipatan lutut diikuti gatal.
Pada awalnya pasien hanya mengeluh terasa gatal, rasa gatal dirasakan bertambah
semakin hebat saat pasien berkeringat pada saat mengelas dan biasanya pasien
menggaruknya untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulit daerah tersebut menjadi
kemerahan dan terkelupas. Pasien mengatakan bercak kemerahan yang dialami
semakin lama semakin melebar dan timbul bintik – bintik kecil di pinggiran bercak
kemerahan tersebut. Hal ini diakui pasien sangat mengganggu aktivitasnya dan
semakin diperberat dengan kondisi lingkungan yang panas dan lembab.
Riwayat Pengobatan Yang Didapat :
Sudah diberikan prednison 5mg, paracetamol 500mg, cetirizine 10 mg,
gabiten 50 mg
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada
VI. RESUME
Tn. S datang ke Poliklinik kulit RSPBA dengan keluhan 10 hari yang lalu
muncul bercak kemerahan pada lengan kanan dan kiri, leher, lipatan lutut diikuti
gatal. Pada awalnya pasien hanya mengeluh terasa gatal, rasa gatal dirasakan
bertambah semakin hebat saat pasien berkeringat pada saat mengelas dan biasanya
pasien menggaruknya untuk mengurangi rasa gatal sehingga kulit daerah tersebut
menjadi kemerahan dan terkelupas. Pasien mengatakan bercak kemerahan yang
dialami semakin lama semakin melebar dan timbul bintik – bintik kecil di
pinggiran bercak kemerahan tersebut. Hal ini diakui pasien sangat mengganggu
aktivitasnya dan semakin diperberat dengan kondisi lingkungan yang panas dan
lembab.
Status Generalis : DBN
Status Dermatologis : Plak eritematosa, batas tidak tegas disertai krusta dan
skuama tampak adanya erosi dan lesi satelit dikelilingi vesikel dan pustul
multiple di bagian tepi.
VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
Kandidiasis intertriginosa
Tinea kruris
Eritrasma
Diagnosis Kerja :
Kandidiasis intertriginosa
X. PENATALAKSANAAN
Non farmakologik
• Hindari faktor pencetus (kelembapan, kebiasaan memakai pakaian yang tidak
menyerap keringat, kontak dengan penderita)
• Jangan menggaruk lesi
• Hindari pemakaian handuk atau yang lainnya secara bersama
• Semua pakaian dan alas tidur dicuci dengan air panas
• Mandi teratur, jaga kebersihan badan, dan mengganti pakaian
• Oleskan obat sesuai petunjuk dokter
• Konsumsi obat teratur
Farmakologik
Sistemik
Antihistamin
R/ Cetirizine Hydrochloride 10 mg tab No. VII
∫ 1 dd 1 tab (bila gatal)
Anti fungi
R/ Ketoconazole tab No. VII
∫ 1 dd 1
Antibiotik
R/ Cefixime 100mg tab No. X
∫ 2 dd 1 tab
Topikal
R/ Ketoconazol 2% krim I (anti fungi)
mf krim
∫ 2 dd u.e
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanitionam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad kosmetika : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Kandidiasis kutis (sinonim = kandidosis, moniliasis) adalah suatu
penyakit kulit bersifat akut atau sub akut yang disebabkan oleh infeksi jamur dari
genus Candida. Kandidiasis terbagi menjadi 2 macam yakni kandidiasis profunda
dan kandidiasis superfisial. Nama lain kandidiasis (kandidosis) kutis adalah
superficial kandidiasis atau infeksi kulit-jamur; infeksi kulit-ragi; kandidiasis
intertriginosa.
Berdasarkan letak gambaran klinisnya terbagi menjadi kandidosis
terlokalisasi dan generalisata. Predileksi Candida albicans pada daerah lembab,
misalnya pada daerah lipatan kulit. Organisme ini menyukai daerah yang hangat
dan lembab.
