Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. IW

No. Rekam Medik : 013938

Umur : 29 tahun

Tempat, Tanggal Lahir : Walapia, 18 September 1986

Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Walapa, Seram Bagian Barat

Agama : Islam

Pekerjaan :-

Status Pernikahan : Belum Menikah

Ruangan : Bangsal Akut Pria

Tanggal Masuk : 13 Februari 2016

II. RIWAYAT PSIKIATRI

 Autoanamnesis pada tanggal 18 Februari 2016

 Alloanamnesis pada tanggal 19 dan 21 Februari 2016 via telepon dengan

Tn. BW (Paman pasien) dan Tn. RW (Kakak kandung pasien)

A. Keluhan Utama : Mengamuk

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar oleh kakak, adik dan pamannya ke Rumah Sakit

Khusus Daerah Ambon untuk pertama kalinya pada tanggal 13 Februari

2016 pukul 13.45 WIT dengan keluhan utama pasien mengamuk sejak ± 4

1
hari sebelumnya.saat mengamuk pasien melempar barang di rumahnya

tanpa alasan. Ketika ditegur pasien akan makin marah dan memberontak.

Pasien menjadi gampang marah, cepat tersinggung sampai memukuli orang

tuanya. Keluarga juga mengatakan pasien sulit tidur pada malam hari. Bila

sulit tidur pasien hanya akan berbaring di tempat tidurnya. Pasien juga harus

disuruh berulang kali untuk makan ataupun mandi terkadang pasien berjalan

mondar mandir ke kamar mandi tanpa tujuan. Pasien juga tidak mau bicara

pada keluarga dan hanya menggunakan isyarat bila ingin meminta sesuatu.

Jika tetangga menyalakan musik dengan volume tinggi pasien akan

melempari rumah tetangga.

Perubahan perilaku pada pasien mulai terjadi 3 tahun yang lalu saat

keinginannya untuk menjadi polisi atau tentara tidak terpenuhi karena

pasien tidak lulus ketika mengikuti seleksi penerimaan polisi dan tentara.

Setelahnya pasien kecewa dan mulai menarik diri. Menurut keluarga

awalnya pasien menjadi jarang berbicara hingga akhirnya tidak mau

berbicara dengan keluarga, sering terlihat murung dan lebih suka

menyendiri. Pasien mulai sering berjalan mondar – mandir tanpa tujuan,

berbaring atau duduk dengan satu posisi dalam jangka waktu yang lama

(dari pagi hingga sore) dan tidak bersemangat untuk melakukan aktifitas

sehari - hari. Keluarga pasien juga mengatakan pasien gagal menikah karena

pasien belum mendapatkan pekerjaan. Pasien belum pernah dibawa berobat

atau minum obat sebelumya.

2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik seperti infeksi, trauma

kapitis dan kejang.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.

Pasien suka merokok, biasa 5-10 batang per hari.

3. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Perubahan perilaku pasien sudah sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya pasien

mulai tidak mau berbicara dengan keluarga, sering terlihat murung dan

lebih suka menyendiri. Pasien mulai sering berjalan mondar – mandir

tanpa tujuan, berbaring atau duduk dengan satu posisi dalam jangka

waktu yang lama (dari pagi hingga sore) serta tidak bersemangat untuk

melakukan aktifitas sehari - hari. Sebelum dibawa ke RSKD belum

pernah dibawa untuk berobat.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal, cukup bulan, dirumah ditolong oleh dukun

kampung. Berat badan lahir pasien tidak diketahui. Selama kehamilan,

ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien tidak pernah mengalami panas

tinggi dan kejang. Pasien mendapatkan ASI dari ibunya.

3
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun)

Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya. Pertumbuhan dan perkembangan

pasien pada masa anak-anak awal sesuai dengan perkembangan anak

seusianya. Tidak ada masalah perilaku yang menonjol.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun)

Dalam masa pertumbuhannya pasien tinggal bersama kedua orangtuanya

dan cukup mendapat perhatian dan kasih sayang. Pasien tidak pernah

tinggal kelas dan memiliki prestasi yang biasa-biasa saja. Pasien

memiliki sifat pendiam namun mudah bergaul dan memiliki banyak

teman baik di sekolah maupun dirumah.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (Usia 12-18 tahun)

Keluarga menyatakan bahwa ia adalah anak yang pendiam dan suka

menurut orang tua. Pasien tinggal di rumah bersama saudara-saudaranya

dan kadang-kadang membantu orang tuanya bekerja di kebun. Pasien

mulai memiki teman karib dan mulai mengenal pacaran. Pasien sempat

memiliki seorang pacar namun kemudian diputuskannya karena pasien

merasa pacarnya berselingkuh dengan teman sekolahnya. Setelah putus,

pasien kemudian berpacaran dengan temannya yang juga berasal dari

kampungnya.