2.2 SINONIM
Kandidiasis adalah sebuah penyakit dimana sering juga disebut sebagai:
§ Candidosis
§ Moniliasis
§ Oidiomycosis
§ Trush 1,3,4,5
2.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur,
baik laki-laki maupun perempuan. Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas
tetapi insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang. Penyakit ini lebih
banyak terjadi pada daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dan pada
musim hujan sehubungan dengan daerah-daerah yang tergenang air.
2.4 KLASIFIKASI
Kandidiasis kutis meliputi:
a. Lokalisata: intertriginosa dan daerah perianal
1) Kandidiasis intertriginosa
Lesi-lesi timbul pada tempat predileksi, yaitu daerah-daerah
lipatan kulit, seperti ketiak, bawah payudara, lipat paha,
intergluteal, antara ari-jari tangan dan jari-jari kaki, sekitar pusat,
dan lipat leher.
2.5 ETIOLOGI
Penyebab tersering Kandidiasis adalah Candida albicans. Spesies
patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C.
krusei, C. pseudotropicalis, C. lusitaneae. Genus Kandida adalah grup heterogen
yang terdiri dari 200 spesies jamur. Sebagian besar dari spesies kandida tersebut
patogen oportunistik pada manusia, walaupun mayoritas dari spesies tersebut
tidak menginfeksi manusia. C. albicans adalah jamur dimorfik yang
memungkinkan untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida, sehingga
merupakan penyebab tersering dari candidiasis superfisial dan sistemik.
Candida albicans
2.6 PATOGENESIS
Kelainan yang disebabkan oleh spesies kandida ditentukan oleh interaksi
yang komplek antara patogenitas fungi dan mekanisme pertahanan pejamu.
Faktor penentu patogenitas kandida adalah :
1. Spesies : Genus kandida mempunyai 200 spesies, 15 spesies
dilaporkan dapat menyebabkan proses pathogen pada manusia. C.
albicans adalah kandida yang paling tinggi patogenitasnya.
2. Daya lekat : Bentuk hifa dapat melekat lebih kuat daripada germtube,
sedang germtube melekat lebih kuat daripada sel ragi. Bagian
terpenting untuk melekat adalah suatu glikoprotein permukaan atau
mannoprotein. Daya lekat juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Dimorfisme : C. albicans merupakan jamur dimorfik yang mampu
tumbuh dalam kultur sebagai blastospora dan sebagai pseudohifa.
Dimorfisme terlibat dalam patogenitas kandida. Bentuk blastospora
diperlukan untuk memulai suatu lesi pada jaringan dengan
mengeluarkan enzim hidrolitik yang merusak jaringan. Setelah terjadi
lesi baru terbentuk hifa yang melakukan invasi.
4. Toksin : Toksin glikoprotein mengandung mannan sebagai komponen
toksik. Glikoprotein khususnya mannoprotein berperan sebagai
adhesion dalam kolonisasi jamur. Kanditoksin sebagai protein
intraseluler diproduksi bila C. albicans dirusak secara mekanik.
5. Enzim : Enzim diperlukan untuk melakukan invasi. Enzim yang
dihasilkan oleh C. albicans ada 2 jenis yaitu proteinase dan fosfolipid.
Mekanisme pertahanan pejamu :
1. Sawar mekanik : Kulit normal sebagai sawar mekanik terhadap invasi
kandida. Kerusakan mekanik pertahanan kulit normal merupakan faktor
predisposisi terjadinya kandidiasis.
2. Substansi antimikrobial non spesifik : Hampir semua hasil sekresi dan
cairan dalam mamalia mengandung substansi yang bekerja secara non
spesifik menghambat atau membunuh mikroba.
3. Fagositosis dan intracellular killing : Peran sel PMN dan makrofag
jaringan untuk memakan dan membunuh spesies kandida merupakan
mekanisme yang sangat penting untuk menghilangkan atau memusnahkan
sel jamur. Sel ragi merupakan bentuk kandida yang siap difagosit oleh
granulosit. Sedangkan pseudohifa karena ukurannya, susah difagosit.
Granulosit dapat juga membunuh elemen miselium kandida. Makrofag
berperan dalam melawan kandida melalui pembunuhan intraseluler
melalui system mieloperoksidase (MPO).
4. Respon imun spesifik : imunitas seluler memegang peranan dalam
pertahanan melawan infeksi kandida. Terbukti dengan ditemukannya
defek spesifik imunitas seluler pada penderita kandidiasi mukokutan
kronik, pengobatan imunosupresif dan penderita dengan infeksi HIV.
Sistem imunitas humoral kurang berperan, bahkan terdapat fakta yang
memperlihatkan titer antibodi antikandida yang tinggi dapat menghambat
fagositosis.
Pemeriksaan Serologi
Untuk mendeteksi adanya antibodi Candida yang berkisar pada tes
immunodifusi yang lebih sensitif seperti counter immunoelectrophoresis
(CIE), enzyme- linked immunosorbent assay (ELISA), and radio
immunoassay (RIA). Produksi empat atau lebih garis precipitin dengan tes
CIE telah menunjukkan diagnosis kandidiasis
pada pasien yang terpredisposisi.
Pemeriksaan histologi
Didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna periodik acid schiff
(PAS) menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak bersepta yang menunjukkan
kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea.
2.10 PENATALAKSANAAN
Non farmakologik
• Hindari faktor pencetus (kelembapan, kebiasaan memakai pakaian yang
tidak menyerap keringat, kontak dengan penderita)
• Jangan menggaruk lesi
• Hindari pemakaian handuk atau yang lainnya secara bersama
• Semua pakaian dan alas tidur dicuci dengan air panas
• Mandi teratur, jaga kebersihan badan, dan mengganti pakaian
• Oleskan obat sesuai petunjuk dokter
• Konsumsi obat teratur
Farmakologik
Terapi topikal
o Larutan ungu gentian: - 0,5 % untuk selaput lendir 1-2% untuk kulit
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
o Nistatin dapat diberikan berupa krim, salep, emulsi.
o Golongan azol
- krim atau bedak mikonazol 2%
- bedak, larutan dan krim klotrimazol 1%
- krim tiokonazol 1%
- krim bufonazol 1%
- krim isokonazol 1%
- krim siklopiroksolamin 1%
o Antimikotik topikal lain yang berspektrum luas.
Terapi sistemik:
o CTM atau anti histamin lain dengan dosis 1 – 2 kali 1 tablet sehari
bagi orang dewasa dan dosis 1 – 2 kali ½ tablet buat anak – anak
(bila gatal)
o Nistatin tablet
o Amfoterisin B (Intravena; untuk kandidasis sistemik)
o Kotrimazol (pada kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol
500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan
ketokonazol 2 x 200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol
150 mg dosis tunggal)
o Itrakonazol (pada kandidiasis vulvovaginalis
o Dosis untuk orang dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari)
2.11 KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kandidiasis yang bisa terjadi, antara lain :
1. Rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit.
2. Infeksi pada kuku yang mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan
mungkin menginfeksi daerah di sekitar kuku.
3. Disseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised.
2.12 PROGNOSIS
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat
ringanya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit
dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kuswadji. Kandidosis. Dalam : Djuanda A., Hamzah M., Aishah S., Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2008. Pp:103-6
2. SMF Ilmu Kulit Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Atlas
Penyakit Kulit dan Kelamin. Airlangga University Press, 2007. Pp:86-92
3. Siregar, R.S. Atlas Berwana Saripati Penyakit Kulit . Edisi 3. EGC. Jakarta.
2014.
4. Anonim. Karakteristik Candida albicans. Available from: http://www.
smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/415-karakteristik-candida-albicans. 2014.
5. Lies Marlysa Ramali, Sri Wardani. Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dalam:
Dermatomikosis superfisialis. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005;55-66
6. Janik M.P., Michael P H.: Yeast Infection: Candidiasis and Tinea (Pityriasis)
Versicolor, in: Katz G.S., Paller B.G., Wolff K. (eds), Fitzpatrick Dermatology in
general Medicine, 6th ed. The McGraw Hill Companies, 2008, Chapter 189. pp.
1822-1830