5. Riwayat Masa Dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Setelah lulus SMA pasien lebih banyak tinggal dirumah mengurus

orang tuanya dan kadang membantu di kebun. Pada usia 26 tahun

4
pasien mengikuti seleksi penerimaan polisi dan tentara namun tidak

lulus

b. Riwayat Pernikahan

Pasien belum menikah. Saat ini pasien tinggal bersama ibu dan

saudara - saudaranya. Pasien merencanakan akan menikah pada tahun

2013 namun pacar pasien memutuskan hubungan mereka karena

pasien belum memiliki pekerjaan.

c. Riwayat Agama

Pasien memeluk agama Islam, dan menjalankan kewajiban dengan

biasa-biasa saja.

d. Riwayat Militer

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer.

e. Riwayat Pelanggaran Hukum

Selama ini pasien tidak pernah terlibat dengan masalah hukum.

f. Aktivitas Sosial

Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam. Pasien tidak pernah

terlibat dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Pasien lebih sering

berdiam diri di rumah. Pasien cukup bersosialisasi dengan warga

disekitar rumahnya.

6. Riwayat Keluarga

Pasien adalah anak ke-10 dari 12 bersaudara ( ♂, ♀, ♀, ♂, ♀, ♀, ♂, ♂,

♂, ♂, ♀, ♂ ). Pasien tinggal bersama ibunya. Ayah pasien sudah

meninggal.

5
Dalam keluarga pasien, diketahui kakak kandung pasien memiliki

keluhan yang sama dengan pasien. Selain kakak kandung pasien, tidak

ada keluarga lainnya yang memilki keluhan yang sama dengan pasien.

Keterangan : = Anggota keluarga laki -laki = Pasien

= Anggota keluarga perempuan = Keluarga pasien


yang memiliki
keluhan yang sama

7. Situasi Kehidupan Sekarang

Saat ini pasien tinggal bersama ibu dan saudara – saudaranya di Desa

Walapia, Kabupaten Seram Bagian Barat. Beberapa saudaranya sudah

menikah dan tinggal di daerah lain. Pasien lebih sering mengabiskan

waktu di rumahnya sejak terjadi perubahan perilaku 3 tahun yang lalu.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (18 Februari 2016)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang laki – laki, wajah sesuai usia, berperawakan tinggi dan tegap,

kulit warna sawo matang, rambut hitam, bergelombang, memakai baju

6
kaos putih dengan celana jeans biru selutut dan tampak cukup rapi,

perwatan diri cukup.

2. Kesadaran

Berubah

3. Perilaku dan Psikomotor

Tenang, posturing (+), flexibility cerea/ waxy flexibility (+)

4. Pembicaraan

Mutisme

5. Sikap terhadap pemeriksa

Kurang kooperatif terhadap pemeriksa

B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Ekspresi Afektif

1. Afek : Tumpul

2. Keserasian : Tampak serasi

3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Kognitif

1. Taraf Pendidikan, Pengetahuan dan Kecerdasan :

Sulit dinilai

2. Orientasi Waktu, tempat dan orang

a. Waktu : Sulit dinilai

b. Tempat : Sulit dinilai

c. Orang : Sulit dinilai

3. Daya ingat segera, jangka pendek dan panjang

a. Jangka Panjang : Sulit dinilai

b. Jangka Sedang : Sulit dinilai

7
c. Jangka Pendek : Sulit dinilai

4. Konsentrasi dan Perhatian : Terkesan menurun

5. Pikiran Abstrak : Sulit dinilai

6. Bakat Kreatif : Belum diketahui

7. Kemampuan menolong diri sendiri : menurun

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi dan Ilusi : Sulit dinilai

2. Depersonalisasi dan derealisasi : Sulit dinilai

E. Proses Pikir

1. Arus Pikir :

a. Produktivitas : Sulit dinilai

b. Kontuinitas : Sulit dinilai

c. Hendaya berbahasa : Sulit dinilai

2. Isi Pikiran

a. Preokupasi : Sulit dinilai

b. Gangguan Pikiran

1) Waham : Sulit dinilai

2) Gagasan Mirip Waham : Sulit dinilai

F. Pengendalian Impuls

Sulit dinilai

G. Daya Nilai

1. Daya Nilai Sosial : Sulit dinilai

2. Uji daya nilai : Sulit dinilai

3. Penilaian Reaitas : Sulit dinilai

8
H. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Terganggu

I. Tilikan

Sulit dinilai

J. Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI (18 Februari 2016)

A. Status Internus

Keadaan umum cukup, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80

mmHg, nadi 80 kali/menit, frekwensi pernafasan 20 kali/menit, suhu tubuh

36,2 ° C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, jantung, paru dan

abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada

kelainan.

B. Status Neurologi

Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil

bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan

sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks

patologis.

V. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA

Seorang laki –laki, usia 29 tahun, agama Islam, Pendidikan Terakhir

SMA, alamat Walapia, status belum menikah, dan belum memiliki pekerjaan

masuk RSKD diantar oleh kakak, adik dan pamannya untuk pertama kalinya

pada tanggal 13 Februari 2016 pukul 13.45 WIT dengan keluhan utama pasien

9
mengamuk sejak ± 4 hari sebelumnya.saat mengamuk pasien melempar barang

di rumahnya tanpa alasan. Ketika ditegur pasien akan makin marah dan

memberontak. Pasien selalu marah – marah, cepat tersinggung sampai

memukuli orang tuanya. Keluarga juga mengeluhkan pasien sulit tidur pada

malam hari. Bila sulit tidur pasien hanya akan berbaring di tempat tidurnya.

Pasien juga harus disuruh berulang kali untuk makan ataupun mandi. Pasien

juga tidak mau bicara pada keluarga dan hanya menggunakan isyarat bila ingin

meminta sesuatu. Jika tetangga menyalakan musik dengan volume tinggi

pasien akan melempari rumah tetangga.

Perubahan perilaku pada pasien mulai terjadi 3 tahun yang lalu saat

keinginannya untuk menjadi polisi atau tentara tidak terpenuhi karena pasien

tidak lulus ketika mengikuti seleksi penerimaan polisi dan tentara. Setelahnya

pasien kecewa dan mulai menarik diri. Menurut keluarga awalnya pasien

menjadi jarang berbicara hingga akhirnya tidak mau berbicara dengan

keluarga, sering terlihat murung dan lebih suka menyendiri. Pasien mulai

sering berjalan mondar – mandir tanpa tujuan, berbaring atau duduk dengan

satu posisi dalam jangka waktu yang lama (dari pagi hingga sore) dan tidak

bersemangat untuk melakukan aktifitas sehari - hari. Keluarga pasien juga

mengatakan pasien gagal menikah karena pasien belum mendapatkan

pekerjaan. Pasien belum pernah dibawa berobat atau minum obat sebelumya.

Pasien merupakan anak ke-10 dari 12 bersaudara. Pasien tinggal dengan

ibu dan saudara – saudaranya. Ayah pasien telah meninggal. Sebelumnya

menurut keluarga pasien cukup bersosialisasi dengan warga disekitar

rumahnya. Dalam keluarga pasien, diketahui kakak kandung pasien memiliki

10
keluhan yang sama dengan pasien. Berdasarkan alloanamnesis tidak ditemukan

riwayat infeksi berat, trauma kepala ataupun kejang sebelumnya. Pasien tidak

mengkonsumsi minuman beralkohor namun pasien adalah perokok dan dapat

menghabiskan 5 – 10 batang rokok sehari.

Ketika diperiksa, tampak pasien tidak merespon dengan verbal sama

sekali (mutisme) dan duduk diam dengan mempertahankan posisi duduk

setengah jongkok (posturing), tampak negativism, serta ditemukan fleksibilitas

cerea pada pasien.. Sikap terhadap pemeriksa tidak kooperatif sehingga sulit

menilai fungsi intelektual, persepsi, proses berpikir, pengendalian impuls, daya

nilai dan tilikan. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan kesadaran E4M5Vx dan

stupor. Tanda vital dalam batas normal.

VI. EVALUASI MULTIAKSIAL

Berdasarkan riwayat penyakit pasien ditemukan pasien sering

mengamuk, melempar barang dirumah, serta tidak mau berbicara dengan

siapapun secara klinis bermakna khas berkaitan dengan suatu gejala yang

menimbulkan penderitaan (distress) maupun hendaya (disability) pada

berbagai fungsi psikososial, dan keluarga. Pada pasien ini perubahan pada

perilakunya sudah berlangsung cukup lama yaitu sejak 3 tahun yang lalu maka

dapat disimpulkan pasien menderita gangguan jiwa.

Pada pasien ini didapatkan adanya perilaku aneh yakni sering

mengamuk, tidak mau berbicara dan menarik diri, adanya posturing,

fleksibilitas cerea, negativisme dan mutisme sehingga dapat dikelompokan

sebagai penderita Gangguan Jiwa Psikotik. Pada pemeriksaan status

11
internus dan neurologik tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga

kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan

didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.

AKSIS I : Dari auto maupun alloanmnesis dan pemeriksaan status mental

ditemukan beberapa hal yang bermakna yang berhubungan dengan terjadinya

perubahan pada pikiran dan perilaku pasien antara lain : (1) pasien sering

mengamuk, tidak mau berbicara, (2) berlangsung sejak 3 tahun yang lalu

pasien menarik diri dari pergaulannya (3) Afek tumpul, disertai gejala

tambahan adanya posturing, fleksibilitas cerea, negativisme dan mutisme.

Dari temuan ini berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa (PPDGJ III) diagnosis diarahkan pada Skizofrenia

Katatonik (F.20.2)

AKSIS II : Dalam pemeriksaan, pemeriksa tidak dapat menilai fungsi

kognitif pasien. Dari alloanamnesis yang didapatkan, pasien dikenal sebagai

orang yang pendiam, jarang keluar rumah tapi mempunyai pergaulan yang

cukup baik dengan keluarga dan orang sekitar. Data yang didapatkan ini

belum cukup untuk mengarahkan pasien ke salah satu ciri kepribadian yang

khas.

AKSIS III : tidak terdapat diagnosis klinis karena tidak ditemukan

manifestasi klinis yang bermakna untuk mengarah pada gangguan organik

dan tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

AKSIS IV : terdapat stressor akibat keinginannya untuk menjadi polisi atau

tentara tidak terpenuhi karena pasien tidak lulus ketika mengikuti seleksi

penerimaan polisi dan tentara, serta pasien gagal menikah.

12
AKSIS V : GAF HLPY atau Global Assesment of Functioning yang tertinggi

dalam 1 tahun terakhir yaitu 60 - 51, gejala sedang (moderate), disabilitas

sedang. Sedangkan GAF Current sebesar 50 - 41 gejala berat (serious),

disabilitas berat.

VII. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik

Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga karena

terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter maka pasien memerlukan

psikofarmakoterapi.

B. Psikologik

Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai pasien sering mengamuk,

tidak mau berbicara, serta menarik diri dari pergaulannya yang

menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi.

C. Sosiologik

Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan penggunaan

waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VIII. PROGNOSIS

Ad Vitam : Bonam

Ad Functionam : Dubia ad malam

Ad Sanationam :Dubia ad malam

13
IX. PENATALAKSANAAN

A. Psikoterapi

1. Terhadap pasien

Psikoterapi suportif : Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat

membantu pasien dalam memahami dan

menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan

pengertian mengenai penyakitnya, manfaat

pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang

mungkin timbul selama pengobatan, serta

memotivasi pasien supaya mau minum obat secara

teratur.

2. Terhadap Keluarga

Memberikan penjelasan terhadap keluaga tentang kondisi pasien

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga

bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta

menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses

penyembuhan. Psikoedukasi terhadap anggota keluarga untuk

memperhatikan jadwal minum obat pasien dan control kembali secara

teratur setelah pasien keluar dari RS serta memberitahu efek samping

obat.

B. Psikofarmakoterapi

Risperidon 2 mg 2x1 tablet

Clorpromazine 100 mg 1x1 tablet (malam)

14
X. FOLLOW UP

Tanggal Hasil pemeriksaan dan Analisa Tindak Lanjut


Pemeriksaan
14/2/2016 Kontak mata (+) dan verbal (-), R/ injeksi lodomer 1 amp/8jam,
Psikomotor : negativistik (+) IM
Verbal : mutisme Injeksi Diazepam 1 amp/8jam
Afek : tumpul 1 hari
Gangguan Persepsi : sulit dinilai Selanjutnya
Arus pikir : sulit dinilai R/ Risperidon 2 mg 2x 1 tablet
Gangguan isi pikir : sulit dinilai CPZ 100 mg 0 – 0 - 1

Dx : Skizofrenia Katatonik

15/2/2016 Kontak mata (+) dan verbal (-), R/ Risperidon 2 mg 2x 1 tablet


Psikomotor : posturing (+) CPZ 100 mg 0 – 0 - 1
(pasien duduk lama bersila)
Verbal : mutisme
Afek : tumpul
Gangguan Persepsi : sulit dinilai
Arus pikir : sulit dinilai
Gangguan isi pikir : sulit dinilai

18/2/2016 Kontak mata (+) dan verbal (-), R/ injeksi lodomer 1 amp/8jam,
Psikomotor :flexibilitas cerea (+) IM
Verbal : mutisme Injeksi Diazepam 1 amp/8jam
Afek : tumpul 1 hari
Gangguan Persepsi : sulit dinilai Selanjutnya krmbali ke oral :
Arus pikir : sulit dinilai R/ Risperidon 2 mg 2x 1 tablet
Gangguan isi pikir : sulit dinilai CPZ 100 mg 0 – 0 - 1
Pasien menolak minum obat.

22/2/2016 Kontak mata (+) dan verbal (-), R/ Risperidon 2 mg 2x 1 tablet


Psikomotor : negativistik (+) CPZ 100 mg 0 – 0 – 1
Verbal : mutisme
Afek : tumpul  Pasien dijemput pulang
Gangguan Persepsi : sulit dinilai oleh keluarga
Arus pikir : sulit dinilai
Gangguan isi pikir : sulit dinilai
Pasien menolak minum obat.

15
XI. DISKUSI

Skizofrenia katatonik adalah jenis dari skizofrenia dimana terjadi perubahan

perilaku yang ekstrim. Perubahan perilaku berupa tidak bicara, bergerak atau

merespon rangsangan dari luar (catatonic stupor). Atau bisa berupa overexited,

hiperaktif, echolalia (catatonic excitement). Berdasarkan PPDGJ III, untuk

mendiagnosa sklzofrenia katatonik, perlu memenuhi beberapa pedoman diagnostic

berikut :

1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama, namun kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar

oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas

16
,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan

atau penginderaan khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan

mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien .

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

 Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

17
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan

stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons

emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi

harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau

medikasi neureptika.

 Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal);

 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,

tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute),

dan penarikan diri secara sosial.

2. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaan klinisnya:

a. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktifasi terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktifitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);

18
b. Gaduh gelisah (tampak jelas aktifitas motoric yang tak bertujuan yang tidak

dipenuhi oleh stimuli eksternal)

c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

d. Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua

perintah atau upaya untuk menggerakan, atau pergerakan kearah

berlawanan);

e. Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakan dirinya)

f. Fleksibilitas cerea / “waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

g. Gejala – gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata – kata serta kalimat –

kalimat.

Pada pasien ini, didapatkan mutisme dimana pasien tidak memberi respon

verbal sama sekali dengan semua pertanyaan yang diberikan oleh pemeriksa. Pada

pasien juga dtemukan gejala klinis berupa stupor, posturing dan flexibilitas cerea

sehingga pasien didiagnosis sementara dengan skizofrenia katatonik (F20.2) akan

tetapi perlu dipantau untuk penyebab organik lainnya.

Medikasi yang diberikan berupa obat antipsikotik disertai dengan intervensi

psikososial untuk memperkuat perbaikan klinis. Penatalaksanaan psikososial

terhadap keluarga dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan tentang

gangguan yang dialami pasien dan menciptakan suasana yang baik agar dapat

mendukung proses pemulihan pasien.

19
Pada pasien ini diberikan antipsikotik yaitu Risperidone serta Clorpromazine

(CPZ). Obat antipsikotik Risperidone merupakan obat antipsikotik golongan

atipikal yang berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors” dan juga terhadap

“Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-dopamine antagonists). Berdasarkan

meta-analisis besar, Risperidone menunjukkan perubahan yang lebih baik

dibandingkan haloperidol untuk simptom negatif. Dan simptom negatif lebih

menonjol pada pasien ini. Risperidone tidak menyebabkan gangguan pada fungsi

kognitif, sehingga dipertimbangkan pemakaiannya pada pasien ini karena pasien

usia produktif. Di samping itu Risperidone menyebabkan efek samping

ekstrapsiramidal yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan obat antipsikotik

tipikal, sehingga relatif aman bila dikonsumsi untuk jangka waktu tertentu.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ III.

Jakarta: Bina Rupa Aksara. 2001. Hal64-67

2. Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Jakarta: Badan Penerbit

FKUI. 2013. Hal 228-43

3. Maslim R. Panduan Praktis penggunaan Obat Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta: Bagian ilmu kedoktrab jiwa FK Unika Atma Jaya. 2007

21

Anda mungkin juga menyukai